KABARBURSA.COM – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menutup kuartal tiga 2025 (Juli hingga September) dengan kinerja fundamental yang solid.
Kinerja positif dalam aspek fundamental Bank BNI dapat dicapai di tengah ketidakpastian ekonomi global.
BNI mampu melalui kuartal tiga 2025 dengan baik berkat beberapa hal yakni strategi efisiensi pendanaan, penguatan kualitas aset, serta percepatan transformasi digital menjadi motor utama pertumbuhan berkelanjutan perseroan.
Direktur Utama BNI Putrama Wahju Setyawan menyatakan, strategi penguatan portofolio dan efisiensi pendanaan yang disiplin membuat BNI tetap tangguh menghadapi volatilitas pasar, sekaligus menjaga keseimbangan pertumbuhan di seluruh lini bisnis.
“Keberhasilan ini menunjukkan kemampuan BNI untuk tetap adaptif dalam menghadapi tantangan, sambil terus mendorong pertumbuhan yang inklusif dan berkelanjutan,” ujar Putrama lewat keterangan resmi, Jumat 24 Oktober 2025.
Fundamental Keuangan Terjaga
BNI melaporkan, adanya rasio permodalan yang solid dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) mencapai 21,1 persen, termasuk Tier-1 Capital yang tetap kuat.
Likuiditas bank juga terjaga pada level sehat dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) 86,9 persen, Liquidity Coverage Ratio (LCR) 167,4 persen, dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) 142,1 persen.
Kemudian, kualitas aset perusahaan dengan kode saham BBNI ini pun terkendali. Rasio kredit bermasalah (NPL gross) berada di level 2,0 persen, sementara Loan at Risk (LAR) turun ke 10,4 persen. Capaian ini menegaskan efektivitas manajemen risiko BNI dalam menjaga kualitas portofolio dan ekspansi bisnis yang prudent.
Direktur Finance & Strategy BNI Hussein Paolo Kartadjoemena menjelaskan, hingga akhir September 2025, total kredit BNI tumbuh 10,5 persen secara tahunan atau YoY menjadi Rp812,2 triliun.
Pertumbuhan tersebut terjadi secara merata di seluruh segmen bisnis. Hal ini mencerminkan portofolio kredit yang semakin berimbang.
“Pertumbuhan kredit BNI kini lebih seimbang di seluruh segmen, baik korporasi, menengah, maupun UMKM. Hal ini menunjukkan efektivitas strategi pembiayaan kami dalam menjaga kualitas aset sekaligus mendorong pertumbuhan sektor produktif,” ungkap Paolo.
Kredit korporasi naik 12,4 persen YoY menjadi Rp450,7 triliun, sementara kredit menengah tumbuh 14,3 persen YoY dan UMKM non-KUR (Kredit Usaha Rakyat) naik 13,9 persen YoY menjadi Rp46,3 triliun. Segmen konsumer juga tumbuh 9,6 persen YoY menjadi Rp150,2 triliun yang ditopang pembiayaan KPR (Kredit Perumahan Rakyat), personal loan, dan kartu kredit.
Lebih lanjut, sinergi dengan anak perusahaan turut memperkuat ekosistem bisnis BNI, dengan pertumbuhan kredit usaha grup mencapai 15,3 persen YoY menjadi Rp17,4 triliun.
Untuk menjaga kualitas aset, BNI juga memperkuat cadangan risiko melalui CKPN sebesar Rp34,7 triliun, dengan NPL coverage ratio 222,7 persen.
Diketahui, CKPN adalah singkatan dari Cadangan Kerugian Penurunan Nilai. CKPN dibentuk bank sebagai upaha penyisihan dana atau jaga-jaga dalam mengantisipasi kerugian yang mungkin terjadi dari kredit yang disalurkan
“Kami terus memperkuat kualitas portofolio kredit dan menerapkan risk-based provisioning untuk memastikan ketahanan jangka panjang,” tambah Paolo.
Digitalisasi Perkuat CASA dan Fee Income
Direktur Treasury & International Banking Abu Santosa Sudradjat menuturkan, strategi digital transaction banking yang agresif menjadi pendorong utama pertumbuhan CASA (Current Account Serving Account) dan pendapatan berbasis komisi (fee-based income).
Hingga akhir kuartal tiga 2025, Dana Pihak Ketiga (DPK) BNI tumbuh 21,4 persen YoY menjadi Rp934,3 triliun, dengan CASA naik 13,3 persen YoY menjadi Rp613,4 triliun.
“Porsi dana murah ini memperkuat struktur pendanaan dan menekan biaya dana, menjaga profitabilitas tetap sehat,” ujar Abu.
Pertumbuhan fee-based income BNI mencapai 11 persen YoY, dengan kontribusi 30 persen terhadap total pendapatan non-bunga. Lonjakan ini didorong oleh akselerasi kanal digital, terutama wondr by BNI yang mencatat peningkatan pengguna dari 2,8 juta menjadi 10,5 juta per September 2025.
Nilai transaksi wondr by BNI menembus Rp783 triliun dengan 866 juta transaksi, sementara kanal BNIdirect untuk korporasi mencatat transaksi Rp8.080 triliun, naik 26,7 persen YoY dengan volume 1.061 juta transaksi.
“Strategi digital transaction banking yang agresif mendorong pertumbuhan CASA yang sustain dan fee income yang konsisten. Kami melihat ini sebagai fase pemulihan biaya dana yang lebih sehat dan berkelanjutan,” tambah Abu.
BNI Pacu Pembiayaan Hijau dan Ekonomi Berkelanjutan
BNI juga terus memperkuat posisinya sebagai pelopor keuangan berkelanjutan di Indonesia. Melalui Sustainability Bond, BNI menyalurkan pembiayaan ke berbagai proyek energi terbarukan, efisiensi energi, serta pemberdayaan UMKM (Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah).
Direktur Risk Management BNI, David Pirzada menegaskan, inisiatif ini menjadi wujud nyata komitmen BNI mempercepat transisi menuju ekonomi hijau.
“Seluruh dana hasil penerbitan Sustainability Bond dialokasikan untuk proyek-proyek hijau yang memenuhi kriteria lingkungan. Kami ingin memastikan pembiayaan tidak hanya berdampak ekonomi, tetapi juga sosial dan lingkungan,” ujarnya.
Hingga September 2025, portofolio berkelanjutan BNI mencapai Rp192,4 triliun, setara 24 persen dari total kredit.
Dengan berbagai inisiatif tersebut, BNI membukukan laba bersih konsolidasi Rp15,12 triliun hingga akhir kuartal tiga 2025. Ini menjadi bukti efektivitas strategi transformasi digital dan pengelolaan bisnis yang prudent.
“BNI akan terus memperkuat fundamental bisnis, memperluas ekosistem digital, dan menjadi motor penggerak keuangan berkelanjutan di Indonesia,” tutup David.