KABARBURSA.COM - Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, menekankan bahwa pasar modal Indonesia yang maju dan stabil akan menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Menurutnya, hal ini harus didukung oleh kolaborasi yang baik antara pemerintah, sektor bisnis, dan masyarakat.
“Industri pasar modal memegang peran sangat krusial dalam mendorong perekonomian nasional,” ujar Iman di Jakarta, Selasa 2 Juli 2024.
Iman menjelaskan bahwa sejak 2019, pasar modal Indonesia telah mencatat akumulasi penghimpunan dana sebesar Rp479,42 triliun. Sementara itu, sektor perbankan mencatat total pinjaman beredar sebesar Rp5.142 triliun.
“Perbandingan ini menunjukkan bahwa pasar modal adalah alternatif pendanaan yang kompetitif,” tambahnya.
Selain itu, kontribusi pasar modal terhadap negara terlihat dari total pajak yang dibayarkan oleh perusahaan tercatat, yaitu Rp185,17 triliun, sekitar 26 persen dari total pendapatan pemerintah tahun 2023. Pembagian dividen oleh perusahaan tercatat juga meningkat menjadi Rp366,6 triliun pada tahun yang sama.
Namun, Iman mengingatkan tentang adanya peluang dan tantangan yang perlu dihadapi pasar modal Indonesia.
Ia menyebutkan beberapa peluang, seperti posisi Indonesia sebagai negara peringkat keenam terbaik di Asia Tenggara dalam kemudahan berbisnis pada tahun 2020, serta bonus demografi dari populasi keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat, yang dapat menjadi aset produktif bagi perekonomian Indonesia di masa depan.
Di sisi lain, tantangan yang dihadapi termasuk bahaya perlambatan ekonomi global, inflasi, dan kenaikan suku bunga yang dapat mengurangi daya beli konsumen dan investasi dalam industri pariwisata.
“Serta ketegangan geopolitik, terutama di Timur Tengah, yang dapat mempengaruhi harga komoditas, inflasi, dan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka panjang,” tutup Iman.
Catatan Pendapatan
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mengumumkan hasil kinerjanya. Bursa efek utama di Indonesia tersebut mencatat pendapatan sebesar Rp2,5 triliun dan laba bersih sebesar Rp578,7 miliar selama tahun 2023.
Direktur Utama BEI, Imam Rachman, mengatakan bahwa perusahaan berhasil mengurangi kenaikan beban menjadi 7,7 persen, dibandingkan dengan rata-rata kenaikan beban BEI sebesar 14,9 persen selama dua tahun terakhir.
Mengenai posisi keuangan, Imam menjelaskan bahwa perusahaan berhasil menjaga keseimbangan antara aset, liabilitas, dan ekuitasnya.
“Meskipun terdeviasi dari tahun sebelumnya, perusahaan mampu menjaga kondisi likuiditas dan kesinambungan solvabilitas ke depan sebagai langkah fundamental untuk menjaga kelangsungan usaha hingga masa-masa mendatang,” kata Imam dalam agenda Konferensi Pers Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) 2024 BEI secara daring, Rabu, 26 Juni 2024.
Imam mengatakan bahwa BEI membukukan kinerja rasio keuangan yang kompetetif dibandingkan pasar modal lain di kawasan Asia Tenggara (ASEAN).
Menurutnya, kinerja keuangan BEI ditujukan dengan aktivitas belanja investasi yang meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebagai upaya menjaga kesinambungan usaha perseroan serta pengembangan pasar modal Indonesia.
Dari sisi aktivitas pasar modal, Imam menuturkan, bahwa aktivitas jumlah pencatatan efek baru saham masih bertumbuh positif. Sepanjang 2023, BEI mencatatkan 79 Perusahaan, ini merupakan pencatatan tertinggi sepanjang sejarah.
BEI pun menduduki peringkat keenam dari sisi jumlah IPO secara global dan berada di peringkat satu di antara bursa-bursa ASEAN sejak 2018.
“Dengan demikian, total perusahaan tercatat di BEI sebanyak 903 perusahaan tercatat pada akhir tahun 2023,” jelas Imam.
Adapun pada akhir 2023 pula, Imam mengatakan bahwa terdapat 12,2 juta investor yang melakukan transaksi di BEI. Jumlah investor bertambah 1,8 juta orang atau meningkat 18 persen jika dibandingkan dengan 2022.
Partisipasi investor ritel dijelaskannya masih terjaga pada 2023 diikuti meningkatnya partisipasi dari kalangan investor institusi. Selain itu sampai 21 Juni 2024, jumlah investor di pasar modal Indonesia telah mencapai 13 juta.
Menurut Imam, ini adalah tanda keyakinan investor di pasar modal Indonesia masih terjaga meski sedang menghadapi tantangan situasi ekonomi global dan domestik yang penuh ketidakpastian.
Di sisi lain, Imam mengatakan bahwa pasar modal pada 2023 terus bertumbuh positif. Hal ini tercermin dari kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang telah mencapai level Rp 7.272,797 pada 29 Desember 2023 atau meningkat 6,2 persen dari posisi akhir tahun 2022.
“Sementara itu, nilai kapitalisasi pasar pada saat 29 Desember 2023 tercatat Rp11,674 triliun atau naik 23 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022, yakni Rp9.499 triliun,” jelasnya.
Sedangkan dari segi likuiditas pasar saham, Imam mengatakan Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) mencapai Rp10,7 triliun atau turun 27 persen dibandingkan posisi akhir tahun 2022 lalu yakni Rp14,7 triliun.
Selanjutnya, frekuensi transaksi harian juga telah mencapai angka 1,18 juta kali transaksi atau turun 9,7 persen dibandingkan akhir tahun 2022.
Penurunan juga terjadi pada rata-rata volume transaksi harian yang berada pada posisi 19,8 miliar saham atau turun 17,3 persen dibandingkan akhir tahun 2022.