Logo
>

Boyong Wisman ke RI Kunci Stabilkan Nilai Tukar Rupiah?

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Boyong Wisman ke RI Kunci Stabilkan Nilai Tukar Rupiah?

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) mengungkap kunci upaya untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS).

    Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kemenparekraf Nia Niscaya, mengatakan mendatangkan wisatawan mancanegara (wisman) merupakan salah satu cara pihaknya untuk memperkuat nilai tukar Rupiah.

    "Ini adalah momen ketika rupiah melemah, ambil wismannya, tingkatkan perjalanan domestik, insya Allah rupiah akan kembali pada posisi yang stabil," ujar Nia dalam acara The Weekly Brief with Sandi Uno di Jakarta, Senin 24 Juni 2024.

    Nia menyampaikan, melemahnya Rupiah terhadap Dolar AS juga menjadi tantangan tersendiri bagi pihaknya. Menurut dia, kedatangan wisman juga bisa meningkatkan aktivitas devisa.

    "Ini adalah momen untuk terus meningkatkan jumlah wisman. Karena kita perlu devisa," katanya.

    Selain itu, Nia juga meminta kepada masyarakat Indonesia dalam hal ini adalah Wisatawan Nusantara (Wisnus) untuk tetap berlibur di dalam negeri.

    Dia membeberkan ketika masyarakat berlibur ke luar negeri maka devisa Indonesia berpotensi bocor.

    "Berliburlah di Indonesia, karena ketika ibu bapak berlibur di luar negeri, itu artinya devisa kita bocor, karena kita perlu banget devisa," ungkapnya.

    Diketahui, kunjungan wisatawan Indonesia dilaporkan sebesar 1.066.958 orang pada April 2024. Rekor ini naik dibandingkan sebelumnya, yaitu 1,041.851 orang. Data kunjungan wisatawan Indonesia diperbarui

    Kunjungan wisatawan mancanegara pada April 2024 mencapai 1,07 juta orang, naik 23,23 persen Year-on-Year (yoy). Pada Maret 2024, kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Indonesia mencapai 1,04 juta kunjungan.

    Adapun untuk sore ini, Rupiah terangkat sedikit terhadap Dolar AS, meskipun dana investor asing banyak yang menguap dari pasar keuangan Indonesia.

    Dilansir dari Refinitiv, Rupiah ditutup menguat 0,3 persen di angka Rp16.390/USD. Rupiah sempat menyentuh titik terlemahnya yakni di level Rp16.470/USD.

    Sementara itu, DXY pada pukul 15:00 WIB turun ke angka 105,67 atau sebesar 0,12 persen. Angka ini lebih rendah dibandingkan penutupan hari sebelumnya yang berada di angka 105,79.

    Pekan lalu, tepatnya pada data transaksi 19-20 Juni 2024, Bank Indonesia mencatat bahwa investor asing mencatat jual neto sebesar Rp0,78 triliun yang terdiri dari jual neto Rp1,42 triliun di pasar saham, beli neto Rp0,45 triliun di SBN, dan beli neto Rp0,19 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

    Sepanjang 2024, berdasarkan data setelmen sampai dengan 20 Juni 2024, investor asing tercatat jual neto sebesar Rp42,10 triliun di pasar SBN, jual neto Rp9,35 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp117,77 triliun di SRBI.

    Catatan keluarnya investor asing ini mematahkan tren net foreign inflow selama enam pekan beruntun yang telah terjadi sejak pekan pertama Mei 2024.

    Keluarnya dana asing ini memberikan tekanan bagi rupiah yang hingga saat ini tak kunjung mereda.

    Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira Adhinegara, menegaskan bahwa faktor fundamental yang menekan rupiah adalah bahan-bahan pokok kebutuhan masyarakat Indonesia yang masih harus dipenuhi dengan impor. Hal ini membuat kebutuhan dolar tetap sangat tinggi untuk membeli produk asing tersebut.

    Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, menyampaikan bahwa pelemahan rupiah tidak hanya disebabkan oleh faktor eksternal. Ada masalah di dalam negeri yang turut memberikan tekanan, sebagaimana disampaikannya saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Senin, 24 Juni 2024.

    “Selain faktor ketidakpastian global, seperti suku bunga acuan AS dan ketegangan geopolitik, ada beberapa faktor domestik yang memberikan pengaruh terhadap rupiah,” ungkapnya.

    Perry menjelaskan bahwa tingginya permintaan korporasi untuk repatriasi deviden dan pembayaran utang merupakan salah satu faktor. Selain itu, ada persepsi masalah kesinambungan fiskal.

    “Persepsi belum tentu benar, tetapi masalah kesinambungan fiskal ke depan menimbulkan kekhawatiran di pasar dan di antara sejumlah investor. Ini menyebabkan masuknya SBN sebesar Rp16,21 triliun pada Mei dan kembali terjadi outflow sebesar Rp3,4 triliun pada Juni,” paparnya.

    Sementara itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyampaikan bahwa tekanan terhadap Rupiah beberapa hari terakhir disebabkan oleh faktor global, seperti kuatnya perekonomian AS yang menyebabkan banyak pelaku pasar menduga bank sentralnya akan sulit menurunkan suku bunga acuan Fed Fund Rate.

    Selain itu, ada pula perbedaan arah suku bunga negara-negara maju karena bank sentral Eropa yang kini justru menurunkan suku bunga acuannya, sehingga memberikan tekanan yang signifikan terhadap Rupiah.(yog/*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Hutama Prayoga

    Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

    Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.