KABARBURSA.COM - PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) saat ini berada di tengah tekanan. Ada peluang rebound usai terjadi koreksi.
Menurut hasil riset yang dipublikasikan konsultan investasi Rita Effendy, Senin, 11 November 2024, BREN adalah salah satu emiten energi terbarukan yang menarik perhatian pasar modal Indonesia.
Meskipun saham BREN sempat mengalami penurunan sejak mencapai level tertingginya pada bulan September, ada indikasi bahwa koreksi ini mulai mendekati titik akhir. Dengan sinyal teknikal yang mengindikasikan potensi rebound, investor kini mempertimbangkan peluang pembelian saham ini pada harga yang lebih menarik.
Sejak mencapai harga tertingginya pada September, saham BREN mengalami tren menurun yang menempatkan tekanan pada harga. Saat ini, harga saham BREN berada di kisaran Rp 6,250, yang juga berfungsi sebagai level support yang cukup kuat.
Koreksi ini bisa dilihat sebagai respons pasar terhadap faktor eksternal dan kondisi ekonomi yang berfluktuasi, namun penting untuk dicatat bahwa level support ini telah menjadi titik kritis yang mampu membendung penurunan lebih lanjut.
Dari segi teknikal, Relative Strength Index (RSI) untuk saham BREN berada di level 43, mendekati wilayah oversold (jenuh jual). Indikator RSI ini adalah alat penting untuk mengidentifikasi apakah saham sedang berada dalam kondisi jenuh beli atau jenuh jual.
Ketika RSI mendekati level 30 atau lebih rendah, sering kali ini menunjukkan potensi pembalikan arah atau rebound karena tekanan jual mulai mereda.
Dengan RSI yang berada di wilayah dekat oversold, ada peluang bahwa saham BREN akan segera mengalami pantulan teknikal, yang menarik perhatian para trader jangka pendek yang ingin memanfaatkan momentum ini.
Berdasarkan analisis teknikal saat ini, level-level kunci untuk memperdagangkan saham BREN dapat diidentifikasi sebagai berikut:
- Target Price (TP) 1: Rp 7,000
- Target Price (TP) 2: Rp 7,300
Level ini merupakan target jangka pendek yang cukup realistis apabila saham berhasil rebound dari level support. Kenaikan ini dapat tercapai jika tekanan jual lebih lanjut dapat dihindari dan minat beli mulai meningkat.
Sementara itu, untuk meminimalkan risiko, penting untuk menetapkan level cut loss atau Stop Loss (SL) yang disiplin:
- Stop Loss 1 (SL1): Rp 6,200
- Stop Loss 2 (SL2): Rp 6,000
Penentuan level stop loss ini penting untuk melindungi modal investor jika terjadi penurunan lebih lanjut yang signifikan.
Dalam catatan analisis teknikal, ada gap yang belum tertutup di level Rp 8,800. Gaps ini sering kali dianggap sebagai target yang mungkin dicapai kembali oleh harga saham, terutama dalam fase rebound atau reli.
Jika tren positif kembali terbentuk, potensi untuk menuju level ini di masa depan cukup terbuka, meskipun masih membutuhkan sentimen positif dan katalis tambahan dari pasar atau sektor energi terbarukan itu sendiri.
Meskipun saham BREN berada dalam fase koreksi, ada tanda-tanda teknikal yang menunjukkan potensi pembalikan jangka pendek. Dengan harga yang mendekati level support kritis dan RSI yang hampir mencapai area oversold, peluang untuk rebound mulai terbentuk.
Namun, disiplin dalam menetapkan target keuntungan dan stop loss sangat penting dalam kondisi pasar yang fluktuatif seperti saat ini.
Bagi investor yang tertarik pada sektor energi terbarukan dan melihat potensi jangka panjang BREN, fase koreksi ini bisa menjadi peluang untuk masuk pada harga yang lebih murah sebelum momentum positif kembali membangun saham ini.
Indikasi Manipulasi, OJK: Tidak Ada!
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan pemeriksaan terhadap perdagangan saham PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) yang diduga terindikasi manipulasi pasar, terkait dengan transaksi yang melibatkan pihak-pihak terafiliasi.
Namun, berdasarkan hasil pemeriksaan yang telah dilakukan, OJK menyatakan bahwa tidak ditemukan bukti atau indikasi yang mendukung dugaan adanya transaksi semu atau manipulasi yang dilakukan oleh pihak terafiliasi.
Sebelumnya, PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dicoret dari daftar Indeks FTSE Global Equity Indonesia kategori large cap. Hal ini terjadi akibat adanya konsentrasi pemegang saham yang sangat tinggi dan terkait dengan jumlah saham yang beredar di pasar reguler, sehingga menyebabkan kekhawatiran tentang likuiditas dan transparansi transaksi saham perusahaan.
Menurut prospektus IPO, ada empat pemegang saham utama yang menguasai sebanyak 97 persen saham BREN, yaitu PT Barito Pacific Tbk (BRPT) sebanyak 64,66 persen, Green Era Energy Pte. Ltd. sebanyak 23,60 persen, Jupiter Tiger Holdings 4,36 persen, dan Prime Hill Funds 4,36 persen.
BRPT, yang merupakan pengendali utama BREN, memiliki porsi saham terbesar, yakni 64,66 persen. Green Era Energy Pte. Ltd., yang memiliki 23,60 persen saham BREN, dimiliki oleh keluarga Pangestu, khususnya Nancy Pangestu, anak kedua dari pengusaha Prajogo Pangestu.
Berdasarkan data terbaru per 19 September 2024, komposisi kepemilikan saham BREN menunjukkan adanya perubahan kecil pada porsi saham Jupiter Tiger Holdings dan Prime Hill Funds. Kepemilikan saham Jupiter Tiger Holdings sedikit berkurang menjadi 3,94 persen, sementara Prime Hill Funds memiliki 3,76 persen saham BREN.
Sementara, pada 23 Agustus 2024, FTSE Russell mengumumkan bahwa BREN dimasukkan ke dalam indeks FTSE Global Equity Index Series, namun hanya satu bulan setelahnya, tepatnya pada 19 September 2024, BREN dicoret dari konstituen indeks tersebut.
Keputusan ini diambil karena adanya masalah terkait konsentrasi kepemilikan saham yang tinggi di BREN yang dapat mengganggu prinsip-prinsip indeks terkait dengan diversifikasi dan likuiditas pasar.
Keputusan penghapusan ini menjadi sorotan karena BREN sebelumnya telah masuk dalam kategori large cap dari FTSE, yang biasanya mencakup perusahaan dengan kapitalisasi pasar besar dan likuiditas yang memadai.
OJK menyatakan bahwa meskipun ada perubahan besar pada komposisi pemegang saham dan penghapusan dari indeks global, tidak ada indikasi manipulasi pasar dalam perdagangan saham BREN.
Pemeriksaan OJK masih berlanjut untuk memastikan bahwa pasar tetap berjalan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. OJK juga akan terus memantau dinamika pasar terkait dengan saham-saham yang memiliki konsentrasi pemegang saham yang sangat tinggi.
Kepastian mengenai transparansi dan integritas pasar modal Indonesia tetap menjadi prioritas OJK untuk menjaga kepercayaan investor, serta memastikan bahwa pasar saham beroperasi dengan adil dan efisien.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.