Logo
>

BRICS dan Belt & Road Initiative: Jejak Ketergantungan RI Terhadap China

Ditulis oleh Ayyubi Kholid
BRICS dan Belt & Road Initiative: Jejak Ketergantungan RI Terhadap China

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Direktur Riset Bright Institute Muhammad Andri Perdana menilai salah satu penyebab Indonesia memutuskan bergabung dengan BRICS adalah ketergantungan ekonomi nasional dengan China.

    “Masuknya Indonesia sebagai anggota penuh BRICS lebih menjadi sebuah konsekuensi akhir dibandingkan langkah awal dari hubungan kerja sama ekonomi Indonesia dalam kurang lebih sepuluh tahun terakhir,” kata Andri kepada kabarbursa.com, Kamis, 9 Januari 2024.

    Menurutnya, bukti otentik dari ketergantungan RI dengan China adalah dengan menjadi salah satu negara penerima investasi Belt & Road Initiative (BRI) dengan nominal lebih dari USD7,3 triliun pada tahun 2023.

    Indonesia juga menjadi salah satu mitra penting China dalam proyek BRI dengan komitmen investasi lebih dari USD50 miliar sejak tahun 2013. Ketergantungan Indonesia dengan China juga ditunjukkan melalui penandatanganan kerja sama jangka panjang dengan nilai investasi lebih dari USD10 miliar pada tahun 2024.

    Investasi yang masuk dari China pada tahun lalu adalah untuk mendukung Program Makan Bergizi Gratis yang dicanangkan pemerintahan Prabowo-Gibran.

    “Setelah pelantikan presiden baru, Prabowo menandatangani investasi jangka panjang bernilai lebih dari USD10 miliar dari China untuk mendanai program-program yang menjadi kepentingan Prabowo, terutama Makan Bergizi Gratis,” ungkap dia.

    Selain menerima banyak investasi, Indonesia juga menjadikan China sebagai negara utama tujuan ekspor Indonesia. Kontribusi ekspor RI ke China pada tahun 2023 sebesar 25,09 persen.

    Ekspor Indonesia ke China juga lebih besar dibandingkan ke Amerika Serikat yang jumlahnya hanya mencapai 8,98 persen dari seluruh ekspor Indonesia.

    “Jadi secara cengkraman kerja sama ekonomi, pengaruh China sebenarnya sudah lebih signifikan dari Amerika Serikat dalam beberapa tahun terakhir,” tegas Andri.

    Satu lagi hal yang perlu dicatat adalah Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia yang tumbuh pesat, terutama terhadap China. Pada 2014, utang Indonesia terhadap China tercatat hanya USD6,88 miliar, namun per September 2024, jumlahnya melonjak menjadi USD21,14 miliar. Angka ini semakin mempertegas posisi China dalam perekonomian Indonesia.

    Kesempatan Peningkatan Kerja Sama

    Andri mengungkapkan bahwa dari perspektif pemerintah, masuknya Indonesia ke dalam BRICS dapat dimanfaatkan sebagai kesempatan untuk lebih mengintensifkan kerja sama ekonomi, tidak hanya dengan China, tetapi juga dengan negara-negara BRICS lainnya.

    Dengan status anggota penuh BRICS, Indonesia bisa mendapatkan akses lebih besar terhadap investasi dan peluang perdagangan yang lebih terbuka.

    “Tentu dari perspektif pemerintah, langkah ini bisa menjadi kesempatan untuk semakin mengintensifkan kerja sama dan investasi dari China tersebut serta negara-negara BRICS lainnya yang cenderung terbuka lebih lebar setelah menjadi anggota tetap BRICS,” ungkapnya.

    Tersandera Kepentingan China

    Terkait hubungan Indonesia dengan China, Andri menyoroti sikap Indonesia yang mulai melunak terhadap Negeri Tirai Bambu tersebut. Indonesia bahkan mengakui posisi China dalam sengketa maritim di Laut China Selatan. Bahkan, lebih jauh lagi, Indonesia terlibat dalam pengembangan industri perikanan dan gas di wilayah tersebut yang sebelumnya justru dihindari.

    “Indonesia juga menandatangani pernyataan untuk membangun komunitas masa depan bersama dengan China, yang membuat Indonesia semakin tersandera dalam kontestasi geopolitik dengan negara-negara Barat dan OECD,” tambahnya.

    Lebih lanjut, Andri juga menyoroti perbedaan antara investasi China dan bantuan dari negara-negara OECD. Menurutnya, investasi China cenderung bersifat komersial dengan bunga tinggi dan porsi hibah yang minim. Berbeda dengan bantuan dari negara OECD yang lebih banyak berupa hibah dengan bunga rendah.

    Menurutnya, berjarak dari negara anggota OECD berisiko menghadapi biaya investasi yang lebih tinggi dan keterbatasan hibah yang berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang.

    “Menjauh dari negara-negara OECD memiliki konsekuensi besar terkait biaya investasi dan hibah yang akan diterima Indonesia ke depan,” tuturnya.

    Posisi RI di Perdagangan Global

    Untuk diketahui, Indonesia secara resmi menjadi anggota penuh dalam blok ekonomi BRICS yang meliputi Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, pada Senin, 6 Januari 2025. Bergabungnya Indonesia dengan BRICS ini menandai awal dari babak baru dalam hubungan internasional negara ini.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, menyatakan bahwa keanggotaan Indonesia dalam BRICS akan membuka peluang besar untuk perkembangan perekonomian nasional.

    “Ya, tentu kalau secara trilateral dengan multiple negara kan. Brasil, Rusia, India, China,” jelas Airlangga kepada Wartawan di Kantornya, Jakarta, Rabu, 8 Januari 2025.

    Lebih lanjut, Airlangga mengungkapkan bahwa keanggotaan dalam BRICS akan memberi Indonesia akses yang lebih luas untuk memperkuat hubungan perdagangan dan investasi dengan negara-negara anggota.

    Dia percaya bahwa ini akan semakin memperkuat posisi Indonesia dalam perdagangan global. “Ini akan semakin terbuka lagi akses perdagangan dan investasi,” katanya

    Pasalnya, bergabungnya Indonesia dalam kelompok Global South melalui BRICS menegaskan bahwa Indonesia kini menjadi bagian dari kelompok ekonomi yang semakin diperhitungkan di dunia.

    “Sudah diterima oleh BRICS. Jadi ini baik karena dengan berbagai negara di global south, kita sudah masuk dalam klub,” ujar Airlangga.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Ayyubi Kholid

    Bergabung di Kabar Bursa sejak 2024, sering menulis pemberitaan mengenai isu-isu ekonomi.