Logo
>

BRMS dan Ambisi Tambang Emas Salim Group: Harga Murah, Potensi Besar

BRMS gencar ekspansi pasca masuknya Salim Group. Dengan cadangan emas tinggi dan proyek tambang bawah tanah, saham ini dinilai punya potensi rerating besar.

Ditulis oleh Yunila Wati
BRMS dan Ambisi Tambang Emas Salim Group: Harga Murah, Potensi Besar
Ilustrasi PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). (Foto: Dok Perusahaan)

Poin Penting :

KABARBURSA.COM – PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) kian mencuri perhatian pelaku pasar. Perusahaan tambang yang kini berada di bawah kendali Salim Group itu tak lagi sekadar "pemain junior", melainkan mulai menjelma sebagai calon kekuatan baru di industri emas dan tembaga nasional.

Dengan total cadangan mencapai 12,4 juta ons emas dan 1,9 juta ton tembaga, BRMS memiliki posisi strategis di tengah tren harga emas global yang masih bertahan tinggi. Bahkan, proyek andalannya—Citra Palu Mineral (CPM)—baru saja mencatatkan kadar emas hingga 3,5 gram per ton, menjadikannya salah satu yang tertinggi di antara para pesaing regional.

Optimisme terhadap masa depan BRMS juga datang dari Verdhana Sekuritas yang resmi memulai cakupan terhadap saham ini dengan rating Buy dan target harga Rp600 per saham. Dengan harga penutupan terakhir di Rp402, potensi kenaikan yang dihitung mencapai hampir 50 persen.

Di balik proyeksi itu, ada sejumlah faktor kunci yang menopang. Pertama, komitmen ekspansi pasca masuknya Salim Group lewat aksi right issue pada 2021. Sejak saat itu, BRMS gencar membangun empat fasilitas pengolahan emas dengan total kapasitas 10.500 ton per hari.

Selain itu, perusahaan juga tengah menyiapkan tambang bawah tanah yang ditargetkan mulai beroperasi pada akhir 2027. 

Dengan proyeksi belanja modal sekitar USD300 juta, tambang ini diyakini mampu menghasilkan emas dengan kadar lebih tinggi lagi, sekitar 4,9 gram per ton, dan menambah output hingga 170.000 ons pada 2028.

Jika rencana berjalan sesuai jadwal, BRMS berpeluang mencetak pertumbuhan produksi emas rata-rata 32 persen per tahun selama 2025 hingga 2028. Pendapatan dan laba bersih juga diproyeksikan tumbuh signifikan. 

Laba bersih perusahaan diperkirakan naik dari USD24 juta tahun lalu menjadi USD53 juta di 2025, dan terus meningkat di tahun-tahun berikutnya.

Efisiensi juga menjadi bagian penting dari transformasi ini. Biaya produksi per ons diperkirakan akan turun dari USD1.400 menjadi USD1.300 seiring peralihan ke bijih berkadar tinggi. Ini tentu akan berdampak langsung pada margin keuntungan.

Valuasi Murah BRMS

Dari sisi valuasi, BRMS masih dianggap cukup murah jika dibandingkan dengan prospek cadangannya. Saat ini valuasi per ons cadangan emas BRMS berada di kisaran USD269, sedikit di atas rata-rata industri global sekitar USD250. 

Namun, angka ini masih bisa ditekan bila eksplorasi lanjutan di Gorontalo Minerals, Linge Mineral Resources, dan Suma Heksa Sinergi membuahkan tambahan cadangan yang berarti.

Proyek Linge, misalnya, sudah masuk tahap persiapan pembangunan pabrik baru berkapasitas 1.000 ton per hari. Sementara proyek lain seperti SHS dan GM telah dinilai menggunakan pendekatan valuasi konservatif, USD320/ons untuk emas dan USD700/ton untuk tembaga.

Verdhana sendiri menggunakan pendekatan kombinasi, sum of the parts, untuk menilai keseluruhan potensi BRMS. Di satu sisi, ekspansi yang tengah berjalan dinilai dengan model arus kas diskonto (DCF) menggunakan asumsi WACC 10 persen. Di sisi lain, aset yang belum dikembangkan dinilai berdasarkan rata-rata valuasi pasar.

Meski potensi pertumbuhannya besar, investor tetap perlu mencermati sejumlah risiko. Volatilitas harga emas, perubahan regulasi pertambangan, hingga tantangan eksekusi proyek adalah beberapa faktor yang bisa memengaruhi kinerja perusahaan.

Namun dengan dukungan pendanaan yang kuat, portofolio aset yang menjanjikan, dan strategi ekspansi yang terarah, BRMS punya semua syarat untuk menjelma menjadi pemain penting di sektor tambang emas Indonesia. 

Bagi investor yang mencari saham tambang dengan valuasi menarik dan prospek pertumbuhan solid, BRMS tampaknya layak masuk dalam radar pemantauan lebih serius.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79