KABARBURSA.COM - PT Bumi Resources Minerals Tbk (IDX: BRMS) resmi memulai pembangunan proyek tambang emas bawah tanah di area River Reef, Poboya, Palu.
Peresmian proyek ini digelar pada 20 Mei 2025 dan dihadiri langsung oleh jajaran direksi BRMS yang dipimpin oleh Direktur Utama, Agus Projosasmito.
Acara tersebut juga turut dihadiri oleh manajemen PT Citra Palu Minerals (CPM), anak usaha BRMS yang menangani proyek ini secara langsung. Direktur Utama CPM, Damar Kusumanto, yang juga seorang geologis, hadir bersama tim teknisnya, termasuk Robert Gelson (Chief Underground Mining Officer), Tutus Djama (VP Technical Service), dan Budiawan Halim (VP Underground Operations).
Perwakilan dari Macmahon Indonesia selaku kontraktor utama, termasuk CEO Michael Finnegan dan Construction Project Manager Bayne Kuch, juga ikut serta dalam kegiatan ini.
Dalam keterangan yang diterima KabarBursa.com pada Rabu, 21 Mei 2025, Damar mengungkapkan bahwa pekerjaan konstruksi sebenarnya telah dimulai sejak kuartal pertama tahun ini. Dalam waktu kurang dari enam bulan, sejumlah tahap penting telah dirampungkan.
Di antaranya adalah pembangunan area boxcut sebagai akses awal ke tambang bawah tanah, sistem dewatering dan pemompaan air, pemasangan instalasi listrik serta sistem ventilasi, pembangunan fasilitas kantor dan bengkel kerja, hingga penyelesaian terowongan bawah tanah sepanjang 80 meter.
"Semua tahapan ini dilakukan dengan mengedepankan aspek keselamatan kerja dan efisiensi, agar proyek bisa berjalan sesuai dengan target yang telah ditetapkan," ujar Damar.
Sementara itu, Agus Projosasmito menyampaikan optimisme perusahaan terhadap potensi tambang emas bawah tanah tersebut.
Menurutnya, tambang yang diproyeksikan memiliki usia operasional selama 17 tahun ini diharapkan mampu menghasilkan sekitar 2,8 juta ounce emas dan lebih dari 6 juta ounce perak selama masa produksinya.
Jika tidak ada aral melintang, kegiatan produksi komersial ditargetkan mulai berjalan pada tahun 2027.
Harga Saham BRMS Terdorong Naik
Pergerakan saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) hingga siang hari ditutup di level 364, menguat 4 poin atau setara 1,11 persen dibandingkan hari sebelumnya.
Saham emiten tambang logam mulia ini dibuka di level 366 dan sempat menguat hingga menyentuh angka 374, sebelum akhirnya ditutup sedikit di bawah harga pembukaan. Level terendah hari itu tercatat di 360.
Rata-rata harga yang tercatat berada di 366, menunjukkan bahwa minat pasar terhadap saham ini cukup stabil sepanjang hari. Volume perdagangan juga mencatat angka yang tidak kecil, sebesar 2,55 juta lot, dengan nilai transaksi mencapai Rp93,3 miliar.
Data teknikal menunjukkan BRMS masih memiliki ruang gerak yang luas. Dengan batas atas (ARA) berada di level 450 dan batas bawah (ARB) di angka 306, investor punya cukup banyak ruang untuk mengambil posisi, terutama di tengah sentimen positif dari berita fundamental perusahaan.
Selama sepekan terakhir, volume perdagangan BRMS tercatat mencapai 254,88 juta saham, dengan rata-rata volume harian sebesar 422,2 juta saham.
Angka ini mengindikasikan bahwa saham BRMS masih menjadi salah satu pilihan aktif di lantai bursa, khususnya setelah kabar peresmian konstruksi tambang emas bawah tanah mereka di Poboya, Palu, yang digadang-gadang bakal menjadi mesin pertumbuhan jangka panjang perusahaan.
Kenaikan harga saham ini dipandang sebagai reaksi wajar pasar terhadap kejelasan arah pengembangan bisnis BRMS ke depan.
Optimisme terhadap proyeksi produksi emas dan perak dari proyek di Palu, serta progres pembangunan yang sudah berjalan sejak awal tahun, menjadi bahan bakar utama di balik peningkatan minat investor.
Tekanan Jual Masih Ada, Sinyal Rebound Mulai Terbaca
Saham PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) saat ini tengah berada dalam fase tekanan teknikal yang cukup kuat. Berdasarkan rangkuman indikator hingga pagi tadi, mayoritas sinyal mengarah pada aksi jual.
Kendati begitu, sejumlah indikator juga mulai menunjukkan adanya peluang pemulihan dalam jangka pendek.
Secara keseluruhan, indikator teknikal memberikan sinyal peringatan. Dari tujuh indikator utama, lima mengarahkan ke posisi jual, satu netral, dan hanya satu yang mengindikasikan beli.
Indeks RSI (Relative Strength Index) berada di level 48,22, dekat dengan posisi netral, menggambarkan bahwa pasar belum menunjukkan dominasi kuat antara aksi beli dan jual.
Namun, sejumlah indikator lainnya seperti Stochastic, Stochastic RSI, Williams %R, dan Ultimate Oscillator menunjukkan bahwa saham BRMS saat ini berada di wilayah oversold, atau kondisi ketika harga sudah terlalu turun dan berpotensi untuk bangkit kembali dalam waktu dekat.
Tekanan ini juga tercermin dari indikator MACD yang berada di angka negatif, menandakan tren pelemahan harga masih berlangsung. Commodity Channel Index (CCI) turut memperkuat sinyal ini dengan angka yang juga negatif, mengindikasikan tekanan yang belum mereda.
Meski demikian, Average Directional Index (ADX) yang mencatat angka 26 masih menunjukkan bahwa tren yang terbentuk cukup kuat. Namun, volatilitas harga tercatat rendah berdasarkan ATR (Average True Range) di level 16, yang mengisyaratkan pergerakan harga cenderung stabil meskipun berada dalam tekanan.
Sementara itu, dari sisi pergerakan rata-rata harga atau Moving Average (MA), tekanan jual masih mendominasi. Dari total 12 indikator MA yang diamati, delapan memberikan sinyal jual dan hanya empat yang mengindikasikan beli.
Harga saat ini masih berada di bawah MA10 hingga MA50, baik dalam metode sederhana maupun eksponensial. Namun pada MA100 dan MA200, sinyal beli mulai muncul. Ini bisa menjadi indikasi bahwa dalam jangka panjang, saham BRMS masih menyimpan potensi pemulihan.
Mengacu pada perhitungan pivot point, harga BRMS kini berada di sekitar level 362, yang merupakan titik pivot utama. Ini menjadi area krusial. Jika harga mampu bertahan dan menembus ke atas level 366, maka ada peluang untuk menguji kembali level resistance berikutnya di 372.
Namun, jika tekanan jual masih berlanjut dan harga menembus level support di 356, maka risiko koreksi lebih dalam menuju 352 atau bahkan 346 terbuka lebar.
Dengan kondisi teknikal seperti ini, pasar tampaknya masih menunggu konfirmasi lebih lanjut. Bagi pelaku pasar yang agresif, sinyal oversold bisa menjadi peluang untuk melakukan spekulasi atas potensi pantulan harga.
Namun untuk investor jangka menengah dan panjang, kehati-hatian tetap menjadi kunci sambil memantau perkembangan proyek tambang emas bawah tanah BRMS di Palu yang menjadi katalis utama saat ini.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.