KABARBURSA.COM – Pergerakan bitcoin (BTC) dalam 24 jam terakhir menunjukkan pemulihan yang cukup kuat. Naik hingga 2,09 persen ke level USD92.291, BTC mendapat respons positif dari pelaku pasar. Namun hati-hati, tren bearish masih cukup kuat dan bisa membuat tekanan kapan pun.
Dala perdagangan Rabu, 10 Desember 2025, harga BTC sempat menyentuh area USD89.000 sebelum akhirnya memantul kuat ke level tertinggi di USD94.601. Dengan rentang yang cukup lebar ini, minat beli di level bawah ternyata masih sangat kuat dan berhasil menciptakan momentum pemulihan yang cepat.
Kapitalisasi pasar Bitcoin juga meningkat menjadi USD1,83 triliun. Angka ini memperkuat posisi BTC sebagai aset kripto terbesar dengan dominasi pasar mencapai 58,20 persen. Volume transaksi hariannya juga mencapai USD67,06 miliar. Di sini, likuiditas pasar tetap terjaga meskipun volatilitas meningkat.
Sebulan Terakhir Melemah 13,17 Persen
Jika dilihat dari kinerjanya sebulan terakhir, BTC terkoreksi 13,17 persen. Bahkan apabila dilihat dalam 90 hari ke belakang, koreksinya lebih besar lagi, yaitu mencapai 19,06 persen. Bahkan secara tahunan atau year to date, penurunannya mencapai 2,41 persen.
Artinya, penguatan jangka pendek yang terjadi pada BTC belum cukup untuk menghapus tekanan jual yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Meski demikian, suplai beredar BTC yang sudah mencapai 19,95 juta, mendekati batak maksimum 21 juta BTC, menjadi fondasi fundamental yang menjaga persepsi kelangkaan asetnya.
Di pasar lokal Indonesia, performa Bitcoin sedikit berbeda karena dipengaruhi konversi nilai tukar rupiah. Harga BTC/IDR yang berada di kisaran Rp1,538 miliar. Hal ini menunjukkan bahwa meski Bitcoin global menguat, faktor kurs memberikan kontribusi tersendiri terhadap pergerakan harga di pasar domestik.
Dengan pergerakan 0,40 persen pada sesi terakhir, pasar lokal memperlihatkan volatilitas yang lebih rendah. Artinya, aktivitas pembelian masih stabil tanpa lonjakan agresif.
Di sisi lain, altcoin besar ikut merespons penguatan Bitcoin. Ethereum naik 6,04 persen ke USD3.309, sementara Solana menguat 3,31 persen ke USD137,45 dan Cardano melonjak 7,54 persen ke USD0,4648.
Aset-aset ini biasanya menjadi leading indicators kedua setelah Bitcoin, di mana jika Ether dan Solana menguat bersamaan dengan BTC, tandanya pasar berada dalam fase risk-on yang sehat. Bahkan token berkapitalisasi kecil seperti AROX mampu melonjak 14,79 persen. Ada pergeseran spekulasi ke aset berkapitalisasi rendah ketika volatilitas meningkat.
Secara keseluruhan, performa Bitcoin global dan lokal menunjukkan pola yang mulai membaik, tetapi tetap berada dalam bayang-bayang tren koreksi jangka menengah. Penguatan dalam 24 jam terakhir memang cukup signifikan, namun belum cukup untuk membalikkan tren bearish yang terbentuk dalam dua hingga tiga bulan terakhir.
Pasar hingga kini masih menunggu katalis yang lebih kuat, baik dari sisi institusi, kebijakan moneter global, maupun arus masuk modal baru, untuk memastikan apakah Bitcoin siap kembali menuju jalur penguatan yang lebih stabil.
Dalam kondisi seperti ini, Bitcoin berada pada fase yang menarik: volatilitas meningkat, minat beli mulai muncul, tetapi arah besar pasar belum sepenuhnya pulih. Para pelaku pasar kini menghadapi fase transisi yang sering kali menjadi titik awal pergerakan besar berikutnya, entah menuju pemulihan jangka panjang atau kembali terkoreksi bila momentum tidak cukup kuat.(*)