KABARBURSA.COM – Di tengah gejolak sektor keuangan dan tekanan likuiditas yang menghantam banyak bank menengah, PT Bank BTPN Syariah Tbk (BTPS) justru tampil percaya diri. Laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik melonjak 26,6 persen menjadi Rp967,98 miliar hingga kuartal III-2025. Tapi sayangnya, BTPS seperti tidak memiliki daya pikat berarti terhadap investor.
Meski pendapatan penyaluran dana menurun 3,5 persen yoy menjadi Rp3,94 triliun, BTPS menunjukkan kemampuan luar biasa dalam menjaga margin dan menekan beban. Beban bagi hasil investasi turun 3,9 persen, sementara beban operasional seperti tenaga kerja dan promosi berhasil diredam.
Kombinasi efisiensi ini mengangkat laba operasional ke Rp1,22 triliun, naik dari periode sebelumnya.
Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad, menyebut bahwa kekuatan utama bank terletak pada “kedisiplinan dan kekompakan nasabah”. Kondisi ini menjadi fondasi kualitas pembiayaan.
Data yang tersaji mengonfirmasi pernyataan itu. Rasio Return on Asset (RoA) mencapai 7,5 persen, di mana angka ini menunjukkan level yang sangat tinggi untuk perbankan nasional. Sementara Capital Adequacy Ratio (CAR) tembus 57,4 persen menandakan modal yang luar biasa kuat.
Dari sisi pembiayaan, BTPS menyalurkan dana sebesar Rp9,8 triliun hingga akhir kuartal III. Ini sedikit terkendali dibanding periode sebelumnya, tapi dengan kualitas aset yang tetap prima. Bisa juga dikatakan bahwa pertumbuhan tidak lagi semata-mata dikejar dari ekspansi, tetapi dari efisiensi dan pengelolaan risiko yang lebih disiplin.
Belum Ada Arus Beli Agresif di BTPS
Namun, jika beralih ke lantai bursa, pergerakan saham BTPS justru memperlihatkan dinamika yang lebih berhati-hati. Pada perdagangan Rabu, 29 Oktober 2025, harga ini menguat tipis 1,07 persen ke level Rp1.415 per saham, setelah sempat menyentuh Rp1.430 sebagai titik tertinggi intraday.
Volume transaksi mencapai 94,7 ribu lot dengan nilai perdagangan sekitar Rp13,4 miliar. Sepertinya sedan gada minat pasar yang moderat, tapi terjaga stabil di tengah kondisi indeks yang cenderung sideways.
Secara teknikal, pergerakan harga BTPS terlihat membentuk pola konsolidasi sehat di rentang Rp1.380–Rp1.430. Level rata-rata perdagangan (average price) di Rp1.411 memperlihatkan area keseimbangan antara buyer dan seller.
Tidak ada tekanan jual besar, tapi juga belum terlihat arus beli agresif yang mampu membawa harga menembus area resistensi di Rp1.450.
Melihat data bid-offer, struktur pasar BTPS hari ini cukup menarik. Di sisi bawah, minat beli (bid) tersebar merata di area Rp1.380–Rp1.405 dengan total permintaan mencapai 129 ribu lot. Sedangkan penawaran jual (offer) di atas harga pasar tercatat sedikit lebih tipis, 93 ribu lot.
Pola seperti ini menunjukkan bahwa pelaku pasar mulai memanfaatkan pelemahan sebelumnya untuk melakukan akumulasi bertahap.
Frekuensi transaksi paling padat terjadi di rentang Rp1.400–Rp1.425 dengan lebih dari 150 kali transaksi aktif. Area tersebut menjadi titik keseimbangan harga jangka pendek. Sementara di atas Rp1.430, mulai muncul lapisan jual tipis yang menahan laju penguatan.
Dengan kata lain, investor tampak menunggu konfirmasi arah pasar sebelum melakukan dorongan beli lanjutan.
Kecenderungan “bid tebal, offer tipis” ini sering kali menandakan fase akumulasi senyap di saham-saham dengan fundamental solid, terutama pasca laporan keuangan yang positif. BTPS memenuhi dua syarat itu, yaitu kinerja laba yang tumbuh dua digit dan efisiensi biaya yang semakin kuat.
Secara psikologis, saham BTPS kini memasuki fase “low risk – steady return.” Likuiditasnya cukup baik untuk ukuran bank syariah menengah, volatilitasnya rendah, dan valuasinya masih menarik dengan rasio price-to-book yang belum terlalu tinggi dibanding sektor sejenis.
Ada Potensi Margin Menipis
Namun, ada catatan penting yang perlu diperhatikan. Pertumbuhan laba BTPS kali ini lebih banyak disumbang oleh pengetatan biaya, bukan oleh ekspansi pembiayaan. Jika tren ini berlanjut tanpa diimbangi peningkatan pendapatan penyaluran dana, margin ke depan bisa menipis, terutama jika sektor mikro yang menjadi basis utama pembiayaan BTPS, mulai menghadapi tekanan daya beli.
Kabar baiknya, dengan CAR di atas 57 persen, bank memiliki ruang luas untuk memperluas pembiayaan pada 2026 tanpa perlu tambahan modal eksternal. Jika manajemen mampu menjaga kualitas aset dan menumbuhkan portofolio pembiayaan produktif di sektor mikro dan UMKM, maka kinerja ke depan bisa berlanjut positif, bukan hanya dari efisiensi tapi dari pertumbuhan riil.
Secara keseluruhan, BTPS sedang berada di posisi yang strategis. Kinerja keuangannya menunjukkan stabilitas, efisiensinya tajam, dan sahamnya mulai dikoleksi pelan-pelan di level bawah.
Dengan struktur bid-offer yang mulai berpihak pada pembeli dan volume yang terjaga, BTPS berpotensi keluar dari fase konsolidasi menuju tren kenaikan baru, terutama jika pasar mulai kembali mencari saham-saham bank syariah berfundamental kuat di tengah rotasi pasar ke sektor defensif.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.