Logo
>

Bukan 9.000, Segini Target JP Morgan Terhadap IHSG

JP Morgan menilai pijakan ekonomi Indonesia kian solid dan memproyeksikan IHSG berpeluang menyentuh 10.000 pada 2026, ditopang stimulus fiskal, stabilitas politik, dan arus modal institusi.

Ditulis oleh Yunila Wati
Bukan 9.000, Segini Target JP Morgan Terhadap IHSG
Gedung JP Morgan. Foto: JPMorgan.

KABARBURSA.COM - Prediksi pasar saham Indonesia untuk tahun depan memasuki babak baru. JP Morgan baru saja merilis proyeksi terbarunya. Lembaga investasi global tersebut menilai 2026 sebagai tahun ketika pasar kembali menemukan pijakan kuat, dengan kombinasi stabilitas politik, dorongan fiskal, dan perbaikan likuiditas yang membuka ruang kenaikan valuasi. 

Alih-alih menetapkan target moderat di sekitar 9.000 seperti konsensus lembaga riset lain, JP Morgan justru memasang skenario bull yang jauh lebih tinggi. IHSG berpotensi menembus 10.000 pada 2026.

Dalam laporan riset terkini, JP Morgan menetapkan target dasar IHSG di 9.100 untuk 2026. Target dasar tersebut didukung oleh asumsi pertumbuhan laba emiten sebesar 8 persen dan price to earnings ratio di kisaran 15 kali. 

Namun bagian paling menarik dari riset ini adalah skenario bullishnya. Dalam kondisi makro yang optimal, peningkatan belanja fiskal yang agresif, dan normalisasi global yang lebih cepat, dilihat sebagai ruang kenaikan hingga level 10.000. 

Sementara itu, untuk skenario bearish, indeks diperkirakan berada di 7.800. Rentang proyeksi yang lebar ini menunjukkan bahwa tahun depan akan menjadi tahun yang sangat sensitif terhadap kebijakan pemerintah dan dinamika global.

Program MBG Jadi Katalis Positif Kenaikan IHSG ke Level 10.000

Optimisme JP Morgan bertumpu pada beberapa faktor utama, terutama perubahan lanskap kebijakan ekonomi di bawah pemerintahan Presiden Prabowo. Program Makan Bergizi Gratis dan Koperasi Desa dinilai akan memperluas basis konsumsi dan meningkatkan sirkulasi ekonomi di daerah. 

Belanja pemerintah yang meningkat menambah potensi pemulihan permintaan domestik, yang hampir selama dua tahun terakhir bergerak dengan pola moderat. Dengan karakter pasar Indonesia yang sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga, dorongan fiskal seperti ini dapat menciptakan multiplier effect yang kuat terhadap laba emiten sektor konsumsi.

Dari sisi moneter, tren pelonggaran diperkirakan masih berlanjut. Kemungkinan Bank Indonesia memangkas suku bunga sebesar 50 basis poin pada 2026, menguat. Likuiditas sistem perbankan yang membaik dan defisit transaksi berjalan yang diperkirakan tetap di bawah satu persen PDB, menjadi penyangga penting untuk stabilitas rupiah. 

Jika tekanan eksternal tidak signifikan, ekspektasi penurunan suku bunga akan membuka ruang valuasi lebih tinggi, terutama bagi saham-saham growth.

Salah satu variabel terbesar dalam proyeksi JP Morgan adalah Danantara. Entitas baru ini menyatukan fungsi perusahaan induk, pengelola aset, serta pengelola investasi BUMN. Dengan pemisahan tugas yang lebih terstruktur antara BPI Danantara, DAM, dan DIM, lembaga ini diproyeksikan memiliki kapasitas pembiayaan yang lebih mandiri, dan tidak sepenuhnya bergantung pada anggaran fiskal. 

Jika Danantara benar-benar menjalankan fungsinya sebagai katalis investasi pemerintah, arus dana masuk dari institusi domestik dapat meningkat signifikan sepanjang 2026 dan mempersempit ruang volatilitas pasar.

Rupiah Jadi Katalis Negatif Utama

Namun riset tersebut juga menekankan bahwa rupiah tetap menjadi sumber risiko utama. Depresiasi berkepanjangan dapat mendistorsi sentimen, menekan daya beli, dan memicu arus keluar modal. 

JP Morgan menilai stabilitas rupiah menjadi prasyarat penting agar target indeks dalam skenario bull dapat tercapai. Selain itu, perubahan metodologi Adjusted Free Float MSCI yang kemungkinan diumumkan pada kuartal pertama 2026, juga berpotensi mengubah pola aliran dana asing, Terutama jika penurunan bobot sejumlah saham besar terjadi.

Di sisi lain, partisipasi ritel diperkirakan masih tinggi pada paruh pertama 2026, tetapi dapat mengalami moderasi pada semester berikutnya. Perubahan bobot indeks global dan volatilitas rupiah bisa membuat preferensi ritel bergeser. 

Sementara itu, aliran dana institusi domestic, terutama dari dana pensiun dan lembaga keuangan BUMN, diperkirakan menguat dan memperkokoh struktur pasar.

Dari seluruh sektor yang dipantau JP Morgan, lima sektor menjadi rekomendasi overweight menuju 2026, yaitu Industrials, Materials, Consumer Staples, Consumer Discretionary, dan Property. Ini mencerminkan perpaduan antara pemulihan siklus ekonomi dan keberlanjutan tema belanja pemerintah. 

Untuk saham kapitalisasi besar, BBCA, ASII, ICBP, ANTM, dan GOTO menjadi pilihan utama. Sementara ISAT, EMTK, JSMR, MAPI, dan PWON diproyeksikan menjadi motor pertumbuhan pada segmen mid-small cap.

Melihat keseluruhan variabel ini, target bull JP Morgan di 10.000 tidak hanya berdiri di atas ekspektasi pertumbuhan laba, tetapi pada arsitektur kebijakan 2026 yang dianggap mampu mendorong aliran modal domestik dan menjaga stabilitas makro. 

Ruang penguatan IHSG masih terbuka lebar selama faktor risiko, terutama rupiah, dapat dikendalikan dan stimulus fiskal berjalan sesuai rencana pemerintahan baru.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79