KABARBURSA.COM - Siang-siang pasar Asia lagi galau. Saham-saham di bursa regional pada Rabu, 30 April 2025, ini tampil campur aduk, meski pasar saham AS sebelumnya sempat bikin senyum lebar berkat laporan laba perusahaan yang di atas ekspektasi. Sayangnya, optimisme itu tak menyebar rata.
Pasar masih waspada gegara perang dagang Donald Trump yang entah mau dibawa ke mana arahnya. Dilansir dari AP di Jakarta, Rabu, indeks saham Nikkei 225 di Tokyo cuma naik tipis 0,1 persen ke 35.871,74. Tapi saham otomotif Jepang malah kompak turun, padahal Trump baru aja longgarin tarif buat mobil dan suku cadang impor.
Di tempat lain, Hang Seng Hong Kong nyungsep 0,3 persen ke 21.941,40. Shanghai Composite juga ikutan lemes, turun 0,1 persen ke 3.283,51. Sementara Kospi Korea Selatan rontok 0,6 persen, dan ASX 200 Australia naik tipis 0,2 persen. Taiwan? Lumayan, naik 0,4 persen.
Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Rabu pagi, 30 April 2025, naik 7,06 poin atau 0,10 persen ke level 6.756,14. Sejak pembukaan, indeks sempat bergerak di level tertinggi 6.761,28 dan terendah 6.752,83, mencerminkan sentimen pasar yang masih berhati-hati.
Volume transaksi di seluruh pasar tercatat sebanyak 9,94 juta lot dengan nilai perdagangan sebesar Rp408,94 miliar dari 31.470 kali transaksi. Aktivitas perdagangan masih cukup stabil dengan dominasi transaksi di pasar reguler.
Pada perdagangan hari ini sejumlah saham mengalami kenaikan. Saham-saham di sektor keuangan dan transportasi kembali menjadi motor penggerak indeks.
PT Mandala Multifinance Tbk (MFIN) dari sektor keuangan melesat 19,40 persen ke harga Rp4.000. Kenaikan signifikan juga dicatatkan oleh PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF), juga dari sektor keuangan, yang melonjak 18,73 persen ke Rp10.300. Di sektor transportasi, PT Blue Bird Tbk (BIRD) mencuri perhatian dengan kenaikan 14,55 persen ke level Rp1.850. Dari sektor energi, PT PAM Mineral Tbk (NICL) ikut naik 14,17 persen ke Rp685. Sementara PT Superkrane Mitra Utama Tbk (SKRN) dari sektor infrastruktur menguat 13,33 persen ke Rp442.
Sebaliknya, sejumlah saham mencatatkan koreksi cukup dalam. PT Sarana Mitra Luas Tbk (SMIL) dari sektor infrastruktur tertekan hingga 14,55 persen ke Rp282. PT Isra Presisi Indonesia Tbk (ISAP) dari sektor industri menurun 9,09 persen ke Rp10.
Sektor energi juga mencatat pelemahan melalui saham PT Kirana Megatara Tbk (KMTR) yang turun 6,43 persen ke Rp262, dan PT Mitrabara Adiperdana Tbk (MBAP) yang melemah 5,32 persen ke Rp1.780. Adapun PT Buana Finance Tbk (BBLD) dari sektor keuangan juga terkoreksi 5,88 persen ke Rp720.
Secara sektoral, penguatan paling signifikan pagi ini datang dari sektor transportasi yang naik 2,50 persen. Sektor kesehatan juga mencatat kenaikan 0,73 persen, disusul sektor bahan baku yang menguat 0,48 persen dan sektor siklikal sebesar 0,30 persen. Sementara itu, sektor barang konsumen non-siklikal mencatat pelemahan 0,56 persen dan sektor energi terkoreksi tipis 0,15 persen.
Sementara itu di Wall Street, indeks S&P 500 naik lagi 0,6 persen ke 5.560,83—melanjutkan rekor kenaikan enam hari berturut-turut. Dow Jones juga gas tipis 0,7 persen ke 40.527,62, dan Nasdaq naik 0,5 persen ke 17.461,32.
Tapi jangan buru-buru euforia, karena CEO-CEO mulai waswas. Mereka jujur bilang, belum tahu bisa tahan berapa lama laba gede ini, apalagi dengan ketidakpastian arah kebijakan dagang Trump.
Beberapa saham emiten gede jadi motor penggerak pasar. Honeywell International melonjak 5,4 persen usai lapor pendapatan dan laba yang lebih kinclong dari perkiraan. Bahkan mereka optimistis, kinerja setahun penuh bakal lebih kinclong dari proyeksi sebelumnya. Sherwin-Williams juga ikut meriah, naik 4,8 persen setelah hasil kuartal pertamanya sukses nyalip prediksi analis.
UPS sempat naik turun di awal perdagangan meski untungnya naik. Tapi mereka bilang nggak bakal kasih proyeksi baru untuk 2025 karena kondisi ekonomi global sekarang “bikin bingung”. Malah, mereka bilang bakal potong 20 ribu pekerja dan tutup 73 gedung tahun ini. Sahamnya pun ditutup turun 0,4 persen.
Investor juga makin cemas. Tarif ala Trump dikhawatirkan bisa nyeret ekonomi global masuk ke jurang resesi. Keluarga AS pun makin pesimis, terbukti dari survei Conference Board yang bilang ekspektasi soal penghasilan, bisnis, dan pasar kerja merosot ke level terendah sejak 2011—bahkan di bawah level sinyal resesi.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, malah bilang, ketidakpastian ini adalah “alat negosiasi strategis” Trump buat nawar tarif. Katanya sih.
General Motors turun 0,6 persen walau hasil kuartalannya lebih baik dari dugaan. Mereka tunda panggilan investor karena masih nunggu kejelasan soal arah kebijakan dagang. Coca-Cola sempat goyang, tapi akhirnya naik 0,8 persen. Mereka klaim dampak tarif masih “bisa dikendalikan”.
Di pasar obligasi, imbal hasil surat utang pemerintah AS 10 tahun turun ke 4,17 persen dari 4,23 persen. Penurunan ini lanjut dari tren sebelumnya, sejak lonjakan aneh yang sempat bikin Wall Street dan Gedung Putih gelisah awal bulan ini.
Harga minyak juga ikut turun. Patokan minyak mentah AS merosot 9 sen ke USD60,33 per barel, dan Brent turun 6 sen ke USD63,22. Sementara itu, dolar AS menguat ke 142,39 yen, dan euro turun ke USD1,1369. Jadi, pasar hari ini ibarat anak muda yang baru dapet kabar baik, tapi langsung diingetin utang cicilan—manis di awal, cemas di akhir.(*)
Bursa Asia Bergerak Variatif di Tengah Ketidakpastian
Indeks di kawasan Asia bergerak tak searah pada Rabu, dipengaruhi kekhawatiran pasar atas perang dagang Trump serta data ekonomi global yang melemah.
