Logo
>

Bursa Asia Melemah, Nikkei Jatuh usai Aksi Jual Wall Street

Mayoritas bursa Asia mengalami tekanan pada perdagangan Jumat, 7 Maret 2025, dengan indeks Nikkei Tokyo turun lebih dari 2 persen.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Bursa Asia Melemah, Nikkei Jatuh usai Aksi Jual Wall Street
Layar utama Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG yang menampilkan beberapa nama saham di Bursa Efek Indonesia (BEI). Foto: Kabarbursa/Abbas Sandji.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Mayoritas bursa Asia mengalami tekanan pada perdagangan Jumat, 7 Maret 2025, dengan indeks Nikkei Tokyo turun lebih dari 2 persen setelah aksi jual di Wall Street. Sementara itu, pasar saham di Hong Kong dan Shanghai relatif stabil dan harga minyak dunia tidak mengalami perubahan signifikan.

    Dilansir dari AP di Jakarta, Jumat, Nikkei 225 Jepang jatuh 2,1 persen ke 36.898,25, didorong aksi jual di sektor teknologi. Saham produsen chip Tokyo Electron merosot 3,6 persen, sementara pembuat peralatan pengujian semikonduktor Advantest turun 2,3 persen, mengikuti pelemahan saham mereka di bursa AS semalam.

    Sementara itu, indeks Hang Seng di Hong Kong bertahan di zona hijau dengan kenaikan 0,6 persen ke 24.504,80, sedangkan Shanghai Composite stagnan di 3.381,33. Di Australia, S&P/ASX 200 anjlok 1,8 persen ke 7.951,90, sedangkan Kospi Korea Selatan turun tipis 0,1 persen ke 2.574,06. Bursa Taiwan juga melemah dengan Taiex turun 0,7 persen, sementara Sensex India melemah 0,7 persen dan SET Bangkok naik 0,7 persen.

    Di Indonesia, Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG dibuka menguat sebesar 0,09 persen atau naik 5 poin ke level 6.623 pada perdagangan Jumat, 7 Maret 2025. Setelah dibuka menghijau, tak lama kemudian IHSG mengalami koreksi ke posisi 6.613, atau turun 0,07 persen dari posisi sebelumnya.

    Bitcoin masih diperdagangkan di kisaran USD88.000 setelah Presiden Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menetapkan cadangan bitcoin nasional. Langkah ini menjadi tonggak penting dalam upaya menjadikan aset kripto sebagai bagian dari sistem keuangan yang lebih luas.

    Di sisi lain, data perdagangan China untuk Januari-Februari menunjukkan kinerja yang lebih lemah dari ekspektasi. Ekspor China hanya tumbuh 2,3 persen, sementara impor anjlok 8,4 persen. Pemerintah China menggabungkan data perdagangan dua bulan pertama untuk mengurangi distorsi akibat libur Tahun Baru Imlek.

    Pasar saham AS mengalami penurunan setelah Trump kembali menunda penerapan tarif 25 persen untuk beberapa barang impor dari Meksiko dan Kanada. Meski ini memberikan sedikit kepastian bagi pelaku pasar, investor tetap berhati-hati karena kebijakan tarif Trump masih berubah-ubah.

    Wall Street Terpukul, Nasdaq Masuk Zona Koreksi

    Pada perdagangan Kamis, indeks utama AS kembali merosot setelah reli singkat di hari sebelumnya. S&P 500 jatuh 1,8 persen ke 5.738,52, sementara Dow Jones Industrial Average turun 1 persen ke 42.579,08. Tekanan terbesar terjadi pada Nasdaq Composite yang ambles 2,6 persen ke 18.069,26, kini lebih dari 10 persen di bawah rekor tertingginya pada Desember lalu, menandakan bahwa indeks teknologi ini telah memasuki zona koreksi.

    Harapan investor bahwa Trump hanya menggunakan tarif sebagai strategi negosiasi mulai memudar. Beberapa perusahaan ritel besar di AS telah memberikan sinyal peringatan tentang daya beli konsumen yang melemah, sementara perusahaan AS juga menghadapi ketidakpastian tinggi akibat kebijakan perdagangan yang berubah-ubah dari Washington.

    Saham Nvidia dan Broadcom Ambruk

    Saham-saham di Wall Street mengalami tekanan yang dipimpin oleh sektor teknologi dan semikonduktor. Macy’s melaporkan pendapatan yang sedikit lebih lemah dari perkiraan analis pada akhir 2024, meskipun laba bersihnya masih melampaui ekspektasi. Namun, proyeksi laba untuk 2025 yang lebih rendah dari harapan pasar membuat saham ritel ini turun 0,7 persen.

    Saham perusahaan semikonduktor, yang sebelumnya melambung berkat euforia kecerdasan buatan (AI), memimpin pelemahan pasar. Nvidia anjlok 5,7 persen, sementara Broadcom jatuh 6,3 persen, menjelang laporan keuangan terbarunya. Pelemahan saham-saham teknologi ini semakin menekan Nasdaq, yang kini telah masuk ke zona koreksi setelah turun lebih dari 10 persen dari level tertingginya.

    Di Eropa, pergerakan indeks saham cenderung bervariasi setelah Bank Sentral Eropa (ECB) memangkas suku bunga, sesuai dengan ekspektasi pasar. Langkah ini memberikan sedikit optimisme bagi perekonomian Eropa yang masih berjuang keluar dari tekanan inflasi.

    Indeks DAX Jerman melesat 1,5 persen setelah pasar merespons kesepakatan antara dua partai politik yang akan membentuk pemerintahan baru di negara tersebut. Kesepakatan itu mencakup pelonggaran batas konstitusional dalam kebijakan fiskal Jerman, yang memungkinkan peningkatan utang dan belanja negara selama dekade mendatang. Langkah ini dipandang sebagai perubahan besar dalam kebijakan anggaran Jerman, yang sebelumnya dikenal sangat ketat dalam mengelola defisit.

    Di pasar komoditas, harga minyak mentah dunia sedikit berubah. Minyak mentah AS (West Texas Intermediate) turun 4 sen ke USD66,32 per barel, sementara Brent crude, patokan global, melemah 1 sen ke USD69,45 per barel.

    Sementara itu, dolar AS melemah terhadap yen Jepang, turun ke 147,72 yen dari 147,98 yen. Kenaikan biaya tenaga kerja di Jepang memperkuat ekspektasi bahwa Bank of Japan (BoJ) kemungkinan akan segera menaikkan suku bunga untuk menekan laju inflasi yang terus meningkat.

    Jika BoJ benar-benar mengambil langkah ini, maka ini akan menjadi kenaikan suku bunga pertama dalam lebih dari satu dekade, menandai pergeseran besar dalam kebijakan moneter Jepang.(*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Moh. Alpin Pulungan

    Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

    Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).