KABARBURSA.COM - Pergerakan IHSG memasuki fase yang semakin sensitif. Pada penutupan perdagangan Kamis, 18 Desember 2025, IHSG terkoreksi 0,68 persen dan memaksanya kembali ke level 8.618.
Secara struktur teknikal, koreksi ini belum bersifat destruktif karena indeks masih bertahan di atas MA20. Hanya saja menandakan bahwa pelemahan sejauh ini lebih menyerupai fase konsolidasi lanjutan dibanding pembalikan tren.
Dari perspektif gelombang Elliott versi MNC Sekuritas, IHSG saat ini diperkirakan berada pada bagian wave [iv] dari wave 5. Artinya, secara teknikal indeks memang rawan melanjutkan koreksi jangka pendek untuk menguji area 8.464–8.560, sekaligus menutup gap tipis yang terbentuk sebelumnya.
Area ini menjadi zona uji yang krusial karena berada dekat dengan support minor sekaligus batas validasi struktur wave naik. Selama koreksi tertahan di area tersebut dan tidak menembusnya secara agresif, maka skenario wave naik masih tetap terjaga.
Namun, MNC juga menyiapkan skenario worst case, yakni apabila struktur saat ini sebenarnya sudah menyelesaikan wave (1), maka koreksi lanjutan bisa lebih dalam menuju area psikologis 8.000-an, yang akan mengubah karakter pasar dari sekadar konsolidasi menjadi koreksi menengah.
Pandangan Phintraco Sekuritas pada dasarnya sejalan dari sisi kehati-hatian. IHSG diperkirakan masih berpotensi melemah dan bergerak dalam rentang resistance 8.700, pivot 8.600, dan support 8.500. Penutupan indeks di bawah MA5 namun masih di atas MA20 memperkuat sinyal bahwa pasar sedang berada dalam fase tarik-menarik jangka pendek.
Pelebaran histogram negatif MACD serta Stochastic RSI yang kembali membentuk death cross mendekati area oversold menandakan momentum pelemahan belum sepenuhnya selesai, meski ruang penurunan mulai terbatas.
Faktor eksternal turut memperkuat tekanan tersebut. Pelemahan rupiah dalam beberapa hari terakhir menjadi katalis negatif utama, meski Bank Indonesia mempertahankan BI Rate di level 4,75 persen.
Kondisi ini menunjukkan bahwa stabilitas suku bunga domestik belum cukup kuat untuk menahan tekanan arus modal jangka pendek, terutama di tengah sentimen global yang masih fluktuatif. Dengan kombinasi teknikal dan makro tersebut, ekspektasi pengujian area 8.550–8.600 menjadi skenario yang paling rasional dalam jangka sangat pendek.
Di tengah kondisi indeks yang melemah terkendali, strategi seleksi saham menjadi kunci. Rekomendasi MNC Sekuritas cenderung bersifat trading-oriented dengan pendekatan wave dan level teknikal yang ketat.
BKSL, misalnya, diposisikan sebagai speculative buy selama bertahan di atas 130. Selama level ini terjaga, koreksi yang terjadi dinilai sebagai bagian dari wave [iv] dari wave A, sehingga masih membuka ruang teknikal menuju area 145 hingga 154.
Namun, kegagalan bertahan di atas 130 akan langsung membatalkan skenario ini, mencerminkan tingginya risiko saham tersebut.
BMRI justru menjadi titik temu antara rekomendasi MNC Sekuritas dan Phintraco Sekuritas. Secara teknikal, BMRI menunjukkan karakter relatif kuat dengan kenaikan 2,49 persen disertai peningkatan volume beli.
Dalam kerangka wave, BMRI diperkirakan berada pada wave [v] dari wave 1, yang biasanya masih menyisakan momentum naik lanjutan meski bersifat selektif. Area buy on weakness di 5.050–5.100 mencerminkan pendekatan defensif, memanfaatkan koreksi kecil tanpa mengejar harga.
Konsistensi rekomendasi ini juga menegaskan bahwa sektor perbankan besar masih dipandang sebagai anchor di tengah volatilitas indeks.
KLBF dan PYFA menunjukkan pola yang berbeda namun tetap menarik dari sisi momentum. KLBF dinilai berada pada bagian wave [iii] dari wave 3, fase yang secara teori merupakan salah satu fase terkuat dalam struktur naik. Dominasi volume beli mendukung skenario ini, dengan strategi buy on weakness yang menekankan disiplin entry.
PYFA, di sisi lain, masih berada pada tahap awal pembentukan tren, diperkirakan di awal wave (1) dari wave [5]. Meski penguatannya belum mampu menembus cluster MA20 dan MA60, peningkatan volume beli memberi sinyal akumulasi awal, dengan catatan risiko tetap tinggi jika level 510 gagal dipertahankan.
Sementara itu, Phintraco Sekuritas menempatkan pendekatan yang lebih defensif dengan merekomendasikan saham-saham berkapitalisasi besar dan konsumsi seperti BBCA, ULTJ, MYOR, dan ERAL, selain BMRI.
Pilihan ini mencerminkan strategi bertahan di tengah koreksi indeks, dengan mengandalkan saham yang secara fundamental dan likuiditas relatif lebih stabil ketika pasar menunggu katalis baru.
Secara keseluruhan, baik MNC Sekuritas maupun Phintraco Sekuritas sepakat bahwa IHSG masih berada dalam fase koreksi jangka pendek, bukan tren turun yang agresif. Area 8.500–8.560 menjadi medan uji utama hari ini.
Selama level tersebut mampu menahan tekanan jual, peluang rebound teknikal tetap terbuka. Namun, kegagalan bertahan di zona ini akan menggeser fokus pasar dari sekadar trading menuju manajemen risiko yang lebih ketat. Dalam kondisi seperti ini, disiplin level support-resistance dan selektivitas saham menjadi faktor penentu, bukan sekadar arah indeks semata.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.