KABARBURSA.COM - PT Bukalapak.com atau BUKA, tengah mempersiapkan diri untuk melakukan pembelian kembali atau buyback saham. Namun, rencana tersebut dibayangi aksi jual asing atau net sell foreign yang cukup tinggi.
Dalam keterangan resminya, Rabu, 26 Maret 2025, BUKA telah menyiapkan dana sebesar Rp1,9 triliun untuk melakukan pembelian kembali (buyback) saham di tengah kondisi pasar yang bergejolak. Buyback ini direncanakan berlangsung dalam tiga bulan, mulai dari 26 Maret 2025 hingga 25 Juni 2025.
Langkah strategis ini menunjukkan komitmen perusahaan dalam menjaga nilai pertumbuhan jangka panjang serta memperkuat keyakinan para pemangku kepentingan terhadap fundamental perusahaan.
Dengan melakukan buyback, Bukalapak berupaya menstabilkan harga sahamnya yang mungkin terpengaruh oleh volatilitas pasar. Buyback juga mencerminkan keyakinan manajemen terhadap nilai intrinsik perusahaan dan kemampuannya untuk memberikan pertumbuhan berkelanjutan kepada para pemegang saham. Selain itu, langkah ini juga menjadi strategi dalam mengoptimalkan struktur modal perusahaan.
Salah satu indikasi penting dari aksi buyback ini adalah kondisi keuangan Bukalapak yang sehat. Perusahaan memastikan bahwa likuiditasnya cukup untuk melakukan pembelian saham kembali tanpa mengganggu operasional, investasi, maupun strategi pengembangan bisnis lainnya. Dengan modal dan arus kas yang kuat, Bukalapak tetap dapat menjalankan seluruh kegiatan bisnisnya secara optimal tanpa adanya dampak negatif material akibat buyback ini.
Langkah ini juga memberikan fleksibilitas bagi Bukalapak dalam mengelola struktur permodalannya agar lebih efisien. Dengan melakukan buyback, perusahaan berharap harga sahamnya dapat lebih mencerminkan nilai fundamental dan kinerja yang sebenarnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor dan menciptakan nilai lebih bagi para pemegang saham dalam jangka panjang.
Aksi ini mencerminkan strategi Bukalapak dalam menghadapi tantangan pasar dan menjaga keseimbangan antara fluktuasi harga saham dan fundamental bisnisnya. Dengan keuangan yang kuat serta strategi yang matang, Bukalapak optimistis dapat terus bertumbuh secara berkelanjutan dan memberikan nilai tambah bagi seluruh pemangku kepentingan.
Terbanyak di Jual Asing
Namun, di sisi lain saham BUKA menempati puncak top foreign sell dengan net sell mencapai 156,05 juta lembar. Voluma beli asing di saham emiten sektor teknologi ini mencapai 52,08 juta lembar, sementara volume jualnya lebih dari 208,14 juta.
Jika melihat dari kondisi fundamental BUKA berdasarkan laporan keuangannya, perusahaan tampaknya memang siap untuk melakukan aksi buyback ini.
Dari segi valuasi, Bukalapak memiliki rasio Price-to-Book (P/B) sebesar 0,62, yang menunjukkan bahwa sahamnya diperdagangkan di bawah nilai buku, mengindikasikan potensi undervaluation.
Meskipun demikian, rasio Price-to-Earnings (P/E) perusahaan dalam kondisi negatif (-9,53 TTM), mencerminkan bahwa BUKA masih mencatatkan kerugian. Forward P/E yang tinggi di angka 36,78 menunjukkan ekspektasi pasar terhadap potensi perbaikan laba di masa depan.
Selain itu, rasio Price-to-Sales (P/S) sebesar 3,31 mengindikasikan valuasi yang cukup tinggi dibandingkan pendapatan perusahaan.
Dalam aspek solvabilitas, perusahaan memiliki likuiditas yang sangat kuat dengan current ratio dan quick ratio masing-masing sebesar 17,38 dan 17,23, menandakan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.
Dengan total aset sebesar Rp24,8 triliun dan total ekuitas Rp23,7 triliun, BUKA memiliki struktur keuangan yang sehat. Selain itu, total liabilitasnya hanya Rp1,09 triliun, dengan rasio total liabilitas terhadap ekuitas sebesar 0,05, yang menunjukkan tingkat utang yang sangat rendah.
Dari sisi profitabilitas, Bukalapak masih menghadapi tantangan dengan net income (TTM) yang mencatatkan kerugian sebesar Rp1,547 triliun. Margin laba bersih yang negatif (-89,51 persen) menunjukkan bahwa perusahaan masih dalam fase investasi dan ekspansi.
Namun, perusahaan memiliki kas yang cukup besar, mencapai Rp11,2 triliun, dengan free cash flow positif sebesar Rp219 miliar dalam 12 bulan terakhir. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun mengalami kerugian operasional, BUKA masih mampu menghasilkan arus kas yang cukup untuk mendukung kegiatan operasional dan aksi buyback tanpa mengganggu stabilitas keuangan perusahaan.
Dari perspektif pertumbuhan, pendapatan BUKA mengalami penurunan sebesar 3,52 persen secara tahunan, sementara laba bersihnya turun lebih signifikan hingga 61,15 persen YoY. Meskipun demikian, efisiensi operasional terlihat dalam penurunan jumlah hari piutang (Days Sales Outstanding) menjadi 8,55 hari dan perputaran persediaan (Inventory Turnover) yang cukup tinggi di angka 25,11 kali. Ini menunjukkan bahwa perusahaan memiliki siklus kas yang cukup baik untuk menjaga operasional tetap berjalan.
Berdasarkan faktor-faktor di atas, Bukalapak tampaknya memiliki kesiapan untuk melakukan buyback saham dari sisi likuiditas dan struktur permodalan. Dengan cadangan kas yang besar dan utang yang hampir tidak ada, perusahaan memiliki fleksibilitas keuangan yang cukup untuk menyerap kembali sahamnya dari pasar tanpa mengorbankan operasional atau rencana ekspansi bisnis.
Meskipun demikian, tantangan utama tetap pada profitabilitas, di mana perusahaan masih mencatatkan kerugian yang signifikan. Oleh karena itu, efektivitas buyback saham dalam meningkatkan nilai pemegang saham akan bergantung pada bagaimana BUKA mampu mengubah strategi bisnisnya untuk mencapai pertumbuhan yang lebih berkelanjutan dan profitabilitas dalam jangka panjang.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.