KABARBURSA.COM - PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA) resmi bekerja sama dengan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara) dan Indonesia Investment Authority (INA) dalam meningkatkan produksi soda kaustik dan ethylene dichloride.
Nota Kesepahaman (MoU) itu dinilai bakal membawa efek positif bagi saham TPIA. Lalu, apakah kerja sama ini memberikan sinyal bagus untuk saham TPII?
Founder Stocknow.id Hendra Wardana mengatakan, pasar merespons positif pengumuman kerja sama tersebut. Hal ini tergambar dari penguatan saham TPIA sebesar 3 persen pada perdagangan kemarin.
"Sentimen ini tidak lepas dari anggapan bahwa masuknya INA dan BPI Danantara akan menurunkan risiko eksekusi proyek yang selama ini menjadi perhatian investor, terutama karena skala ekspansi yang sangat besar," ujar dia dalam risetnya kepada KabarBursa.com, Selasa, 17 Juni 2025.
Hendra menyebut probabilitas keterlambatan proyek maupun pembengkakan biaya menjadi lebih kecil dengan pendanaan yang semakin terjamin. Sehingga, kata dia, ekspektasi terhadap proyeksi peningkatan pendapatan lima kali lipat antara 2024–2026 kini dinilai lebih kredibel
Namun demikian dari sisi valuasi, Hendra melihat saham TPIA masih diperdagangkan pada level yang sangat premium. Price to Book Value (P/BV)-nya mencapai 20,5 kali, jauh di atas rata-rata industri kimia dasar yang hanya sekitar 2–3 kali.
"Ini menandakan bahwa pasar telah memberi penghargaan sangat tinggi terhadap ekspektasi pertumbuhan perusahaan," ungkap dia.
Dalam kondisi seperti ini, ia mengimbau investor lebih cermat mempertimbangkan aspek risiko, terutama terkait realisasi proyek dan efisiensi operasional, yang hingga kuartal I 2025 masih menyisakan kerugian bersih sebesar Rp389 miliar, meski sudah menyempit 24,5 persen Year on Year (YoY).
"Artinya, cerita pertumbuhan TPIA tetap sangat menarik, tetapi tidak bebas dari tantangan jangka pendek yang bersifat fundamental," tandas Hendra.
Lebih jauh Hendra menjelaskan, dari sisi teknikal TPIA saat ini bergerak mendekati area support psikologis di sekitar Rp10.000. Kata dia, momentum penguatan akibat sentimen MoU ini dapat mendorong harga mendekati area target resistensi jangka pendek di Rp10.525.
"Jika harga mampu menembus level tersebut dengan volume perdagangan yang tinggi, maka potensi rally lanjutan ke Rp11.22t–Rp12.000 akan terbuka," tutur dia.
Hendra pun merekomendasikan saham TPIA sebagai speculative buy di area Rp9.900–Rp10.200. Rekomendasi ini dikhususkan untuk investor jangka menengah hingga panjang yang memiliki toleransi terhadap fluktuasi jangka pendek
"Dengan mempertimbangkan dukungan fundamental yang mulai menguat, katalis institusional yang solid, serta posisi teknikal yang atraktif," jelasnya.
Kinerja Saham TPIA
Mengutip Stockbit, Rabu, 18 Juni 2025, TPIA mencatat kinerja saham yang sangat impresif dalam jangka panjang meskipun masih menghadapi tekanan dari sisi profitabilitas dan efisiensi operasional.
Dalam rentang lima tahun, harga saham TPIA mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 570,14 persen, dan dalam tiga tahun terakhir melonjak 332,59 persen.
Meski dalam setahun terakhir harga saham hanya naik 20,12 persen, performa dalam tiga bulan terakhir cukup mencolok dengan kenaikan 89,86 persen, disusul pertumbuhan 11,65 persen dalam sebulan, dan 0,49 persen dalam sepekan. Adapun secara year-to-date (YtD), TPIA telah tumbuh 37,33 persen.
Kondisi profitabilitas perusahaan masih kurang menggembirakan. Return on Equity (ROE) tercatat negatif -2,29 persen, sedangkan Return on Assets (ROA) berada di -0,98 persen.
Margin laba juga tertekan, dengan Gross Profit Margin hanya 0,93 persen, dan Net Profit Margin menyentuh -4,12 persen.
Dari sisi solvabilitas, TPIA menunjukkan posisi yang cukup solid. Current ratio berada di level tinggi yakni 7,02, dan quick ratio 6,19, yang menandakan likuiditas perusahaan dalam jangka pendek sangat terjaga.
Sementara itu, Debt to equity ratio TPIA juga relatif moderat di 1,00, mencerminkan keseimbangan antara pendanaan berbasis utang dan ekuitas.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.