Logo
>

China Kebanjiran Pasokan Manufaktur, ini Dampaknya bagi RI

Ditulis oleh KabarBursa.com
China Kebanjiran Pasokan Manufaktur, ini Dampaknya bagi RI

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - China mengalami kelebihan pasokan berbagai produk industri manufaktur. Kondisi ini mendorong China untuk mencari pasar ekspor di negara-negara tertentu, termasuk Indonesia.

    Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal, China akan mengutamakan negara-negara dengan pasar ekspor yang besar seperti Indonesia, India, Rusia, dan Brazil, selain Amerika Serikat.

    "China juga akan mempertimbangkan hambatan ekspor yang rendah, di mana Indonesia termasuk negara dengan pasar besar dan hambatan ekspor yang relatif rendah dibandingkan dengan negara lain, terutama Amerika Serikat," jelasnya Senin 1 April 2024.

    "Meskipun tarif ekspor Indonesia mungkin lebih tinggi dibandingkan dengan AS, namun hambatan non-tarifnya jauh lebih sedikit, sehingga memudahkan penetrasi pasar bagi produk China," imbuhnya.

    Faisal juga mengingatkan bahwa pasar Indonesia harus memperhatikan dampaknya terutama bagi produsen dalam negeri, terutama UMKM, jika pasar dibanjiri oleh produk China yang lebih kompetitif secara harga. "China menghadapi persoalan ekonomi dalam negeri yang melambat, sehingga mereka perlu mencari pasar luar negeri untuk menutupi kekurangan permintaan domestik," bebernya.

    Fenomena "friend shoring", di mana negara melakukan perdagangan dengan mitra dagangnya, membuat China cenderung menerapkan skema tersebut, terutama di pasar terbesar mereka, yaitu AS.

    Namun demikian, Faisal menekankan bahwa pilihan pasar ekspor China juga tidaklah bebas, dan mereka cenderung memilih pasar dengan pertumbuhan besar dan hambatan perdagangan yang relatif rendah. "China masih menjadi tujuan utama ekspor nonmigas Indonesia, namun nilai ekspornya mengalami penurunan pada Februari 2024 dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya," jelas dia.

    "Di sisi lain, nilai impor nonmigas Indonesia dari China meningkat, menyebabkan defisit perdagangan antara kedua negara pada Februari 2024," pungkas Faisal.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi