KABARBURSA.COM - Pasar kripto menunjukkan penguatan signifikan dalam 24 jam terakhir. Berdasarkan data Coinmarketcap, Kamis, 14 November 2024, pukul 13.30 WIB, Bitcoin (BTC) berhasil mempertahankan posisinya di atas USD89.987,56, naik 4,04 persen dalam 24 jam terakhir. Dengan kapitalisasi pasar mencapai USD1,78 triliun, Bitcoin terus menjadi sorotan utama investor. Tren kenaikan ini juga terlihat pada grafik mingguan, di mana BTC telah menguat 20,32 persen dalam tujuh hari terakhir.
Sementara itu, Ethereum (ETH) juga menunjukkan tren positif, diperdagangkan pada USD3.222,87 dengan kenaikan harian sebesar 2,93 persen dan penguatan mingguan mencapai 14,27 persen. Beberapa altcoin juga mencatat performa yang mengesankan, seperti Solana (SOL) yang melonjak 7,47 persen dalam 24 jam terakhir ke level USD220,14, serta Dogecoin (DOGE) yang mengalami kenaikan harian sebesar 10,10 persen, diperdagangkan pada USD0,3981.
Namun, tidak semua aset kripto mencatatkan tren positif. Stablecoin seperti Tether (USDT) tetap stagnan di USD1,00, mencerminkan fungsinya sebagai pengaman likuiditas di tengah volatilitas pasar.
Permintaan dari Pasar Amerika Dorong Kenaikan Bitcoin
Lonjakan harga Bitcoin baru-baru ini didorong oleh tingginya permintaan dari investor berbasis di Amerika Serikat (AS). Indeks Coinbase Premium, yang mencerminkan selisih harga Bitcoin di platform Coinbase (favorit investor AS) dibandingkan Binance, mencapai 0,2—level tertinggi sejak April 2024. Data dari CryptoQuant menunjukkan tekanan beli yang signifikan di pasar spot. Ini mengindikasikan kenaikan harga ini lebih didorong oleh aliran modal langsung daripada spekulasi di pasar derivatif (futures).
Volume perdagangan ETF Bitcoin di AS juga menunjukkan aktivitas tinggi. Hal ini memperkuat posisi Bitcoin sebagai aset pilihan di tengah ketidakpastian ekonomi global.
Sentimen CPI ke Pasar Kripto
Berdasarkan data Trading Economics, inflasi di AS untuk Oktober 2024 tercatat sebesar 2,6 persen secara tahunan, naik dari 2,4 persen pada September 2024. Tingkat inflasi bulanan tetap stabil di 0,2 persen. Indeks Harga Konsumen (CPI) secara keseluruhan naik ke 316 poin dari bulan sebelumnya yang tercatat di 315 poin. Jika CPI naik, artinya harga rata-rata barang dan jasa yang digunakan oleh konsumen mengalami kenaikan dibandingkan periode sebelumnya. Ini biasanya menjadi indikator bahwa inflasi sedang terjadi.
Sementara itu, inflasi inti (Core CPI), yang tidak memasukkan harga makanan dan energi yang fluktuatif, berada di 322 poin, naik dari 321 poin bulan sebelumnya. Tingkat inflasi inti tahunan tercatat stabil di 3,3 persen, yang menunjukkan adanya tekanan inflasi di sektor-sektor tertentu.
Kenaikan inflasi ini bikin investor waspada karena inflasi yang tinggi bisa bikin The Fed (bank sentral AS) makin ketat soal kebijakan moneter. Nah, dalam kondisi kayak gini, Bitcoin sering dianggap sebagai "penyelamat" alias aset lindung nilai inflasi, makanya banyak yang lari ke kripto ini.
Sementara itu, di Indonesia sendiri, data CPI Oktober 2024 ada di 106,01 poin, dengan inflasi inti cuma 2,21 persen YoY. Ini lebih stabil dibanding AS. Tapi tetap saja, sentimen inflasi global, terutama dari AS, lebih dominan mengatur arah pasar kripto. Dengan inflasi di AS yang mulai ngegas, investor di sana makin rajin mencari tempat aman buat menyimpan duitnya dan Bitcoin jadi salah satu pilihan utama.
Secara global, kenaikan harga Bitcoin ini juga bisa dibilang respons atas kekhawatiran inflasi dan situasi ekonomi yang nggak pasti. Kalau tekanan inflasi makin kenceng, The Fed mungkin bakal ubah kebijakan mereka yang ujung-ujungnya juga bakal kerasa dampaknya ke seluruh pasar, termasuk kripto.
Sempat Naik ke USD90 Ribu
Pasar kripto sebelumnya menunjukkan penguatan hingga harga Bitcoin mencapai rekor tertinggi di level USD90 ribu. Berdasarkan data dari Coinmarketcap, Rabu, 12 November 2024 pukul 06.10 WIB, kapitalisasi pasar kripto global naik 1,1 persen menjadi USD2,97 triliun dalam sehari.
Meski begitu, Bitcoin (BTC), kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, turun 1,17 persen dalam periode yang sama. Saat ini, harga Bitcoin berada di level USD88.382 per koin atau sekitar Rp1,39 miliar (kurs Rp15.826).
Sebelumnya, Bitcoin sempat menyentuh puncak baru di USD90.100 saat jam perdagangan di AS. Namun, di saat yang sama, Ethereum (ETH) juga terkoreksi 2,39 persen ke USD3.271 per koin, dan Binance Coin (BNB) turun 1,87 persen menjadi USD631 per koin dalam 24 jam terakhir.
Menurut CoinDesk, kenaikan Bitcoin hingga level USD90 ribu di bursa Coinbase terjadi di tengah reli pasar kripto yang semakin kuat sejak Donald Trump kembali memenangkan pemilu AS. Para investor melihat peluang kebijakan pro-kripto dari pemerintahan baru ini, sehingga optimisme terhadap aset digital semakin meningkat.
Bitcoin, kripto terbesar di dunia, mencetak pencapaian baru dengan menembus USD90 ribu di Coinbase. Setelah sempat mengalami koreksi hingga 5 persen ke USD85 ribu di awal sesi perdagangan AS, harga kembali naik dan mencapai level tertinggi di USD90.100 sebelum akhirnya mengalami sedikit penurunan.
Level USD90 ribu ini dipandang sebagai batas psikologis penting bagi Bitcoin yang bisa menjadi tantangan dalam waktu dekat. Data order book di Binance menunjukkan adanya pesanan jual besar di level tersebut yang mungkin menahan kenaikan harga lebih lanjut. Selain itu, data pasar opsi juga mengindikasikan kemungkinan harga Bitcoin akan tertahan di kisaran USD90 ribu hingga 100 ribu dalam waktu dekat.(*)