KABARBURSA.COM – PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) menyelesaikan transaksi afiliasi berupa pembelian aset peternakan dari PT Satwa Utama Raya senilai Rp196 miliar.
Transaksi dilakukan melalui anak usaha PT Charoen Pokphand Jaya Farm, yang juga dikendalikan penuh oleh CPIN.
Dalam keterbukaan informasi, Presiden Direktur CPIN Tjio Thomas Effendy menegaskan bahwa transaksi ini selaras dengan strategi jangka panjang.
“Pembelian aset peternakan dari PT Satwa Utama Raya bertujuan memperkuat kapasitas produksi CPIN di sektor pembibitan unggas, yang merupakan salah satu inti bisnis perseroan,” jelasnya, dikutip Selasa, 19 Agustus 2025.
Detail Aset yang Diakuisisi
Aset yang diambil alih terdiri atas lahan, bangunan, serta peralatan yang tersebar di tiga lokasi.
Pertama, di Kabupaten Jombang, Jawa Timur, berupa lahan seluas 133.833 m² senilai Rp48,36 miliar serta lahan 148.040 m² senilai Rp27,54 miliar.
Kedua, di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, berupa dua bidang lahan masing-masing seluas 83.804 m² dan 104.000 m² dengan total nilai Rp98,37 miliar.
Ketiga, di Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara, berupa lahan seluas 18.090 m² dengan nilai Rp56,92 miliar.
“Total transaksi mencapai Rp196 miliar dengan skema pembayaran menggunakan kas internal,” ujar Tjio Thomas.
Aset-aset tersebut akan digunakan untuk memperkuat fasilitas breeding farm dan hatchery yang mendukung lini bisnis pakan dan produksi DOC CPIN.
Relevansi untuk Investor
Bagi pelaku pasar modal, transaksi ini mencerminkan langkah CPIN memperkuat rantai pasok internal di tengah volatilitas harga broiler dan DOC yang kerap menekan margin.
Dengan aset tambahan berupa lahan dan fasilitas breeding, CPIN berpotensi menjaga stabilitas produksi DOC yang menjadi salah satu kunci pengendalian biaya dalam industri unggas.
Analis pasar menilai, setiap langkah CPIN memperbesar kapasitas produksi akan berdampak langsung pada valuasi jangka menengah.
Konsistensi ekspansi juga menjadi salah satu faktor yang mendukung prospek saham, meskipun harga ayam broiler dan DOC masih fluktuatif sepanjang 2025.
Dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi protein hewani nasional terus meningkat, mendorong permintaan ayam broiler dan DOC.
CPIN sebagai pemain terbesar di sektor ini, dengan jaringan peternakan yang luas, berupaya menjaga posisi dominan melalui ekspansi berkelanjutan.
Dengan tambahan aset dari Satwa Utama Raya, kapasitas breeding farm CPIN semakin kuat. Langkah ini memperkokoh posisi CPIN di tengah persaingan ketat dengan pemain unggas lain seperti JAPFA dan Malindo. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.