Logo
>

Cuan dari Telkom: ini Alasan Saham TLKM Masih Menarik

Kinerja kuartal I solid, valuasi TLKM tetap atraktif bagi investor ritel yang cari cuan dari saham stabil.

Ditulis oleh Hutama Prayoga
Cuan dari Telkom: ini Alasan Saham TLKM Masih Menarik
Gedung Telkom Indonesia. (Foto: KabarBursa/Abbas Sandji)

KABARBURSA.COM - PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk atau Telkom (TLKM) diprediksi memiliki prospek cerah usai mencatat pertumbuhan kinerja positif di kuartal I 2025.

Merujuk situs resmi perusahaan, Telkom membukukan pendapatan konsolidasi sebesar Rp36,6 triliun. EBITDA konsolidasi tercatat sebesar Rp18,2 triliun dengan margin EBITDA pada 49,8 persen. Selain itu, perseroan juga mencatatkan laba bersih sebesar Rp5,8 triliun dengan margin laba bersih sebesar 15,9 persen.

Pengamat pasar modal Wahyu Tri Laksono menilai Telkom berpeluang mempertahankan performa positif tersebut apabila mampu menjaga momentum. "Jika Telkom mampu mempertahankan momentum dari kuartal I, ada potensi pendapatan konsolidasi bisa tumbuh moderat di kuartal II," ujarnya kepada Kabarbursa.com, Sabtu, 3 Mei 2025.

Wahyu menyebutkan, potensi pertumbuhan tersebut bisa ditopang oleh beberapa faktor, termasuk ekspansi IndiHome sebagai kontributor utama. Pertumbuhan jumlah pelanggan dan layanan IndiHome akan terus menjadi kunci utama.

Selain IndiHome, layanan data dan internet seluler juga turut menopang kinerja Telkom. Wahyu mengakui bahwa meskipun persaingan di sektor ini cukup ketat, konsumsi data seluler tetap tumbuh dan menjadi kontributor penting.

"Selain itu ada bisnis menara (PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel. Kinerja Mitratel yang solid akan memberikan kontribusi pendapatan yang stabil," katanya. 

Ia juga menyampaikan bahwa Telkom berpotensi membukukan pertumbuhan pendapatan yang moderat, namun menghadapi tantangan dalam menjaga margin laba bersih di kuartal II 2025, di kisaran yang mirip dengan kuartal I. 

"Dengan potensi sedikit kenaikan atau penurunan tergantung pada efisiensi dan kondisi pasar," jelasnya. 

Meski demikian, Wahyu mengingatkan bahwa Telkom masih harus menghadapi berbagai tantangan di tengah prospek pertumbuhan yang menjanjikan. Ia menyebut dinamika dan rintangan di industri telekomunikasi saat ini cukup kompleks.

Menurutnya, persaingan antaroperator seluler, penyedia layanan fixed broadband, dan pemain baru di sektor digital akan semakin ketat. "Hal ini bisa menekan harga dan margin keuntungan (Telkom)," jelasnya. 

Selain itu, perubahan perilaku konsumen juga dinilai dapat menjadi hambatan. Wahyu menilai, konsumen saat ini semakin menuntut kualitas layanan yang tinggi, kecepatan internet yang andal, dan harga yang kompetitif. 

"Selain itu, munculnya teknologi baru seperti 5G, IoT (Internet of Things), dan AI (Artificial Intelligence) menuntut Telkom untuk terus berinovasi dan berinvestasi agar tidak tertinggal," terangnya. 

Ia juga menambahkan bahwa tekanan dari sisi ekonomi makro tidak dapat diabaikan. Kondisi secara umum, menurut Wahyu, bisa memengaruhi daya beli masyarakat serta laju pertumbuhan bisnis Telkom.

Valuasi Saham Telkom (TLKM), Layak Dikoleksi?

Di tengah capaian kinerja yang solid pada kuartal I 2025, saham TLKM turut mencuri perhatian pelaku pasar, terutama dari sisi valuasi yang tergolong moderat di antara saham-saham berkapitalisasi besar lainnya. 

Per akhir perdagangan Jumat, 2 Mei 2025, harga saham TLKM ditutup menguat 1,52 persen ke level Rp2.680. Volume transaksi harian tercatat sebesar 132,36 juta lembar, sedikit di atas rata-rata volume perdagangan harian yang berada di kisaran 126,08 juta lembar. 

Nilai transaksi saham mencapai Rp353,2 miliar, dengan frekuensi 16.394 kali, menunjukkan minat beli investor yang cukup aktif menjelang akhir pekan.

Dari sisi valuasi, price to earnings ratio (P/E) TLKM saat ini berada di level 11,42 secara tahunan dan 11,34 secara trailing twelve months (TTM). Sementara itu, forward P/E diproyeksikan turun ke level 10,46, mencerminkan ekspektasi pertumbuhan laba yang masih menjanjikan. 

Sebagai pembanding, median P/E TTM indeks IHSG tercatat sebesar 7,85, yang berarti valuasi TLKM masih lebih tinggi dari rata-rata pasar. Namun demikian, premium ini dianggap wajar oleh banyak analis mengingat posisi Telkom sebagai pemain dominan di sektor infrastruktur digital dan telekomunikasi nasional.

Earnings yield TLKM saat ini berada di 8,82 persen, angka yang relatif menarik bagi investor yang mengincar imbal hasil stabil dari laba bersih. Rasio price to sales (P/S) tercatat 1,78, sedangkan price to book value (PBV) berada pada level 1,79, menandakan bahwa saham TLKM diperdagangkan pada kisaran valuasi yang masih wajar, apalagi jika mempertimbangkan aset strategis dan kepemilikan di berbagai unit bisnis digital seperti Telkomsel, IndiHome, dan Mitratel. 

Sementara itu, dari sisi efisiensi arus kas, TLKM mencatat rasio price to free cashflow (TTM) sebesar 7,97, price to cashflow 4,24, dan EV/EBITDA hanya 4,00, yang menunjukkan efisiensi operasional cukup baik dengan leverage yang terjaga. Adapun rasio EV/EBIT berada di level 7,03, masih dalam batas menarik untuk sektor berbasis aset besar seperti telekomunikasi.

Meskipun secara operasional terjaga, indikator PEG ratio yang negatif (–3,06) dan PEG tiga tahunan (–7,46) mencerminkan bahwa pertumbuhan laba bersih dalam beberapa periode terakhir cenderung stagnan atau menurun. 

Meski begitu, forward PEG ratio yang kembali positif di level 2,70 mengindikasikan bahwa ekspektasi terhadap kinerja ke depan mulai membaik, seiring dengan upaya diversifikasi bisnis dan penetrasi ke layanan digital dan data center.

Secara per saham, Telkom mencatatkan laba bersih per saham (EPS TTM) sebesar Rp236,28, dengan nilai buku per saham mencapai Rp1.495,21. Sementara itu, free cashflow per share tercatat Rp336,21, dan kas per saham dalam laporan kuartalan berada di level Rp347,36. 

Berdasarkan parameter tersebut, harga saham saat ini tidak dapat dikatakan undervalued, namun masih tergolong atraktif, terutama bagi investor jangka menengah hingga panjang yang mencari kombinasi antara stabilitas pendapatan, prospek pertumbuhan digital, dan potensi dividen berkelanjutan dari perusahaan telekomunikasi milik negara ini.

Infografis: Valuasi Saham Telkom (TLKM). (Foto: AI untuk KabarBursa)

Strategi Manajemen Telkom Hadapi Tantangan Industri 

Sementara itu, Direktur Utama Telkom, Ririek Adriansyah mengatakan, Telkom Group terus membuktikan resiliensi di tengah berbagai dinamika, termasuk tekanan ekonomi dan menurunnya daya beli. 

"Fokus kami pada pengembangan infrastruktur dan bisnis digital, penyediaan solusi yang relevan, serta simplifikasi produk guna meningkatkan pengalaman terbaik bagi pelanggan, menjadi kunci dalam menjaga pertumbuhan yang berkelanjutan," ujarnya dalam keterangan tertulis. 

Ririek optimistis bahwa langkah strategis itu dapat memberikan hasil positif yang mendukung pertumbuhan jangka panjang dan keberlanjutan perusahaan. 

Pada segmen consumer (mobile dan fixed broadband), Telkomsel selaku anak usaha Telkom membukukan pendapatan sebesar Rp27,2 triliun. 

Digital business juga memiliki kinerja positif dengan menyumbang kontribusi sebesar 90,3 persen terhadap total pendapatan pada segmen ini. 

Selain itu, pendapatan dari IndiHome residensial (B2C) mengalami pertumbuhan sebesar 1,3 persen yoy. Hasil positif dari implementasi FMC turut ditunjukkan dengan meningkatnya total pelanggan IndiHome residensial (B2C) menjadi 9,8 juta pelanggan atau tumbuh double digit sebesar 10,4 persen yoy. 

Sedangkan total keseluruhan pelanggan IndiHome B2C dan B2B juga mengalami pertumbuhan sebesar 7 persen yoy menjadi 11 juta pelanggan. Sementara itu, total pelanggan seluler sebanyak 158,8 juta pelanggan. 

Kemudian segmen enterprise, memperlihatkan performa gemilang dengan pendapatan sebesar Rp5,0 triliun atau tumbuh 2,9 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. 

Berpindah ke segmen wholesale and International, perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp4,8 triliun atau tumbuh 0,6 persen yoy yang didorong oleh bisnis infrastruktur digital dan peningkatan bisnis layanan suara internasional (International Wholesale Voice).

Pada bisnis menara telekomunikasi, Mitratel sebagai anak usaha Telkom mencatat pendapatan positif sebesar Rp2,3 triliun atau tumbuh 1,4 persen yoy. 

Mitratel Telkom mencatat EBITDA sebesar Rp1,9 triliun dan laba bersih sebesar Rp526 miliar, dengan margin EBITDA dan margin laba bersih yang stabil masing-masing di angka 83,0 persen dan 23,3 persen. 

Adapun bisnis penyewaan menara (Tower Leasing) tetap menjadi penopang utama dengan kontribusi sebesar 82 persen terhadap total pendapatan Mitratel. 

Dari bisnis data center dan cloud, Telkom mencatat pendapatan sebesar Rp446 miliar. Pada kuartal I 2025, Telkom mengoperasikan 35 data center dengan total kapasitas 38 MW untuk melayani segmen enterprise dan hyperscale di dalam dan luar negeri. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Hutama Prayoga

Hutama Prayoga telah meniti karier di dunia jurnalistik sejak 2019. Pada 2024, pria yang akrab disapa Yoga ini mulai fokus di desk ekonomi dan kini bertanggung jawab dalam peliputan berita seputar pasar modal.

Sebagai jurnalis, Yoga berkomitmen untuk menyajikan berita akurat, berimbang, dan berbasis data yang dihimpun dengan cermat. Prinsip jurnalistik yang dipegang memastikan bahwa setiap informasi yang disajikan tidak hanya faktual tetapi juga relevan bagi pembaca.