KABARBURSA.COM - PT Dafam Property Indonesia Tbk (DFAM) mencatatkan tambahan utang sebesar Rp40 miliar yang berimbas pada rasio utang terhadap ekuitas atau debt to equity ratio (DER) perseroan.
Direktur Utama DFAM Billy Dahlan, mengatakan bahwa pinjaman ini berasal dari fasilitas yang diberikan oleh Komisaris Utama Dafam Property Indonesia Ferdinandus Soleh Dahlan kepada PT Dafam Mambo International (DMI), anak usaha DFAM.
"Tujuannya sebagai modal kerja guna melunasi pinjaman sebelumnya kepada PT Bank Maybank Indonesia Tbk (BNII)," ujar Billy melalui keterbukaan informasi di Jakarta, Kamis, 13 Februari 2025.
Lebih lanjut, Billy menjelaskan, berdasarkan laporan posisi keuangan konsolidasian proforma per 31 Oktober 2024 yang telah disusun oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) Gideon dan Rekan, transaksi ini mempengaruhi struktur keuangan DFAM.
Setelah transaksi, total liabilitas jangka pendek berkurang dari Rp78,44 miliar menjadi Rp65,21 miliar akibat penyelesaian beberapa kewajiban. Sementara itu, liabilitas jangka panjang turun signifikan dari Rp140,26 miliar menjadi Rp106,79 miliar.
"Secara keseluruhan, total liabilitas perseroan mengalami penyusutan dari Rp218,70 miliar menjadi Rp172,01 miliar," jelasnya.
Di sisi lain, ekuitas yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mengalami kenaikan dari Rp26,33 miliar menjadi Rp31,53 miliar. Dengan demikian, jumlah total ekuitas perseroan setelah transaksi meningkat menjadi Rp29,38 miliar.
"Dengan perubahan ini, DER perseroan yang sebelumnya berada pada angka 9,05 kali mengalami penurunan signifikan," terang Billy.
Secara keseluruhan, transaksi ini menunjukkan upaya DFAM dalam memperbaiki struktur permodalan dan memperkuat kondisi keuangan perseroan.
Para pemegang saham diharapkan untuk mencermati dampak transaksi ini terhadap kinerja keuangan perusahaan ke depan, terutama dalam aspek pengelolaan liabilitas dan ekuitas.
Keuangan DFAM hingga Kuartal III 2024
Berdasarkan laporan keuangan konsolidasian proforma per 31 Oktober 2024, DFAM mencatat jumlah liabilitas sebesar Rp172,01 miliar setelah penyesuaian akibat transaksi ini. Sementara itu, ekuitas perseroan meningkat menjadi Rp29,38 miliar dari sebelumnya Rp24,17 miliar. Dengan demikian, DER perusahaan mengalami perubahan signifikan.
Di sisi kinerja, DFAM masih membukukan rugi bersih pada kuartal III 2024 sebesar Rp9,5 miliar. Meski demikian, angka ini membaik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencatatkan kerugian sebesar Rp13,0 miliar, atau mengalami perbaikan sebesar 26,9 persen secara tahunan (yoy). Rugi bersih per saham DFAM kini setara dengan Rp4,98 per lembar saham.
Pendapatan DFAM selama sembilan bulan pertama 2024 tercatat sebesar Rp47 miliar, turun 8,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp51,3 miliar. Laba kotor mengalami kontraksi 10,3 persen menjadi Rp24,4 miliar dengan margin laba kotor sebesar 51,9 persen.
Sementara itu, EBITDA perusahaan berhasil pulih ke Rp0,7 miliar dari posisi negatif tahun lalu. Meski demikian, margin laba bersih masih negatif, berada di level -20,2 persen.
Dengan adanya tambahan utang sebesar Rp40 miliar, DFAM berupaya menjaga struktur permodalannya tetap sehat dan meningkatkan kinerja keuangan. Manajemen berharap suntikan modal ini dapat memperbaiki kondisi likuiditas perusahaan dan mendorong pertumbuhan di masa mendatang.
Harga Saham DFAM Stagnan
Dari data perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI), saham Dafam Property Indonesia Tbk atau DFAM tercatat berada di harga Rp50, tanpa perubahan alias stagnan dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya (0,00 persen).
Aktivitas perdagangan saham ini terlihat minim, dengan volume transaksi sebesar 18.500 lot, jauh di bawah rata-rata volume perdagangan harian yang mencapai 198.448 lot.
Sepanjang sesi perdagangan, saham DFAM tidak menunjukkan pergerakan harga, dengan harga tertinggi dan terendah yang sama, yakni Rp50. Hal ini juga menandakan bahwa saham ini telah mencapai batas Auto Reject Bawah (ARB) di Rp50, sehingga tidak bisa turun lebih jauh dalam kondisi saat ini. Sementara itu, batas Auto Reject Atas (ARA) berada di Rp67, yang berarti ada potensi kenaikan signifikan jika terjadi lonjakan permintaan.
Dari sisi nilai transaksi, saham DFAM mencatatkan total Rp925.000, yang mencerminkan aktivitas perdagangan yang cukup rendah.
Minimnya pergerakan harga dan rendahnya volume transaksi menunjukkan bahwa saham ini saat ini kurang diminati oleh investor atau dalam fase akumulasi yang sangat terbatas. (*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.(*)