Logo
>

Daftar Saham yang Paling Anjlok Selama Sepekan

Ditulis oleh KabarBursa.com
Daftar Saham yang Paling Anjlok Selama Sepekan

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Sejumlah saham tercatat mengalami pelemahan selama sepekan (5-9 Agustus) di perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI). Bahkan ada yang mencatatkan kerugian 9 persen hingga 15 persen. Saham-saham tersebut masuk daftar top losers.

    Berdasarkan data BEI, saham PT Dosni Roha Indonesia Tbk (ZBRA) tercatat sebagai saham paling mengalami kerugian. Sebab, ZBRA mengalami pelemeham sebesar 16,55 persen dan memimpin top losers selama pekan ini.

    Urutan kedua saham yang mengalami pelemahan signifikan adalah PT Paperocks Indonesia Tbk (PPRI) yang terpangkas 15,22 persen, lalu PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) 14,56 persen, PT LCK Global Kedaton Tbk (LCKM) 14,01 persen, dan PT Visi Telekomunikasi Infrastruktur Tbk (GOLD) 12,03 persen.

    Selanjutnya adalah saham PT Ancora Indonesia Resources Tbk (OKAS) yang melemah sebesar 11,4 persen, PT Estika Tata Tiara Tbk (BEEF) 10,98 persen, PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) 10,83 persen, PT Delta Djakarta Tbk (DLTA) 10 persen, dan PT Cahayaputra Asa Keramik Tbk (CAKK) 9,94 persen.

    Pada periode yang sama, rata-rata nilai transaksi harian turun 6,53 persen menjadi Rp9,63 triliun dari Rp10,31 triliun pada pekan lalu.

    Namun, rata-rata volume transaksi harian mencatatkan kenaikan 3,6 persen menjadi 16 miliar saham dari 15,44 miliar saham. Kenaikan juga terjadi pada rata-rata frekuensi transaksi harian sebesar 4,15 persen menjadi 981.000 kali dari 942.000 kali.

    Sedangkan, Indeks harga saham gabungan (IHSG) turun 0,7 persen ke level 7.256,9 dari 7.308,1 pada penutupan pekan lalu.

    Tidak hanya itu, kapitalisasi pasar bursa juga turun 0,87 persen menjadi Rp12.302 triliun dari Rp12.410 triliun pada pekan lalu.

    Net Buy Asing

    Pada perdagangan hari Jumat, 9 Agustus 2024 kemarin, investor asing mencatatkan transaksi beli bersih (net buy) yang besar, yaitu Rp450,63 miliar. Hal itu membuat nilai beli asing (net buy) investor asing membesar sepanjang tahun berjalan ini menjadi Rp1,42 triliun.

    Di sisi lain, saham PT Duta Anggada Realty Tbk (DART) paling besar kasih cuannya, karena mencapai 56,03 persen.

    Diikuti, saham PT Asuransi Jiwa Syariah Jasa Mitra Abadi Tbk (JMAS) 54,39 persen, PT Jaya Trishindo Tbk (HELI) 42,08 persen, PT Kobexindo Tractors Tbk (KOBX) 34,75 persen, dan PT Sinergi Inti Andalan Prima Tbk (INET) 32,69 persen.

    Kemudian, saham PT Satria Mega Kencana Tbk (SOTS) 29 persen, PT Golden Flower Tbk (POLU) 27,66 persen, PT SLJ Global Tbk (SULI) 26,88 persen, PT Multikarya Asia Pasifik Raya Tbk (MKAP) 24,84 persen, dan PT Armada Berjaya Trans Tbk (JAYA) 21,28 persen.

    28 Perusahaan Antre IPO

    Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat setidaknya ada 28 emiten yang hendak mencatatkan sahamnya (initial public offering/IPO) di pasar modal.

    Berdasarkan pipeline BEI, tercatat ada empat perusahaan beraset skala besar atau memiliki aset di atas Rp250 miliar yang akan menggelar aksi korporasi tersebut.

    "Per tanggal 9 bulan Agustus tahun 2024, ada pula 20 perusahaan beraset menengah atau aset antara Rp50 miliar sampai dengan Rp250 miliar, dan empat perusahaan beraset skala kecil dengan aset di bawah Rp50 miliar," ungkap Direktur Penilaian Emiten BEI I Gede Nyoman Yetna, Sabtu, 10 Agustus 2024.

    Sedangkan berdasarkan sektor, lanjut Nyoman Yetna memaparkan, perusahaan terbanyak yang antri IPO adalah berasal dari sektor barang konsumsi primer sebanyak lima perusahaan, empat perusahaan masing-masing dari sektor barang konsumsi non primer dan perindustrian. Ditambah lagi, tiga perusahaan masing-masing dari sektor barang baku, energi, dan teknologi.

    "Selain itu ada dua perusahaan dari sektor infrastruktur dan keuangan. Serta, sektor transportasi dan Kesehatan yang masing-masing menyumbang satu perusahaan,” ujar Nyoman Yetna.

    Sementara itu, lanjut Nyoman Yetna, sebanyak 34 perusahaan yang mencatatkan saham di BEI. Dengan dana yang dihimpun sebesar Rp5,15 triliun. 

    Dalam periode yang sama, BEI juga mencatat 24 perusahaan yang berada dalam pipeline rights issue BEI. Aksi korporasi tersebut paling banyak dilakukan oleh emiten dari sektor barang konsumsi non primer, yaitu sebanyak delapan perusahaan. Diikuti, lima emiten dari sektor keuangan, empat emiten masing-masing dari sektor barang konsumsi primer dan energi.

    Tidak hanya itu, lanjut Nyoman Yetna, sektor barang baku, infrastruktur, dan transportasi masing-masing satu emiten akan menggelar rights issue yang tercatat dalam pipeline BEI.

    "Sedangkan hingga saat ini ada 15 emiten yang telah menggelar rights issue dengan total nilai Rp 34,42 triliun," ucap Nyoman Yetna.

    Nyoman Yetna melanjutkan, sebanyak 13 emisi dari 9 perusahaan berencana menerbitkan Efek Beragun Aset (EBUS) yang ada pipeline BEI. Dengan penerbit terbanyak berasal dari sektor energi sebanyak 3 perusahaan. Kemudian, dua perusahaan masing-masing dari sektor barang baku dan industri, serta masing-masing satu perusahaan dari sektor keuangan dan transportasi.

    "Sampai saat ini, tercatat sebanyak 97 emisi dari 60 perusahaan telah menerbitkan EBUS. Dengan dana yang dihimpun sebesar Rp81,5 triliun," tutup Nyoman Yetna. (*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi