Logo
>

Danantara Sasar Sektor Kesehatan: Fokuskan Investasi Farmasi dan Gandeng Swasta

Sektor kesehatan sendiri selama ini didominasi oleh entitas BUMN yang berada di bawah holding Biofarma, seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Phapros Tbk (PEHA)

Ditulis oleh Desty Luthfiani
Danantara Sasar Sektor Kesehatan: Fokuskan Investasi Farmasi dan Gandeng Swasta
Gedung Danantara. Foto: Abbas/KabarBursa.com

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Badan Pengelola Investasi Daya Agata Nusantara, BPI  Danantara, berencana menyasar investasi jangka panjang ke sektor kesehatan sebagai bagian dari strategi penguatan ekonomi nasional. Selain kesehatan, Danantara juga membidik beberapa sektor strategis lain yang dinilai memiliki peran penting dalam pembangunan jangka panjang.

    Sektor kesehatan sendiri selama ini didominasi oleh entitas BUMN yang berada di bawah holding Biofarma, seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Phapros Tbk (PEHA). Rencana masuknya Danantara ke sektor ini dinilai sejumlah pihak sebagai langkah strategis untuk membentuk ekosistem investasi nasional yang lebih mandiri, khususnya dalam mengurangi ketergantungan impor dan memperbaiki defisit perdagangan farmasi.

    Pengamat BUMN dari Datanesia Institute, Herry Gunawan, menyebut langkah ini sangat relevan dengan kebutuhan nasional di sektor kesehatan, terutama terkait persoalan bahan baku obat-obatan yang sebagian besar masih diimpor.

    “Impor bahan baku obat masih 90 persen. Ini yang harus dibenahi,” kata Herry saat dihubungi Kabarbursa.com, Rabu, 11 Juni 2025.

    Menurutnya, jika sektor farmasi dibenahi melalui investasi strategis, harga obat di dalam negeri bisa menjadi lebih terjangkau bagi masyarakat. Selain itu, tekanan terhadap neraca perdagangan di sektor farmasi juga bisa dikurangi secara bertahap.

    Namun Herry mengingatkan agar Danantara tidak bersikap pasif dalam melakukan investasi. Ia menekankan pentingnya peran aktif Danantara dalam membentuk sinergi antara BUMN dan investor swasta, baik dari dalam maupun luar negeri.

    “Jangan pasif. Tetap lewat BUMN, tapi gandeng swasta untuk berbagi risiko,” ujarnya.

    Herry menjelaskan bahwa dengan menggandeng mitra swasta, beban investasi yang besar tidak harus sepenuhnya ditanggung Danantara. Model kerja sama ini juga memungkinkan pembagian risiko yang lebih seimbang dan mendorong perluasan kapasitas investasi secara signifikan. Ia menyebut keterlibatan swasta tidak hanya akan memperkuat struktur permodalan, tapi juga berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi nasional secara langsung.

    “Kontribusi investasi terhadap PDB kita masih di bawah 30 persen. Perlu dorongan dari swasta,” jelasnya.

    Terkait fokus investasi, Herry menilai sektor farmasi harus menjadi prioritas utama dibanding layanan rumah sakit, alat kesehatan, atau teknologi kesehatan. Sebab, sektor inilah yang menjadi sumber persoalan utama dalam rantai pasok dan harga obat.

    Untuk skema investasi, ia menyarankan agar Danantara menggunakan BUMN eksisting sebagai penggerak utama, lalu membentuk kendaraan investasi bersama dengan swasta melalui special purpose vehicle (SPV). Dengan pendekatan ini, Danantara tetap dapat mengendalikan arah strategis investasi sambil menjaga keberlanjutan sektor kesehatan nasional.

    “Yang penting bisa barengan dengan investor swasta supaya bisa berbagi risiko dan modal,” ujar Herry.

    Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menilai peran Danantara berpotensi menjadi penyelamat BUMN yang tengah kesulitan, termasuk sektor farmasi. Menurutnya, krisis kesehatan lalu telah meninggalkan beban finansial pada beberapa entitas di bawah holding Biofarma, seperti PT Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Indofarma Tbk (INAF), dan PT Phapros Tbk (PEHA).

    “Danantara akan dijadikan sebagai bumper penyelamat BUMN yang sekarat,” ujar Huda.

    Ia menambahkan, penugasan besar-besaran selama pandemi justru memberikan efek buruk terhadap kinerja jangka menengah dan panjang perusahaan farmasi pelat merah. Dalam konteks ini, intervensi Danantara dapat dimaknai sebagai upaya penyelamatan, bukan ekspansi strategis.

    “Investasi Danantara nampaknya akan ditujukan untuk penyehatan kembali perusahaan pharma milik pemerintah,” tambahnya.

    Meski tidak sepenuhnya keliru, Huda mengingatkan adanya risiko baru apabila proses penyehatan tersebut gagal atau tidak tepat sasaran. Ia menekankan pentingnya pengawasan publik terhadap pengelolaan dana Danantara agar tidak disalahgunakan dengan dalih menyelamatkan BUMN.

    “Publik harus mengawasi dana Danantara agar tidak disalahgunakan,” tegasnya.

    Rencana Danantara menyasar sektor kesehatan memunculkan perhatian terhadap ekosistem industri jangka panjang, termasuk potensi kemandirian alat kesehatan dan farmasi dalam negeri. Namun arah investasi ini juga akan mempengaruhi posisi investor publik, terutama jika Danantara menjadi pemegang saham strategis dalam perusahaan terbuka.

    Kabar sektor kesehatan bakal disuntik Danantara sebelumnya disampaikan oleh Chief Investment Officer atau CIO BPI Danantara, Pandu Patria Sjahrir dalam forum Global Business Summit on Belt and Road Infrastructure for Better Business Better World and Suistable Development Goals pada Minggu, 25 Juni 2025 lalu di Jakarta. 

    Ia membeberkan sejumlah sektor yang bakal jadi prioritas utama di antaranya energi, pangan, digital dan kesehatan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Desty Luthfiani

    Desty Luthfiani seorang jurnalis muda yang bergabung dengan KabarBursa.com sejak Desember 2024 lalu. Perempuan yang akrab dengan sapaan Desty ini sudah berkecimpung di dunia jurnalistik cukup lama. Dimulai sejak mengenyam pendidikan di salah satu Universitas negeri di Surakarta dengan fokus komunikasi jurnalistik. Perempuan asal Jawa Tengah dulu juga aktif dalam kegiatan organisasi teater kampus, radio kampus dan pers mahasiswa jurusan. Selain itu dia juga sempat mendirikan komunitas peduli budaya dengan konten-konten kebudayaan bernama "Mata Budaya". 

    Karir jurnalisnya dimulai saat Desty menjalani magang pendidikan di Times Indonesia biro Yogyakarta pada 2019-2020. Kemudian dilanjutkan magang pendidikan lagi di media lokal Solopos pada 2020. Dilanjutkan bekerja di beberapa media maenstream yang terverifikasi dewan pers.

    Ia pernah ditempatkan di desk hukum kriminal, ekonomi dan nasional politik. Sekarang fokus penulisan di KabarBursa.com mengulas informasi seputar ekonomi dan pasar modal.

    Motivasi yang diilhami Desty yakni "do anything what i want artinya melakukan segala sesuatu yang disuka. Melakukan segala sesuatu semaksimal mungkin, berpegang teguh pada kebenaran dan menjadi bermanfaat untuk Republik".