Logo
>

Deflasi Februari 0,48 Persen, Saham INDF dan UNVR Hijau

Ditulis oleh Yunila Wati
Deflasi Februari 0,48 Persen, Saham INDF dan UNVR Hijau
Ilustrasi deflasi di Indonesia.

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Badan Pusat Statistik atau BPS mencatat pada Februari 2025 terjadi deflasi sebesar 0,48 persen. Meskipun deflasi membuat harga barang dan jasa turun signifikan, namun beberapa saham konsumer seperti INDF dan UNVR masih berada di zona hijau.

    Dalam laporan BPS, deflasi Februari sebesar 0,48 persen secara bulanan (month-to-month/M-to-M), 1,24 persen secara kalender tahun berjalan (year-to-date/Y-to-D), dan 0,09 persen secara tahunan (year-on-year/Y-on-Y). 

    Penurunan indeks harga konsumen (IHK) ini mencerminkan tren perlambatan inflasi dalam beberapa bulan terakhir, seiring dengan berbagai faktor yang berkontribusi terhadap deflasi.

    Komoditas yang menjadi penyumbang utama deflasi pada Februari 2025 di antaranya adalah tarif listrik, yang memberikan andil sebesar 0,67 persen dalam perhitungan bulanan. 

    Selain itu, harga daging ayam ras, bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit juga mengalami penurunan meskipun kontribusinya terhadap deflasi lebih kecil. Penurunan harga pada komoditas ini disebabkan oleh faktor pasokan yang mencukupi serta kebijakan yang mendukung stabilitas harga pangan.

    Secara tahunan, deflasi juga dipengaruhi oleh turunnya tarif listrik yang memiliki andil sebesar 2,16 persen terhadap penurunan indeks harga. Selain itu, harga beras, tomat, cabai merah, dan daging ayam ras juga mengalami penurunan meskipun dalam skala yang lebih kecil. 

    Namun, meskipun deflasi terjadi, perlu dicermati bagaimana pergerakan harga pangan strategis ke depannya, mengingat faktor musiman dan kondisi global masih dapat mempengaruhi kestabilan harga.

    Tren inflasi tahunan menunjukkan pola yang terus menurun sejak Februari 2024, di mana pada saat itu inflasi masih berada di level 2,75 persen sebelum perlahan turun hingga mencapai -0,09 persen pada Februari 2025. 

    Penurunan ini mengindikasikan adanya tekanan harga yang mereda, yang dapat dihubungkan dengan berbagai kebijakan pemerintah dalam mengendalikan harga serta dinamika ekonomi global.

    Dari sisi geografis, tingkat inflasi tahunan tertinggi tercatat di Kabupaten Jayawijaya dan Kabupaten Pegunungan di Papua, yang masing-masing mencapai 7,99 persen. Sementara itu, deflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu, yang mencapai -2,10 persen. 

    Beberapa provinsi seperti Papua Barat juga mengalami deflasi signifikan sebesar -1,98 persen, sementara Provinsi Riau dan Nusa Tenggara Barat mencatatkan angka yang lebih kecil, masing-masing -0,02 persen dan -0,01 persen.

    Fenomena deflasi ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat, pasokan barang, dan dinamika harga di berbagai sektor masih menjadi faktor penting yang perlu diperhatikan. 

    INDF dan UNVR di Zona Hijau

    Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) mencatat kinerja yang cukup positif di tengah dinamika pasar, dengan harga saham yang saat ini berada di level Rp7.425 per lembar. Harga tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp300 atau 4,21 persen dari harga sebelumnya. 

    Meski dalam satu minggu terakhir harga sahamnya turun 3,57 persen dan dalam satu bulan melemah 5,41 persen, emiten ini tetap menunjukkan fundamental yang kuat berdasarkan laporan keuangan terbaru.

    Dari sisi keuangan, Indofood membukukan pendapatan dalam 12 bulan terakhir (TTM) sebesar Rp114,76 triliun dengan laba bersih mencapai Rp9,82 triliun. Margin laba bruto yang mencapai Rp39,56 triliun menunjukkan efisiensi dalam pengelolaan biaya produksi, sementara EBITDA dalam periode yang sama tercatat sebesar Rp25,50 triliun. 

    Dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp65,19 triliun dan enterprise value mencapai Rp143 triliun, INDF memiliki struktur keuangan yang kokoh untuk menghadapi tantangan ekonomi yang ada.

    Dari perspektif valuasi, harga saham Indofood masih tergolong menarik dengan price-to-earnings ratio (PER) tahunan sebesar 5,58 dan trailing twelve months (TTM) sebesar 6,64, lebih rendah dibandingkan median IHSG yang berada di angka 7,42. 

    Ini mencerminkan bahwa saham INDF diperdagangkan dengan valuasi yang relatif murah dibandingkan dengan pasar secara keseluruhan. Earnings yield yang mencapai 15,07 persen juga menjadi daya tarik bagi investor yang mencari saham dengan potensi imbal hasil tinggi.

    Jika melihat kinerja per kuartal, Indofood mencatatkan laba bersih terbesar dalam kuartal pertama 2024 sebesar Rp2,45 triliun, diikuti oleh kuartal ketiga dengan laba Rp4,90 triliun. 

    Kinerja kuartal kedua juga cukup solid dengan perolehan Rp1,40 triliun, sementara data untuk kuartal keempat masih belum tersedia. Secara historis, Indofood menunjukkan tren pertumbuhan laba yang stabil dari tahun ke tahun, dengan laba tahunan yang meningkat dari Rp2,96 triliun pada 2015 menjadi Rp11,68 triliun pada 2024.

    Dari sisi valuasi berbasis aset, price-to-book value (PBV) INDF berada di angka 1,00, yang mencerminkan harga sahamnya saat ini sebanding dengan nilai buku perusahaan. 

    Selain itu, rasio harga terhadap arus kas bebas (Price to Free Cash Flow) sebesar 4,19 menunjukkan bahwa saham ini cukup efisien dalam menghasilkan arus kas bagi pemegang sahamnya.

    Sementara, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) mencatat kenaikan harga saham sebesar 11,33 persen menjadi Rp1.130 per lembar saham setelah sebelumnya ditutup di Rp1.015. 

    Saham UNVR sempat menyentuh level tertinggi harian di Rp1.155, mendekati batas auto reject atas (ARA) di Rp1.265, dengan nilai transaksi mencapai Rp307,1 miliar. Namun, jika dilihat dalam rentang waktu satu bulan terakhir, harga saham mengalami koreksi tajam sebesar 30,67 persen.

    Dari sisi valuasi, UNVR memiliki price-to-earnings ratio (PER) sebesar 12,80 kali, lebih tinggi dibandingkan median PER IHSG yang berada di level 7,42 kali. Meskipun demikian, forward PER yang lebih rendah, yaitu 10,35 kali, menunjukkan ekspektasi perbaikan kinerja di masa mendatang. 

    Earnings yield UNVR berada di angka 7,81 persen, yang relatif menarik dibandingkan tingkat bunga deposito. Namun, price-to-book value (PBV) berada di angka 20,06 kali, yang menandakan valuasi tinggi dibandingkan nilai buku perusahaan.

    Kinerja keuangan Unilever Indonesia dalam satu tahun terakhir menunjukkan tekanan yang cukup signifikan. Pendapatan perseroan dalam 12 bulan terakhir (TTM) tercatat sebesar Rp35,1 triliun, dengan laba bersih sebesar Rp3,37 triliun. 

    Margin laba bersih hanya mencapai 4,65 persen, yang menurun cukup tajam dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Jika dilihat per kuartal, laba bersih UNVR terus mengalami penurunan, terutama pada kuartal IV/2024 yang hanya mencapai Rp359 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

    Kinerja ini juga tercermin dari angka pertumbuhan, di mana pendapatan kuartalan mengalami penurunan 4,74 persen secara tahunan (year-on-year), sementara laba bersih anjlok hingga 41,35 persen. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk pelemahan daya beli konsumen dan tekanan dari biaya operasional yang meningkat.

    Di sisi arus kas, UNVR masih mencatatkan arus kas operasi positif sebesar Rp3,96 triliun. Namun, arus kas dari aktivitas investasi mengalami defisit Rp1,01 triliun, yang menunjukkan adanya pengeluaran untuk ekspansi atau akuisisi aset. 

    Selain itu, arus kas dari aktivitas pendanaan juga negatif Rp3,29 triliun, yang kemungkinan besar disebabkan oleh pembayaran dividen yang tinggi.

    Secara keseluruhan, meskipun saham UNVR sempat mengalami kenaikan signifikan dalam perdagangan terbaru, kinerja fundamentalnya masih dalam tekanan.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79