KABARBURSA.COM - Para pemimpin bisnis Jepang mengungkapkan keprihatinan terkait depresiasi yen setelah bank sentral Jepang memutuskan untuk mempertahankan kebijakan moneter.
Pada akhir pekan, yen Jepang mencapai titik terendah baru sejak Mei 1990, mencapai sekitar 158 yen per dolar AS di pasar New York.
Keputusan Bank of Japan (BoJ) untuk menjaga suku bunga jangka pendek dalam kisaran nol hingga 0,1 persen pada Jumat, 26 April 2024 memperkuat penurunan nilai mata uangnya terhadap dolar AS.
Hal ini menyebabkan kekhawatiran di kalangan pengamat pasar bahwa perbedaan suku bunga antara Amerika Serikat dan Jepang kemungkinan akan tetap ada dalam waktu yang belum ditentukan.
Para pemimpin bisnis di Jepang telah meningkatkan seruan kepada BoJ untuk melakukan penyesuaian setelah yen semakin melemah terhadap dolar AS pada Jumat, 26 April, menurut laporan stasiun televisi nasional NHK.
Ketika pekan emas nasional Jepang dimulai pada Sabtu, 27 April melemahnya yen menjadi hal yang memusingkan bagi wisatawan lokal namun menjadi keuntungan bagi banyak pengunjung asing.
Selama liburan yang berlangsung hingga 6 Mei tersebut, semakin banyak wisatawan lokal yang menyebut meningkatnya tantangan ekonomi dibandingkan tahun lalu, menurut laporan media lokal.
Sekitar 23,3 juta orang di Jepang, atau 90 persen dari tingkat sebelum pandemi, diperkirakan akan melakukan perjalanan selama liburan, tetapi lebih dari 70 persen responden memilih untuk melakukan perjalanan tidak lebih dari satu hari, lapor NHK, mengutip survei yang dilakukan oleh agen perjalanan besar JTB.
Sementara itu, banyak wisatawan mancanegara mengatakan kepada media lokal bahwa depresiasi yen memungkinkan mereka melakukan aktivitas belanja dan berwisata dengan lebih leluasa di Jepang.