Logo
>

DER Bisa Turun 1,0 Kali usai Aksi Korporasi CBRE ini

PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) memperkuat modal hingga Rp1,7 triliun melalui fasilitas kredit BRI dan konversi utang menjadi saham baru.

Ditulis oleh Syahrianto
DER Bisa Turun 1,0 Kali usai Aksi Korporasi CBRE ini
PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) memperkuat langkah transformasi bisnisnya setelah memperoleh kontrak sewa kapal lepas pantai. (Foto: Dok. Cakra Buana Resources Energi)

KABARBURSA.COM – PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) memperkuat langkah transformasi bisnisnya setelah memperoleh kontrak sewa kapal lepas pantai dari PT Gunanusa Utama Fabricators (GUF) senilai sekitar Rp4,3 triliun dengan jangka waktu delapan tahun. 

Kontrak ini menjadi salah satu yang terbesar dalam sejarah perseroan dan diproyeksikan meningkatkan utilisasi armada serta pendapatan berulang di segmen offshore services.

Dalam keterbukaan informasi, manajemen CBRE menegaskan bahwa kerja sama ini sepenuhnya dilakukan dengan PT Gunanusa Utama Fabricators, di mana perseroan bertindak sebagai subkontraktor pendukung proyek-proyek Engineering, Procurement, Construction, and Installation (EPCI).

Unit kapal yang disewakan adalah Offshore Support Vessel tipe Pipe Laying & Lifting Vessel Hai Long 106, yang memiliki kemampuan instalasi pipa laut dalam, pengangkatan beban berat, serta operasi bawah laut.

Direktur Utama CBRE, Suminto Husin Giman, menyampaikan bahwa kerja sama dengan Gunanusa akan memberi dampak signifikan terhadap arah bisnis perusahaan.

“Kontrak jumbo ini memperkuat posisi CBRE sebagai penyedia layanan pendukung maritim di sektor energi. Selain itu, kami juga tengah menyiapkan pelaksanaan right issue untuk memperkuat struktur permodalan dan menghadirkan investor strategis dari sektor EPCI dan T&I,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin, 10 November 2025.

Langkah korporasi tersebut akan dibahas melalui Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang dijadwalkan pada 18 Desember 2025, dengan agenda utama meminta persetujuan rencana Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD). 

Pemanggilan rapat akan dilakukan pada 25 November 2025, dengan daftar pemegang saham yang berhak hadir berdasarkan posisi kepemilikan per 24 November 2025.

Dalam skema PMHMETD itu, terdapat opsi konversi Promissory Note (PN) menjadi saham baru CBRE. Berdasarkan data perusahaan, nilai pinjaman yang akan dikonversi mencakup: Hilong Shipping Holding Limited USD25 juta, Yafin Tandiono Tan USD11 juta, PT Saga Investama Sedaya USD12,5 juta, dan PT Superkrane Mitra Utama Tbk USD6,5 juta.

Jika seluruh konversi dilakukan, Hilong Shipping Holding Limited dan konsorsium Yafin Tandiono Tan akan resmi menjadi pemegang saham baru sekaligus investor strategis di bidang EPCI dan Transportation & Installation.

Dampak Pembiayaan dan Aksi Korporasi

Langkah CBRE mengamankan fasilitas kredit senilai USD49 juta (sekitar Rp803 miliar) dari Bank Rakyat Indonesia (BRI) diproyeksikan membawa dampak positif bagi operasional dan neraca keuangan perusahaan.

Dari sisi operasional, fasilitas kredit tersebut memungkinkan CBRE segera merampungkan akuisisi kapal Hai Long 106 yang digunakan dalam kontrak bersama GUF. 

Penambahan kapal ini memperkuat kapasitas armada di segmen offshore support services dan menandai diversifikasi bisnis CBRE ke proyek-proyek energi lepas pantai (offshore) di luar angkutan laut domestik.

Manajemen menyebut, realisasi pembiayaan ini merupakan bagian dari strategi jangka menengah untuk meningkatkan utilisasi armada hingga 90 persen mulai 2026, sekaligus memperluas basis pelanggan di sektor minyak, gas, dan konstruksi lepas pantai.

Dari sisi keuangan, CBRE memperkirakan peningkatan pendapatan tahunan antara Rp500–600 miliar dari proyek-proyek offshore yang melibatkan kapal Hai Long 106. Struktur pinjaman dengan tenor 90 bulan (7,5 tahun) dinilai seimbang dengan masa kontrak jangka panjang bersama GUF senilai Rp4,3 triliun.

Jika seluruh konversi dilakukan, Hilong Shipping Holding Limited akan menanamkan dana senilai USD25 juta atau sekitar Rp410 miliar, sedangkan konsorsium Yafin Tandiono Tan bersama PT Saga Investama Sedaya dan PT Superkrane Mitra Utama Tbk berpotensi menambah ekuitas sebesar USD30 juta atau setara Rp493 miliar.

Total dana konversi mencapai USD55 juta, atau sekitar Rp903 miliar dengan asumsi kurs Rp16.400 per dolar AS. 

Setelah konversi dan right issue tuntas, porsi modal CBRE berpotensi meningkat hampir dua kali lipat dibanding posisi ekuitas September 2025 yang tercatat sekitar Rp920 miliar berdasarkan laporan keuangan interim.

Kombinasi antara fasilitas kredit USD49 juta (Rp803 miliar) dari PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) dan konversi utang menjadi saham baru tersebut akan memperkuat total struktur modal CBRE menjadi lebih dari Rp1,7 triliun.

Manajemen memperkirakan rasio utang terhadap ekuitas (DER) yang sebelumnya di kisaran 1,8 kali akan turun menuju 0,9–1,0 kali pasca pelaksanaan PMHMETD. 

Penurunan ini diyakini akan memperbaiki leverage dan meningkatkan kapasitas pendanaan eksternal untuk ekspansi lanjutan di sektor energi lepas pantai.

Masuknya mitra strategis juga diproyeksikan memberikan penghematan biaya operasional hingga 10–15 persen per tahun melalui transfer teknologi dan optimalisasi logistik proyek EPCI. 

Selain itu, kerja sama dengan Hilong dan mitra T&I regional membuka peluang kontrak baru di kawasan Asia Tenggara dengan potensi nilai proyek lebih dari USD100 juta dalam dua tahun mendatang. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.