Logo
>

Suntikan Rp24 Triliun buat Garuda Nyatanya Bukan untuk Ekspansi!

Garuda (GIAA) dapat dana Rp24 triliun dari Danantara, tapi 63 persennya bukan untuk ekspansi bisnis.

Ditulis oleh Syahrianto
Suntikan Rp24 Triliun buat Garuda Nyatanya Bukan untuk Ekspansi!
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bakal melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement. (Foto: Dok. KabarBursa)

KABARBURSA.COM – PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) bakal melaksanakan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement dengan nilai total nyaris Rp24 triliun, yakni Rp23,67 triliun. 

Aksi korporasi ini akan dilakukan melalui penerbitan 315,61 miliar saham Seri D dengan nilai nominal Rp75 per saham. Seluruh saham baru tersebut akan diserap Danantara Indonesia lewat PT Danantara Asset Management (DAM) sebagai investor tunggal.

Berdasarkan dokumen yang disampaikan ke Bursa Efek Indonesia (BEI), dari total nilai transaksi sebesar Rp23,67 triliun, sebanyak Rp17,02 triliun merupakan setoran tunai dan Rp6,65 triliun berupa konversi pinjaman pemegang saham. 

Dana hasil private placement, jika merujuk keterbukaan informasi, akan digunakan untuk memperbaiki posisi ekuitas dan memperkuat likuiditas perusahaan dan bukan untuk ekspansi.

Dari total dana tersebut, 37 persen atau sekitar Rp8,8 triliun dialokasikan untuk kegiatan perawatan dan perbaikan pesawat (maintenance dan overhaul). 

Sementara 63 persen atau sekitar Rp14,9 triliun akan digunakan sebagai tambahan modal bagi anak usaha Garuda Indonesia, yaitu PT Citilink Indonesia, termasuk pembayaran utang kepada PT Pertamina (Persero) sekitar Rp3,5 triliun, serta kebutuhan perawatan mesin, auxiliary power unit (APU), dan landing gear pesawat Citilink.

Harga pelaksanaan ditetapkan sebesar Rp75 per saham. Berdasarkan keterbukaan informasi, penetapan harga menggunakan pendekatan pasar dan metode arus kas yang didiskonto (discounted cash flow) dengan tingkat diskonto 8,65 persen dan diskon pasar 20 persen. 

Nilai tersebut berada di bawah harga pasar saham GIAA yang sebelum pengumuman berada pada kisaran Rp230 hingga Rp250 per saham.

Sebelum pelaksanaan, komposisi kepemilikan saham Garuda Indonesia terdiri atas Pemerintah Republik Indonesia 60,54 persen, investor publik 27,47 persen, dan lainnya 11,99 persen. 

Setelah aksi korporasi, kepemilikan publik akan terdilusi menjadi 6,17 persen, sedangkan DAM akan menguasai lebih dari 92 persen saham GIAA.

Keuangan Garuda Indonesia Masih Negatif

Laporan keuangan konsolidasian Garuda Indonesia per 30 September 2025 menunjukkan total utang atau liabilitas sebesar USD8,29 miliar, terdiri dari utang jangka pendek USD3,37 miliar dan utang jangka panjang USD4,92 miliar. 

Posisi ini sedikit menurun dibandingkan USD8,42 miliar pada akhir 2024. 

Dari total utang tersebut, liabilitas sewa pesawat mencapai USD2,42 miliar, atau sekitar 29 persen dari total kewajiban.

Selain itu, utang usaha kepada pemasok bahan bakar, bandara, dan penyedia jasa perawatan mencapai USD1,13 miliar. 

Utang kepada lessor pesawat dan penyedia suku cadang tercatat USD2,70 miliar sebagai provisi pengembalian pesawat. 

Utang bank dan lembaga keuangan sekitar USD1,16 miliar, sedangkan utang pajak sebesar USD176 juta.

Garuda juga mencatat utang kepada pihak berelasi senilai USD6,65 triliun (konversi pinjaman) yang sebagian besar berasal dari dukungan pemegang saham negara. Setelah private placement, kewajiban tersebut akan diubah menjadi ekuitas.

Posisi ekuitas per 30 September 2025 masih negatif USD1,54 miliar, dengan total aset USD6,75 miliar. 

Posisi kas dan setara kas mencapai USD243,1 juta, naik dari USD219,2 juta per Desember 2024. 

Arus kas operasi bernilai positif USD367 juta, tetapi arus kas investasi negatif USD535 juta akibat pembayaran utang leasing dan biaya perawatan pesawat.

Pendapatan sembilan bulan pertama 2025 tercatat USD2,39 miliar, turun 6,7 persen dari USD2,56 miliar pada periode sama 2024. 

Garuda masih membukukan rugi bersih USD180,77 juta, meningkat dibanding rugi USD129,61 juta tahun sebelumnya.

Beban pegawai dalam periode yang sama mencapai USD406,7 juta, naik 8,9 persen dibanding USD373,4 juta per September 2024. 

Porsi beban pegawai terhadap total biaya operasi mendekati 19 persen, menjadikannya salah satu komponen biaya terbesar di luar beban sewa dan perawatan pesawat. 

Pada laporan tahunan 2024, total beban pegawai mencapai USD521,8 juta atau 18,5 persen dari total biaya operasi.

Laporan keuangan yang telah diaudit menyatakan terdapat ketidakpastian material atas kelangsungan usaha Garuda Indonesia karena posisi ekuitas negatif dan utang yang masih tinggi.

Setelah pelaksanaan private placement, proyeksi internal Garuda menunjukkan kas dan setara kas akan meningkat menjadi sekitar Rp17 triliun, rasio lancar naik menjadi 1,22 kali, rasio utang terhadap aset turun menjadi 101 persen, dan posisi ekuitas diperkirakan berubah positif sekitar USD183 juta. (*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.