Logo
>

DEWA Berpotensi Turnaround, Saham Melesat 3,9 Persen

Ditulis oleh Syahrianto
DEWA Berpotensi Turnaround, Saham Melesat 3,9 Persen

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Saham PT Darma Henwa Tbk (DEWA) mencatatkan kenaikan signifikan sebesar 3,90 persen pada hari Selasa, 15 Oktober 2024, hingga mencapai harga Rp80 per saham.

    Mengutip data Stockbit, dalam perdagangan hari ini, volume saham yang ditransaksikan mencapai 658,8 juta, jauh melampaui volume rata-rata harian sebesar 203 juta. Harga saham DEWA dibuka pada Rp78 dan sempat mencapai level tertinggi di Rp82 sebelum ditutup pada Rp80. Nilai transaksi yang tercatat sepanjang hari ini adalah Rp52,4 miliar.

    Kinerja saham DEWA mengalami peningkatan yang konsisten dalam beberapa waktu terakhir. Dalam satu minggu terakhir, saham ini telah memberikan imbal hasil sebesar 15,94 persen, sementara dalam periode satu bulan, kenaikan mencapai 25 persen. Secara triwulanan, harga saham DEWA naik sebesar 14,29 persen, dan selama enam bulan terakhir, kenaikannya mencapai 25 persen, menunjukkan tren yang positif di tengah sentimen pasar yang fluktuatif.

    Peningkatan harga saham DEWA didorong oleh beberapa faktor kunci. Rita Efendy, Founder Indonesia Investment Education (IIE) dalam analisisnya menerangkan bahwa salah satu katalis utama adalah keberhasilan perusahaan dalam mendapatkan pinjaman sindikasi sebesar Rp2,6 triliun dari beberapa bank besar, termasuk PT Bank Central Asia Tbk (BBCA).

    Menurutnya, keterlibatan BBCA, yang dikenal sangat selektif dalam pemberian pinjaman, mengindikasikan bahwa DEWA berada dalam fase turnaround yang menjanjikan. "Pinjaman ini akan digunakan untuk ekspansi, terutama untuk pembelian alat berat, yang diprediksi dapat meningkatkan pendapatan dan efisiensi operasional perusahaan," ujarnya seperti dikutip Selasa, 15 Oktober 2024.

    Direktur Utama DEWA, Teguh Boentoro, juga memiliki peran penting dalam penguatan ekuitas perusahaan. Teguh, yang juga menjabat sebagai Komisaris di Amman Mineral, memiliki koneksi yang kuat dengan Grup Salim.

    "Hal ini dapat membuka peluang bagi DEWA untuk memperkuat posisinya dalam industri pertambangan dan mendapatkan dukungan lebih lanjut dari investor besar," kata Rita.

    Meski demikian, DEWA masih menghadapi tantangan dalam hal profitabilitas. Berdasarkan laporan keuangan kuartal kedua 2024, perusahaan mencatat laba bersih sebesar Rp14,2 miliar, naik dari Rp12,8 miliar pada periode yang sama tahun 2023. Namun, margin laba bersih perusahaan masih rendah di angka 0,5 persen, dengan margin EBITDA sebesar 14,2 persen. Dibandingkan dengan pesaingnya, seperti PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) yang memiliki margin laba operasi 8 persen, DEWA masih memiliki ruang yang cukup besar untuk perbaikan kinerja.

    Pendapatan emiten afiliasi Bakrie Group ini pada semester pertama 2024 tercatat sebesar Rp2,9 triliun, turun 19,4 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Meski pendapatan turun, laba kotor mencapai Rp217,4 miliar, dengan margin laba kotor sebesar 7,5 persen. EBITDA tercatat sebesar Rp411,3 miliar, namun laba operasi mengalami penyusutan dari Rp582,44 miliar pada periode yang sama tahun lalu menjadi Rp255,43 miliar.

    Di sisi lain, Darma Henwa juga memiliki beban keuangan yang cukup tinggi, tercatat sebesar Rp602,83 miliar, meningkat dari Rp583,47 miliar pada periode yang sama tahun lalu. Meskipun demikian, perusahaan masih menunjukkan kemajuan dalam laba sebelum pajak yang naik menjadi Rp110,03 miliar, dari sebelumnya Rp100,03 miliar.

    Dengan total aset mencapai Rp7,48 triliun dan total liabilitas sebesar Rp25,30 triliun, DEWA masih menghadapi tantangan dalam menjaga keseimbangan antara utang dan ekuitas. Meskipun DEWA memiliki potensi besar, investor harus berhati-hati terhadap rasio utang yang cukup tinggi, dengan debt-to-equity ratio sebesar 1,26 dan debt-to-EBITDA sebesar 10,14. Ini menunjukkan beban utang yang cukup berat, yang berpotensi menjadi tantangan di masa depan jika tidak dikelola dengan baik.

    Secara keseluruhan, meskipun Darma Henwa masih berada dalam fase pemulihan, potensi turnaround perusahaan sangat terlihat. Sentimen pasar yang positif, dukungan dari perbankan, dan rencana ekspansi yang ambisius menjadi faktor penting yang dapat mendorong kinerja saham DEWA lebih baik di masa mendatang.

    Investor yang siap menghadapi volatilitas tinggi di pasar dapat melihat peluang yang menjanjikan pada saham ini, terutama dengan latar belakang rally saham-saham Grup Bakrie yang mulai terlihat di pasar. (*)

     

    Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisis saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan KabarBursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli atau menjual saham.

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.