KABARBURSA.COM - PT Darma Henwa Tbk (DEWA) dengan kode saham DEWA, telah menjadwalkan RUPSLB untuk meminta persetujuan para investor terkait rencana private placement.
Emiten jasa tambang dan mineral dari Grup Bakrie ini memutuskan untuk mengambil langkah strategis melalui penerbitan saham baru tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMTHMETD) atau private placement. Tujuannya, menyelesaikan kewajiban finansial perusahaan kepada kreditur sekaligus memperbaiki struktur permodalan.
Sebagai bagian dari rencana ini, DEWA akan menerbitkan hingga 17,16 miliar saham biasa Seri B dengan nilai nominal Rp50 per saham. Jumlah saham yang diterbitkan mencakup sekitar 44 persen dari modal disetor penuh setelah aksi korporasi ini berlangsung.
Dalam keterangannya, manajemen DEWA menegaskan bahwa langkah ini akan membantu mengurangi beban utang, meningkatkan profitabilitas, serta memperbaiki rasio utang terhadap ekuitas. Dengan struktur permodalan yang lebih sehat, perusahaan berharap nilai tambah dapat dirasakan oleh seluruh pemegang saham.
Penerbitan saham ini juga akan digunakan untuk melunasi kewajiban kepada dua pihak utama. Pertama, utang sebesar Rp554,48 miliar kepada Madhani Talatah Nusantara akan dikonversi menjadi 11,08 miliar saham Seri B. Kedua, utang sebesar Rp358,92 miliar kepada PT Andhesti Tungkas Pratama akan ditukar dengan 7,17 miliar saham.
Total saham yang diterbitkan mencapai 18,26 miliar lembar, menjadikan utang perusahaan senilai Rp913,4 miliar berubah menjadi ekuitas. Hal ini akan meningkatkan total ekuitas DEWA dari Rp3,23 triliun per Juni 2023 menjadi Rp4,14 triliun.
Akibatnya, rasio utang terhadap ekuitas atau DER akan turun dari 1,56 kali menjadi hanya 1 kali. Aktivitas ini akan mencerminkan kondisi keuangan yang lebih stabil.
Konsekuensi Private Placement
Namun, langkah itu tidak tanpa konsekuensi bagi pemegang saham lama. Perseroan menyebutkan, pemegang saham lama akan mengalami dilusi signifikan hingga 45,53 persen. Di sisi lain, para kreditur akan menjadi pemilik saham mayoritas baru dalam perusahaan.
Madhani Talatah Nusantara diproyeksikan memegang 27,64 persen saham, sedangkan PT Andhesti Tungkas Pratama menguasai 17,89 persen. Sementara itu, porsi kepemilikan Goldwave Capital Limited sebagai pemegang saham lama akan terpangkas dari 17,46 persen menjadi hanya 9,51 persen.
Meski demikian, DEWA memastikan bahwa tidak terjadi perubahan dalam pemegang saham pengendali. Aksi korporasi ini juga mencerminkan upaya perusahaan untuk tetap menjaga posisi kompetitif di industri tambang dengan memperkuat pondasi finansialnya.
Perseroan telah menetapkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 13 Februari 2025 sebagai langkah awal untuk mendapatkan persetujuan para pemegang saham atas rencana tersebut.
Dengan langkah ini, DEWA menunjukkan komitmen dalam memperbaiki kinerja keuangannya di tengah tantangan industri. Konversi utang menjadi ekuitas diharapkan tidak hanya menurunkan tekanan keuangan tetapi juga membuka peluang baru untuk ekspansi dan pengembangan bisnis yang berkelanjutan.
Sementara itu, analis Stockbit Sekuritas Hendriko Gani, berpendapat dengan pelaksanaan harga saham pada level Rp65, jauh lebih rendah dibandingkan harga penutupan pada akhir tahun 2024 di level Rp111, langkah ini diperkirakan akan memberikan tekanan pada sentimen pasar dalam jangka pendek.
Diskon harga sebesar 41,4 persen menjadi salah satu isu yang berpotensi menimbulkan reaksi negatif dari pemegang saham eksisting, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap nilai kepemilikan mereka.
Meski demikian, konversi utang ini juga membawa harapan jangka panjang bagi Darma Henwa. Selain mengurangi beban utang, kehadiran pemegang saham baru diharapkan mampu mendukung pertumbuhan perusahaan di masa mendatang, baik melalui pengalaman maupun jaringan bisnis mereka.
Saham DEWA Turun Tipis
Pada pergerakan saham hari ini, DEWA mencatatkan penurunan tipis sebesar 0,87 persen, ditutup di level Rp114 per saham. Harga ini menunjukkan penurunan Rp1 dibandingkan dengan harga penutupan sebelumnya yang berada di level Rp115.
Pada awal perdagangan, saham DEWA dibuka di level Rp116 dan sempat mencapai harga tertinggi Rp117. Namun, tekanan jual membawa harga ke posisi terendah harian di Rp113 sebelum akhirnya berakhir di harga rata-rata Rp114.
Adapun nilai transaksi untuk saham ini mencapai Rp6,3 miliar, dengan total volume perdagangan sebanyak 555 ribu lot.
Batas Auto Rejection Atas (ARA) saham ini tercatat pada harga Rp155, sementara batas Auto Rejection Bawah (ARB) berada di level Rp75. Dengan fluktuasi harga yang cukup moderat pada hari tersebut, aktivitas perdagangan mencerminkan dinamika pasar yang seimbang antara tekanan jual dan minat beli.
Secara keseluruhan, kinerja saham DEWA hari ini menunjukkan adanya pergerakan yang cenderung terbatas. Kondisi ini mencerminkan perhatian pelaku pasar terhadap perkembangan fundamental perusahaan, termasuk rencana strategisnya dalam aksi korporasi dan upaya restrukturisasi utang.
Meskipun mencatatkan penurunan harga, volume transaksi yang signifikan mengindikasikan bahwa saham DEWA tetap menarik perhatian investor dalam jangka pendek.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.