KABARBURSA.COM - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencatatkan performa terbaiknya sejak Januari, ditopang oleh reli obligasi negara dan meningkatnya arus masuk investasi asing. Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan kebijakan yang mendukung penguatan rupiah dengan membiarkan mata uang tersebut menguat tanpa intervensi.
Pada perdagangan Jumat, 20 September 2024, rupiah melonjak hingga 1 persen ke level 15.080 per dolar AS, mengantarkan kenaikan mingguan sebesar 2,1 persen. Kenaikan ini menempatkan rupiah sebagai mata uang dengan performa terbaik di antara negara-negara berkembang (emerging market).
Rupiah mendapatkan dorongan kuat dari tingginya minat investor terhadap obligasi negara. Imbal hasil obligasi pemerintah bertenor 10 tahun turun ke level terendah dalam setahun, yang menunjukkan bahwa investor semakin tertarik untuk membeli obligasi Indonesia, didorong oleh ekspektasi imbal hasil yang menarik.
Pergerakan ini mencerminkan arus masuk dana yang signifikan ke pasar obligasi Indonesia, dengan obligasi mencatatkan arus masuk bersih untuk bulan kelima berturut-turut, rekor terpanjang sejak 2017.
Investor regional dan global berbondong-bondong masuk ke aset-aset Asia Tenggara, termasuk saham dan mata uang, dengan harapan mendapatkan imbal hasil yang lebih tinggi di tengah pelonggaran kebijakan moneter Federal Reserve AS.
Pemangkasan suku bunga Bank Indonesia pekan ini, yang mengejutkan pasar, menambah daya tarik rupiah di mata investor. Menurut analis, keputusan tersebut membuka peluang bagi lebih banyak pemangkasan suku bunga di masa depan.
Dukungan dari Bank Indonesia dan Penguatan Obligasi
Bank Indonesia mendukung penguatan rupiah dengan membiarkannya bergerak sesuai dinamika pasar. Direktur Eksekutif Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Edi Susianto, dalam wawancaranya dengan Bloomberg, menegaskan bahwa volatilitas rupiah saat ini masih dapat dikelola, dan BI tidak perlu melakukan intervensi.
"Penguatan rupiah didukung oleh minat yang lebih kuat terhadap obligasi pemerintah Indonesia," ujar Alan Lau, ahli strategi mata uang di Maybank, Singapura, hari ini.
Ia juga menambahkan bahwa Bank Indonesia berada dalam posisi lebih baik dibandingkan negara lain untuk melanjutkan pelonggaran kebijakan moneter, yang pada gilirannya meningkatkan daya tarik obligasi Indonesia di mata investor global.
Prospek Rupiah dan Tantangan di Depan
Meski rupiah saat ini berada dalam posisi yang menguntungkan, tantangan tetap ada. Para trader kini mengincar level psikologis 15.000 per dolar AS sebagai titik resistance berikutnya.
Menurut Jeffrey Zhang, ahli strategi di Credit Agricole CIB, Hong Kong, pasar mungkin akan terus menyukai rupiah dalam jangka pendek, tetapi pergerakan menuju level 15.000 dapat memicu kehati-hatian di kalangan investor.
Bank Indonesia diprediksi akan terus memanfaatkan momentum ini dengan menyeimbangkan kebijakan moneter yang mendukung stabilitas rupiah dan menjaga inflasi tetap terkendali. Namun, dengan adanya ketidakpastian global dan potensi perlambatan ekonomi di berbagai negara, strategi kebijakan BI akan tetap diawasi oleh para pelaku pasar.
Dengan penguatan ini, rupiah kini menjadi sorotan di antara mata uang emerging market, dan arus masuk investasi yang kuat ke pasar obligasi menunjukkan adanya kepercayaan global terhadap stabilitas ekonomi Indonesia di tengah kondisi ekonomi global yang bergejolak.
Jika tren ini berlanjut, rupiah bisa terus menikmati momentum positif di sisa tahun ini, terutama dengan dukungan kebijakan BI yang fleksibel dan responsif terhadap dinamika pasar.
Sementara itu, penguatan rupiah sudah terjadi sejak BI memangkas suku bunga. Pada penutupan perdagangan Kamis sore, 19 September 2024, rupiah ditutup pada level Rp15.239 per dolar Amerika Serikat, naik 96 poin dari penutupan sebelumnya di level Rp15.335.
Penguatan rupiah ini terjadi di tengah sentimen pasar yang dipengaruhi oleh keputusan Federal Reserve (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) yang baru saja menurunkan suku bunga acuan mereka.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebelumnya diprediksi akan melanjutkan tren penguatan pada perdagangan hari ini, 19 September 2024. Hal ini dipicu oleh keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) dan Bank Indonesia (BI) yang baru saja menurunkan suku bunga, memberikan sinyal positif bagi pergerakan mata uang Garuda.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.