KABARBURSA.COM - Aksi divestasi Hapsoro Sukmonohadi atau Happy Hapsoro dari saham PT Bukit Uluwatu Villa Tbk (BUVA) menjadi sorotan pekan ini. Suami Ketua DPR Puan Maharani itu melepas total 483,33 juta lembar saham dalam dua hari transaksi, 10–11 September 2025.
Penjualan dilakukan dengan harga bervariasi di Rp200–Rp300 per lembar. Dari aksinya ini, Hapsoro mengemas dana sekitar Rp130 miliar. Dampak langsung dari transaksi tersebut adalah penurunan kepemilikannya dari 7,91 persen menjadi 5,56 persen atau sekitar 1,14 miliar lembar saham.
Menariknya, harga pelepasan saham Hapsoro berada di bawah harga pasar. Pada 11 September, saham BUVA ditutup di Rp340 per lembar, sehingga harga jualnya lebih rendah sekitar 11,7 persen. Namun justru sehari setelah transaksi, saham ini bergerak berlawanan arah.
Pada perdagangan Jumat, 12 September, BUVA melonjak 7,69 persen ke Rp364 per saham, bahkan sempat menyentuh level tertinggi harian Rp384. Volume transaksi sangat aktif, mencapai 426 juta lembar dalam sepekan, jauh di atas rata-rata 218 juta lembar. Artinya, antusiasme pasar sangat tinggi.
Dari sisi teknikal, BUVA menunjukkan kondisi sangat bullish. Rangkuman indikator teknikal dan moving average kompak memberikan sinyal “Sangat Beli”. Indikator momentum seperti RSI di 93,9 dan StochRSI di level 100 menandakan saham berada di area overbought, sebuah tanda bahwa kenaikan sangat cepat dan berpotensi memicu koreksi jangka pendek.
Namun, indikator tren seperti MACD, ADX, dan Bull/Bear Power masih mengonfirmasi kekuatan tren naik. Level pivot mingguan di Rp353 kini telah dilampaui, sehingga saham memiliki peluang untuk menguji resistance berikutnya di Rp398–Rp441 apabila sentimen positif bertahan.
Fenomena ini menimbulkan interpretasi ganda. Di satu sisi, pelepasan saham oleh pengendali bisa dipandang sebagai sinyal distribusi. Namun, respons pasar yang justru mendorong harga lebih tinggi mengindikasikan tingginya minat spekulatif dan aliran dana segar yang masuk ke saham ini.
Lonjakan volume memperkuat pandangan bahwa saham BUVA kini menjadi magnet bagi trader jangka pendek.
Bagi investor, situasi ini memunculkan dinamika menarik. Untuk jangka pendek, saham BUVA masih layak dipantau sebagai peluang trading, meski risiko koreksi akibat posisi teknikal yang overbought perlu diperhitungkan. Strategi yang bijak adalah memanfaatkan momentum kenaikan dengan disiplin menetapkan target keuntungan dan batas kerugian.
Untuk jangka menengah-panjang, absennya katalis fundamental besar di luar aksi korporasi membuat saham ini lebih cocok bagi investor berprofil agresif yang mencari peluang volatilitas, bukan bagi mereka yang mengutamakan stabilitas.
Dengan kata lain, meski Hapsoro melepas sebagian kepemilikannya, saham BUVA tetap menarik di mata pasar.
Lonjakan harga dan volume, ditopang sinyal teknikal yang kuat, memberi ruang bagi peluang cuan jangka pendek. Namun, investor disarankan untuk tetap berhati-hati menghadapi potensi koreksi setelah reli cepat dalam waktu singkat.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.
 
      