Logo
>

Dinamika Harga Obat, Emiten Farmasi ini Layak Dikoleksi

Ditulis oleh KabarBursa.com
Dinamika Harga Obat, Emiten Farmasi ini Layak Dikoleksi

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengungkap harga obat dalam negeri yang lebih tinggi 500 persen dari Malaysia. Persoalan tersebut tak terlepas dari tingginya harga produksi seiring dengan bertambahnya ongkos harga bahan baku obat yang mayoritas diperoleh dari impor akibat dinamika rupiah terhadap Amerika Serikat (AS).

    Meski begitu, berdasarkan panel perdagangan RTI Business per tanggal 11 Juli 20024, tercatat pertumbuhan saham farmasi dalam sebulan terakhir. Adapun ketiga saham tersebut diantaranya, PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Tempo Scan Pacific Tbk (TSPC), dan PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO).

    Pengamat Pasar Modal yang juga founder Traderindo.com, Wahyu Laksono menyebut, emiten farmasi akan selalu potensial untuk dikoreksi. Pasalnya, produk farmasi tetap dibutuhkan kendati nilai jualnya melonjak tinggi.

    “Emiten farmasi akan tetap potensial, karena masih dibutuhkan apapun kondisinya,” kata Wahyu kepada KabarBursa, Kamis, 11 Juli 2024.

    Lantas, dari ketika saham farmasi di atas, mana yang layak dikoleksi?

    Berdasarkan data RTI Business, performa KLBF sebulan terakhir tercatat meningkat 0,64 persen dengan rata-rata harga saham dikisaran Rp1.430 hingga Rp1.600 per lembar saham. Dalam sebulan, KLBF mencatat volume transaksi hingga 531,9 juta dengan volume saham yang diperdagangkan hingga Rp815,3 miliar. Adapun frekuensi perdagangan saham KLBF dalam sebulan hingga 65,301.

    Sementara kinerja keuangan KLBF di kuartal I tercatat positif yang berhasil membukukan laba bersih Rp957,56 miliar. Adapun angka tersebut meningkat 11,90 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) jika dibandingkan di periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp855,7 miliar.

    Adapun kenaikan laba bersih KLBF terdongkrak oleh peningkatan penjualan. Penjualan neto KLBF juga tercatat naik 6,22 persen sebesar Rp 8,36 triliun di kuartal I 2024. Sementara di periode yang sama pada tahun sebelumnya, KLBF mencatat penjualan neto KLBF sebesar Rp7,87 triliun.

    Wahyu menuturkan, KLBF melakukan buy back dengan nominal maksimal Rp1 triliun. Dia menyebut, buy back yang dilakukan KLBF terpantau telah dilakukan sejak bulan Mei hingga Juni dengan total 12,43 lembar saham.

    “Tingkat modal yang dikeluarkan sekitar Rp18,64 miliar. Jumlah itu baru 1,86 persen dari total modal yang direncanakan,” jelasnya.

    Wahyu menilai, buy back yang dilakukan cukup direspons positif, di mana harga cukup terdongkrak yang sebelumnya anjlok sejak awal 2023 lalu. Adapun KLBF sendiri dinilai telah rebound signifikan dari low Rp830 per lembar saham di Maret 2020.

    Rebound tersebut dinilai terbukti dengan didukung sentimen positif pandemic COVID-19 yang memicu harga terbang ke puncak Rp2.360 per lembar saham pada Februari 2023 sebelum anjlok hingga saat ini.

    Dalam kondisi tekanan, Wahyu menilai, langkah buy back cukup berdampak positif terhitung sejak awal Mei sampai akhir Juli 2024. Adapun saat ini, harga saham KLBF sudah naik sekitar 8,99 persen.

    Wahyu menilai wajar koreksi yang terjadi pasca pandemi lantara, selain overbought pergeseran sentimen reopening membuat emiten terkait kesehatan kurang favorit. Kendati begitu, dia menyebut ada ancaman pelemahan rupiah yang menjadi sentimen negatif KLBF.

    “Kuatnya USD jelas memicu penambahan beban biaya produksi dan bahan baku yang kebanyakan impor,” jelasnya.

    Di sisi lain, Wahyu juga menyoroti kinerja saham TSPC. Berdasarkan panel perdagangan RTI Business, pergerakan saham TSPC tumbuh 2,50 persen dalam sebulan terakhir dengan rata-rata penjualan saham Rp1.915 hingga Rp2.060.

    Dalam sebulan, TSPC mencatat volume transaksi hingga 39,4 juta dengan volume saham yang diperdagangkan hingga Rp77,9 miliar. Adapun frekuensi perdagangan saham TSPC dalam sebulan hingga 6,188.

    Adapun TSPC berhasil membukukan laba bersih sebesar Rp1,117 triliun pada tahun 2023, atau tumbuh 17,5 persen jika dibanding tahun 2022 sebesar Rp1,001 triliun. Di sisi lain, laba per saham yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk terdongkrak ke level Rp261 per lembar pada akhir tahun 2023.

    Sementara di akhir tahun 2022 berada di level Rp222 per helai dengan penjualan bersih mencapai Rp13,119 triliun pada tahun 2023. Hasil itu tumbuh 7,05 persen dibanding tahun 2022 yang tercatat sebesar Rp12,254 triliun.

    “YTD (year-to-date) cukup positif 11.47 persen. Mirip KLBF, TSPC juga sempat diuntungkan pandemi. Dari low Rp905 Maret 2020 rebound ke puncak Rp2.390 Januari 2021, lalu anjlok ke Rp1.291 di Januari yang sama,” jelasnya.

    Bedanya dengan KLBF, tutur Wahyu, TSPC konsolidasi hingga mid 2023 di sekitar Rp1.400, lalu rebound lanjut ke 2200 Januari 2024. Wahyu menilai, konsolidasi TSPC cukup impresif kendati masih masih bullish sejak 2020.

    Sementara untuk saham SIDO, berdasarkan panel perdagangan RTI Business pergerakan saham tersebut mengalami pelemahan 1,33 persen dalam sebulan terakhir dengan rata-rata harga saham Rp705 hingga Rp780 per lembar saham.

    Dalam sebulan, SIDO mencatat volume transaksi hingga 19,2 juta dengan volume saham yang diperdagangkan hingga Rp14,2 miliar. Adapun frekuensi perdagangan saham SIDO dalam sebulan hingga 2,830.

    Secara kinerja keuangan, SIDO sendiri membukukan penurunan pendapatan dan laba bersih sepanjang tahun 2023. Melansir laporan keuangan per 31 Desember 2023, SIDO membukukan penjualan sebesar Rp 3,56 triliun atau turun 7,75 persen dibandingkan dengan periode yang di tahun sebelumnya sebesar Rp 3,86 triliun.

    Sementara di kuartal I 2024, SIDO berhasil membukukan pertumbuhan positif baik dari sisi pendapatan maupun laba. Berdasarkan laporan keuangan, perseroan membukukan penjualan Rp1,05 triliun atau naik 16,11 persen jika dibandingkan penjualan kuartal I 2023 yang tercatat sebesar Rp 907,3 miliar.

    Setelah memperhitungkan beban pajak penghasilan, perseroan membukukan laba periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp390,49 miliar pada kuartal I 2024. Laba itu naik 30,04 persen dibanding laba kuartal I 2023 yang sebesar Rp300,28 miliar.

    Wahyu menilai, pergerakan kinerja SIDO cukup menarik jika dilihat secara ytd sebesar 40,59 persen. Kendati begitu, kata dia, SIDO juga mengalami hal serupa TSPC yakni bullish. Bahkan, SIDO dinilai lebih bullish jika dibandingkan TSPC.

    “Dari low Rp216 Oktober 2017, terbang melambung melewati era pandemic COVID. Hanya koreksi sementara dari Rp673 Desember 2019 ke Rp450 Maret 2020 awal pandemi. Lalu lanjut terbang ke psikologis level Rp1.000, tepatnya Rp1.070 Maret 2022. Lalu koreksi testing support pandemi Rp478 Oktober 2023, namun gagal dan rebound hingga sekarang high 780 Juni kemarin,” jelasnya.

    Rekomendasi Saham

    Wahyu merekomendasikan para investor untuk membeli saham TSPC, lalu SIDO, dan KLBF sebagai saham alternatif. Adapun rekomendasi saham secara rinci sebagai berikut:

    KLBF

    Kisaran jangka menengah, Rp1000-Rp2400 dengan support 1370, buy d kisaran harga Rp1500-Rp1400. Target price (TP) Rp1600-Rp1800, support kuat Rp1200, break Rp1200 lanjut bearish. Namun, di bawah Rp1200 Buy on Weakness.

    “Karena untuk jangka panjang jelas masih potensial. Sell di dekat atau di atas Rp2000. Namun dalam jangka panjang pengujian atau bahkan tembusan 2400 masih terbuka,” kata Wahyu.

    TSPC

    Kisaran jangka menengah, Rp1300 hingga Rp2500. Meski begitu, saat ini sedang konsolidasi jangka pendek di kisaran Rp1850 hingga Rp2200.

    “Posisi beli saat ini menarik namun bisa terancam koreksi terbatas. Jadi koleksi di Rp1900-Rp1880-Rp1740 lebih potensial. Di bawah Rp1700 Buy on Weakness, Sell di dekat Rp2300. Namun dalam jangka menengah/panjang masih potensial testing Rp2500,” ujarnya.

    SIDO

    Di kisaran jangka menengah, Wahyu merekomendasikan Rp400-Rp1200. Menurutnya, potensi beli Rp700-Rp600-Rp500 dengan TP Rp900-Rp1000. Sementara di bawah Rp400 Buy on Weakness Sell atas Rp1000.

    “Di dekat Rp1000 rentan koreksi walaupun masih bisa lanjut naik di atasnya Rp1100-Rp1200,” jelasnya. (And/*)

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    KabarBursa.com

    Redaksi