Logo
>

Diuntungkan Katalis Ganda, Akankah Kinerja INDY Bersinar?

Harga batu bara acuan yang stabil di level USD 128 per ton pada Maret 2025 dan kenaikan harga emas yang potensial disebut sebagai katalis ganda bagi INDY.

Ditulis oleh Yunila Wati
Diuntungkan Katalis Ganda, Akankah Kinerja INDY Bersinar?
Ilustrasi dua katalis positif bagi PT Indika Energy Tbk (INDY). (Gambar dibuat oleh AI untuk KabarBursa.com)

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - PT Indika Energy Tbk, dengan kode saham INDY, tengah menjadi perhatian investor karena adanya dua katalis utama yang dapat mendorong kinerja perusahaan dalam waktu dekat. 

    Pertama, kebijakan pemerintah yang terbaru memberikan dampak positif bagi sektor batu bara. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 18/2025, tarif royalti bagi produsen batu bara kini disesuaikan dengan skema Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK). Kebijakan ini diyakini akan meningkatkan kinerja emiten yang bergerak di sektor batu bara, termasuk INDY. 

    Selain itu, harga batu bara acuan yang stabil di level USD 128 per ton pada Maret 2025 turut mendukung prospek positif bagi emiten-emiten di sektor ini, seperti INDY, BUMI, dan AADI.

    Analis Indonesia Investment Education Rita Effendy melihat, katalis kedua yang turut menguntungkan INDY adalah kenaikan harga emas yang potensial. 

    "Investor kini perlu memperhatikan saham-saham yang terkait dengan fluktuasi dolar dan harga emas, termasuk INDY, mengingat prospek keuntungan yang besar jika harga emas menembus level USD 3,500 per ounce," tulis Rita dalam risetnya, Selasa, 22 April 2025. 

    Dalam skenario ini, biaya produksi emas yang relatif rendah, sekitar USD 1,200 per ounce, dan pajak sebesar 10 persen, memberikan margin keuntungan yang signifikan, jauh lebih besar dibandingkan sektor batu bara.

    Dengan adanya dua katalis ini, yaitu regulasi yang mendukung industri batu bara dan prospek harga emas yang dapat memberikan keuntungan lebih besar, INDY berada pada posisi yang menguntungkan di tengah potensi kenaikan harga komoditas global. Semua faktor ini memberikan gambaran positif bagi investor yang ingin melihat pertumbuhan kinerja dari Indika Energy dalam waktu dekat.

    Ekspansi Bisnis dan Penurunan Peringkat

    Selain terdorong dua katalis positif seperti disebutkan di atas, hal lain yang mendorong bersinarnya kinerja INDY adalah ekspansi bisnis dan peringkat perusahaan.

    Diketahui, saat ini PT Indika Energy Tbk sedang menjalani fase transisi yang menarik, dengan langkah diversifikasi yang semakin jelas melalui pendirian anak usaha baru yang bergerak di bidang pelayaran. Anak usaha ini, PT Interport Dirandra Syandana (INDIS), didirikan melalui kerjasama antara PT Interport Sarana Baruna (ISB) yang menyetorkan mayoritas modal, dan PT Interport Mandiri Utama (IMU). 

    INDIS bergerak dalam bidang angkutan laut domestik, melayani barang umum, perairan pelabuhan domestik, dan barang khusus. Langkah ini menjadi bagian dari strategi besar Indika Energy untuk memperluas portofolio bisnisnya di luar sektor batu bara yang selama ini menjadi tulang punggung perusahaan. 

    Pendirian INDIS ini dilakukan dengan tujuan agar INDY tetap fokus pada pelaksanaan usaha yang berkelanjutan, sambil mendiversifikasi sumber pendapatan dan mengurangi ketergantungan pada sektor komoditas yang volatil.

    Seiring dengan diversifikasi, Indika Energy juga terus mengembangkan entitas-entitas afiliasi lainnya. Beberapa di antaranya adalah PT Indika Mineral Investindo yang terlibat dalam pertambangan emas, PT Indika Nature yang fokus pada solusi berbasis alam, dan PT Kalista Nusa Armada yang mengelola fleet kendaraan komersial ramah lingkungan. 

    Selain itu, mereka juga memiliki PT Ilectra Motor Group yang memproduksi sepeda motor listrik, PT Interport Sarana Infrastruktur Indonesia yang bergerak di sektor logistik, serta PT Masmindo Dwi Area dan PT Mekko Metal Mining yang berfokus pada bisnis mineral. PT Empat Mitra Indika Tenaga Surya (EMITS) juga berkontribusi dengan pembangkit listrik tenaga surya, yang semakin memperkuat arah keberlanjutan perusahaan dalam jangka panjang.

    Namun, meskipun langkah diversifikasi ini terlihat menjanjikan, peringkat Indika Energy baru-baru ini mengalami penurunan. Fitch Ratings menurunkan peringkat jangka panjang luar negeri dan dalam negeri perusahaan menjadi ‘B+’ dari ‘BB-’, dengan outlook yang tetap stabil. 

    Penurunan ini didorong oleh proyeksi bahwa rasio EBITDA net leverage Indika akan melebihi 3,0x pada tahun 2025-2026, lebih tinggi dibandingkan dengan 2,9x pada tahun 2024. Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah harga batu bara yang lebih rendah, biaya produksi yang tinggi, serta risiko terkait dengan eksekusi proyek pertambangan emas mereka, terutama proyek Awak Mas yang mengalami penundaan. 

    Fitch juga memperkirakan bahwa arus kas dari bisnis baru Indika akan tetap kecil dalam beberapa tahun ke depan, dan divestasi aset batu bara yang dilakukan oleh perusahaan dalam beberapa tahun terakhir turut memperberat beban EBITDA.

    Proyek Awak Mas, yang diharapkan menjadi kunci untuk pengurangan utang dan diversifikasi perusahaan, telah mengalami penundaan dan kini diperkirakan baru dapat dimulai pada paruh kedua 2026, lebih lambat dari yang sebelumnya diperkirakan. Kontribusi EBITDA dari proyek ini diproyeksikan akan mencapai sekitar 25 persen pada tahun 2027, dengan asumsi harga emas tetap berada di sekitar USD2.000 per ounce. 

    Meskipun demikian, jika proyek ini terus tertunda atau jika struktur biaya tetap tinggi, terutama dengan harga batu bara yang cenderung turun, hal ini bisa menghambat rencana pengurangan utang dan memperlambat pemulihan keuangan perusahaan.

    Di sisi lain, operasi tambang batu bara Kideco, yang merupakan salah satu aset utama Indika, tetap menjadi penghasil EBITDA terbesar untuk perusahaan, dengan kontribusi yang diperkirakan mencapai 80 persen-90 persen dari total EBITDA perusahaan pada 2025-2026. 

    Ini menjadikan Kideco sebagai pilar penting yang menopang arus kas Indika, yang dibutuhkan untuk mendukung belanja modal dan perkembangan proyek-proyek baru. Sehingga, stabilitas operasional di tambang batu bara Kideco akan sangat menentukan kestabilan keuangan Indika dalam beberapa tahun ke depan.

    Meskipun ada tantangan yang dihadapi perusahaan, seperti penurunan harga batu bara dan risiko eksekusi proyek, Indika Energy masih memiliki beberapa faktor positif yang mendukung prospeknya. 

    Keberlanjutan operasi di sektor batu bara, potensi pendapatan dari proyek emas Awak Mas, serta diversifikasi ke sektor-sektor yang lebih berkelanjutan seperti energi terbarukan dan kendaraan listrik memberikan potensi jangka panjang yang menarik. 

    Akan tetapi, perlu diingat bahwa tekanan terhadap peringkat kredit perusahaan akan tetap ada jika harga batu bara terus menurun atau jika proyek Awak Mas tidak dapat segera diluncurkan sesuai rencana. 

    Oleh karena itu, pengelolaan utang yang hati-hati dan pencapaian progres signifikan pada proyek-proyek baru akan menjadi kunci untuk memulihkan dan memperkuat posisi Indika Energy di pasar.(*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Yunila Wati

    Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

    Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

    Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79