KABARBURSA.COM - Harga emas pada pekan ini menunjukkan potensi peningkatan signifikan. Harga emas naik 0,56 persen ke level US$ 2.346 per ons troi, menurut Trading Economics.
Andrew Fischer dari Deu Calion Futures (DCFX) menjelaskan bahwa penurunan nilai dolar AS yang diproyeksikan minggu ini menjadi salah satu pendorong utama kenaikan harga emas.
Selama beberapa minggu terakhir, tren harga emas telah berubah dari penurunan menjadi kenaikan. Fischer memprediksi bahwa tren ini kemungkinan akan terus berlanjut, memberikan peluang bagi investor untuk memanfaatkan momentum kenaikan.
Beberapa sentimen eksternal yang mendukung kenaikan harga emas termasuk ketidakpastian geopolitik menjelang pemilu AS, konflik di Timur Tengah dan Ukraina, serta ketegangan perdagangan antara AS dan China.
Fischer menyoroti situasi di Selat Taiwan sebagai fokus utama geopolitik saat ini. Tekanan dari China terhadap Taiwan menambah ketidakpastian di kawasan tersebut, yang mendorong permintaan emas sebagai aset lindung nilai.
Analisis teknis menggunakan trendline dan candlestick juga mendukung proyeksi kenaikan harga emas, sejalan dengan indikator fundamental.
Selain itu, UBS baru-baru ini menaikkan target harga emas mereka dari US$ 2.500 per ons troi menjadi US$ 2.600 per ons troi pada akhir 2024.
Kenaikan ini didorong oleh beberapa faktor, termasuk melemahnya data ekonomi AS yang menyebabkan repricing ekspektasi penurunan suku bunga Federal Reserve.
Data ekonomi AS yang lebih lemah pada bulan April mengindikasikan kemungkinan pelonggaran suku bunga sebesar 40 basis poin pada tahun 2024, naik dari 28 basis poin pada akhir April. Suku bunga yang lebih rendah biasanya mendorong harga emas karena meningkatkan arus masuk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF), yang secara historis mendukung kenaikan harga emas.
UBS juga meningkatkan perkiraan permintaan bank sentral untuk emas pada tahun 2024 menjadi 950-1.000 metrik ton, naik dari perkiraan sebelumnya sebesar 800-850 metrik ton.
Menurut laporan dari World Gold Council, ada rekor pembelian emas pada kuartal pertama sebesar 290 metrik ton, meskipun People's Bank of China baru-baru ini menunjukkan moderasi dalam pembelian. Data perdagangan dari Swiss menunjukkan bahwa pembelian emas oleh China terus berlanjut dengan kuat.
Fischer menegaskan bahwa ketidakpastian geopolitik diperkirakan akan terus mendukung harga emas sebagai aset lindung nilai. Dengan meningkatnya ketegangan di berbagai kawasan dan ekspektasi penurunan suku bunga, harga emas diperkirakan akan mengalami kenaikan minggu ini, didorong oleh faktor-faktor tersebut.
Penutupan Perdagangan Kemarin
Harga emas dunia di pasar spot tercatat USD2.335,1 per troy ons pada Senin, 27 Mei 2024 pukul 07.50 WIB, setelah logam mulia ini jatuh 2,11 persen pada akhir pekan lalu, dengan kenaikan 0,07 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan kemarin.
Dalam seminggu terakhir, harga emas turun 3,76 persen secara point-to-point, koreksi mingguan terdalam sejak September tahun lalu. Selama sebulan terakhir, harga emas hanya naik tipis 0,08 persen. Pekan lalu, harga emas sempat mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, namun sejak itu harganya turun lebih dari USD100.
Sentimen mengenai kebijakan suku bunga acuan, terutama di Amerika Serikat, mempengaruhi pergerakan harga emas. Pekan lalu, Bank Sentral AS, Federal Reserve, merilis notula rapat terbaru mereka.
Dalam rapat teranyar, Gubernur Jerome ‘Jay’ Powell dan kolega memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 5,25-5,5 persen. Ini adalah yang tertinggi dalam 22 tahun terakhir.
Suasana kebatinan dalam rapat tersebut yang membuat harga emas anjlok. Sejumlah anggota Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) menilai proses penurunan inflasi atau disinflasi masih berjalan lambat.
“Para peserta memandang bahwa inflasi akan kembali ke target 2 persen dalam jangka menengah. Namun, disinflasi mungkin akan berlangsung lebih lama dari perkiraan semula,” ungkap notula itu.
Bahkan, sejumlah peserta rapat menyatakan masih ada ruang untuk menaikkan suku bunga acuan jika dibutuhkan. “Beberapa peserta menyebut keinginan untuk mengetatkan suku bunga kebijakan lebih lanjut jika risiko inflasi terwujud, sehingga upaya itu menjadi layak (appropriate),” lanjut risalah rapat tersebut.
Emas adalah aset yang tidak memberikan imbal hasil (non-yielding asset). Memegang emas menjadi kurang menguntungkan dalam iklim suku bunga tinggi.
“Harga emas terpangkas karena risalah rapat The Fed mengingatkan kita bahwa penurunan suku bunga masih jauh dari kata segera” tegas Tim Waterer, Chief Market Analyst KCM Trade, seperti diberitakan Bloomberg News.
Secara teknikal dengan perspektif harian (daily time frame), emas sudah berada di zona bearish. Terlihat dari Relative Strength Index (RSI) yang sebesar 48,67. RSI di bawah 50 menandakan suatu aset sedang dalam posisi bearish.
Namun, perlu diperhatikan bahwa indikator Stochastic RSI sudah menyentuh 7,29. Jauh di bawah 20, yang berarti sangat jenuh beli (oversold).
Dengan begitu, harga emas berpotensi bangkit. Target resisten terdekat ada di USD2.343 per troy ons. Jika tertembus, maka USD2.374 per troy ons bisa menjadi target selanjutnya.
Sedangkan target support terdekat adalah USD2.316 per troy ons. Penembusan di titik ini bisa membawa harga emas turun menuju USD2.286 per troy ons.