KABARBURSA.COM - Dolar Amerika Serikat merosot pada Jumat 5 Desember 2025, meski masih berkutat dalam rentang pergerakan terbarunya terhadap deretan mata uang utama. Para pelaku pasar memasuki fase tunggu, menanti rapat kebijakan Federal Reserve pekan depan, sebuah agenda yang hampir pasti akan berujung pada pemangkasan suku bunga.
Indeks dolar—pengukur kekuatan greenback terhadap enam mata uang besar—melemah 0,1 persen ke 98,994, hanya sedikit di atas titik terendah lima minggu yang disentuh Kamis di 98,765. Sepanjang pekan, indeks ini mencatat penurunan 0,5 persen. Sementara itu, euro bergerak nyaris datar di sekitar USD1.16433, tak jauh dari puncak tiga minggunya pada Kamis di USD1.1681.
Pasar kini memperhitungkan peluang hampir 90 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga pekan depan, disertai kemungkinan dua pemangkasan tambahan tahun depan, menurut data LSEG.
Rangkaian data pasar tenaga kerja alternatif yang lebih lemah sepanjang pekan ini turut memperteguh probabilitas tersebut—angka yang dinilai berlebihan oleh Antonio Ruggiero, analis FX & makro di Convera.
Morgan Stanley pada Jumat mengumumkan revisi pandangannya: kini mereka memperkirakan pemangkasan suku bunga seperempat poin pada Desember, sejalan dengan proyeksi JPMorgan dan BofA Global Research, setelah pernyataan bernada dovish dari pejabat bank sentral. Sebelumnya, ketiganya berkeyakinan The Fed akan menahan suku bunga bulan itu.
Greenback juga dinilai masih terlalu mahal dibandingkan mata uang utama lain, sehingga nada kebijakan yang lebih lunak dianggap masuk akal, ujar Ruggiero. Data sentimen konsumen AS yang sedikit membaik pada awal Desember pun tak banyak mengangkat daya tarik dolar.
Dalam laporan terpisah, Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) naik 0,3 persen pada September, mengulang laju Agustus, menurut BEA. Di luar komponen pangan dan energi yang volatil, PCE inti meningkat 0,2 persen, juga sama seperti bulan sebelumnya—laporan yang sempat tertunda akibat penutupan pemerintah.
Pasar turut menimbang peluang bahwa penasihat ekonomi Gedung Putih, Kevin Hassett, dapat menggantikan Jerome Powell sebagai Ketua The Fed ketika masa jabatannya berakhir Mei mendatang. Hassett diperkirakan akan mendorong serangkaian pelonggaran kebijakan moneter.
“Dolar tetap berada di bawah tekanan ringan karena ekspektasi pemangkasan suku bunga pekan depan, serta kemungkinan bahwa Hassett—jika menjabat—akan membawa nada bank sentral yang lebih dovish,” kata Chris Turner, kepala pasar global ING.
Yen Jepang, yang menguat dalam beberapa sesi belakangan berkat spekulasi Bank of Japan akan menaikkan suku bunga bulan ini, melanjutkan penguatannya tipis 0,1 persen ke 155,295 per dolar.
Pejabat BOJ disebut siap menaikkan suku bunga pada 19 Desember selama tak terjadi guncangan ekonomi besar, menurut laporan Bloomberg, sehari setelah Reuters menyebut dari tiga sumber bahwa kenaikan bulan ini sangat mungkin terjadi.
Sebagai mata uang favorit dalam carry trade, potensi unwinding akibat kenaikan suku bunga yen dapat memperkuat posisinya lebih jauh, ujar Ruggiero dari Convera.
Pound sterling bergerak stabil di sekitar USD1.3329, tak jauh dari puncak enam minggunya di $1.3385 yang tercapai pada sesi sebelumnya.
Pekan depan akan dipenuhi keputusan bank sentral: Reserve Bank of Australia pada Selasa, Bank of Canada pada Rabu, Swiss National Bank pada Kamis, dan tentu saja pernyataan The Fed pada Rabu malam.
Pekan setelahnya giliran BOJ, Bank Sentral Eropa, Bank of England, serta Riksbank Swedia memasuki panggung.
Di sisi lain, pasar kripto kembali mengalami tekanan. Bitcoin tergelincir untuk hari kedua berturut-turut, melemah 3 persen ke USD89.701.(*)