KABARBURSA.COM - Komisi VI DPR RI melakukan kunjungan kerja ke Parlemen Swedia untuk membahas sejumlah program terkait pangan, kelautan, dan lingkungan hidup yang akan diterapkan dan dikerjasamakan dengan Indonesia.
“Kunjungan ini merupakan langkah awal untuk meningkatkan kerja sama kedua negara dalam pengelolaan pertanian, perikanan, kehutanan, dan lingkungan hidup ke depannya,” ujar Ketua Delegasi Komisi IV DPR RI Budhy Setiawan di Jakarta, Jumat, 24 Mei 2024.
Rombongan Komisi IV DPR RI yang dipimpin oleh Budhy Setiawan dan Budisatrio Djiwandono melakukan kunjungan ke Swedia. Mereka membahas program-program Pemerintah Swedia yang mencakup pangan, pertanian, perikanan, kelautan, dan lingkungan hidup.
Budhy menjelaskan bahwa selama kunjungan, pihaknya bersama Parlemen Swedia meninjau fish and seafood market di Årsta, dilanjutkan dengan kunjungan ke peternakan dan perkebunan di Bona Munsö. Mereka juga bertemu dengan The Committee on Environment and Agriculture di Stockholm.
Menurut Budhy, peninjauan ke pasar ikan bertujuan untuk memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan Swedia.
“Swedia saat ini masih bergantung pada impor ikan, dan ini merupakan peluang besar bagi Indonesia untuk mengekspor komoditas ikan ke Swedia,” jelas Budhy.
Dia menambahkan, pasar Swedia merupakan pintu penting untuk memasuki pasar ikan di Eropa.
“Kerja sama di bidang perikanan ini bisa menjadi jembatan untuk mempererat hubungan bilateral,” kata Budhy.
Dalam kunjungan ke Peternakan dan Perkebunan di Bona Gard, Delegasi Komisi IV DPR RI bersama Kedubes RI di Swedia bertemu dengan peternak untuk mempelajari pertanian terpadu, di mana limbah peternakan dan pertanian dimanfaatkan sebagai pupuk organik dan bahan baku energi.
Budhy mengatakan Indonesia bisa belajar dari sistem efisiensi peternakan Swedia yang mampu menghasilkan produksi susu 70 liter per ekor, sehingga bisa menekan impor susu yang masih dilakukan Indonesia.
Delegasi Komisi IV DPR RI juga bertemu dengan Mr. Adam Reuterskiöld (Ketua Sweden-Indonesia Interparliamentary Friendship Relations) dan anggota The Committee on Environment and Agriculture, termasuk Mr. Kenneth G Forslund, Ms. Emma Nohrén, Mr. John Widegren, Ms. Helena Storckenfeldt, Ms. Stina Larsson, dan Ms. Elin Nilsson.
Dalam pertemuan itu, delegasi Indonesia membahas isu penurunan jumlah petani dan peningkatan jumlah petani muda, masalah CPO, konsep penangkapan ikan terukur, dan konsep perhutanan sosial yang telah diterapkan Pemerintah Swedia.
Budhy menyebutkan kunjungan studi banding yang dimulai sejak 18 Mei 2024 ini didasarkan pada potensi pertanian, perikanan, kehutanan, dan lingkungan hidup Swedia yang berhasil dikembangkan melalui kebijakan pemerintah dan parlemen Swedia, sehingga sektor pertanian, terutama peternakan, menjadi pasar utama bagi Uni Eropa.
“Indonesia bisa belajar dari kebijakan ini untuk mensuplai palm oil, kopi, dan komoditas perikanan serta perkebunan lainnya ke negara-negara Uni Eropa,” kata Budhy.
Di sektor kehutanan dan lingkungan hidup, Swedia telah berhasil melakukan privatisasi yang menjaga kualitas udara dan ekosistem serta meningkatkan penerimaan negara dari pengelolaan kehutanan oleh pihak swasta dan masyarakat.
Menurut Budhy, hal penting lainnya dalam kunjungan ini adalah peningkatan kualitas komunikasi antara dua negara. Pada akhir Agustus 2024, Parlemen Swedia, khususnya The Committee on Environment and Agriculture, akan berkunjung ke Indonesia.
“Dan pada Januari 2025, Mr. Adam Reuterskiöld, Ketua Sweden-Indonesia Interparliamentary Friendship Relations, juga akan berkunjung ke Indonesia,” tutup Budhy.
Bahas Sumber Energi
Anggota Komisi VII DPR RI, Dyah Roro Esti, mendorong penggunaan energi ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan daya listrik pusat data (data center) di Indonesia. Dalam keterangannya yang dikutip di Jakarta pada Sabtu, Roro Esti menyatakan bahwa data center membutuhkan energi dalam jumlah besar untuk mendukung keberlanjutan (sustainability). Oleh karena itu, penting memastikan bahwa listrik yang digunakan berasal dari sumber energi yang bersih.
Pemerintah sedang menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Energi Baru dan Energi Terbarukan (RUU EBET) sebagai upaya menciptakan sumber energi yang lebih bersih dan mengurangi emisi CO2. Saat ini, sekitar 70 persen listrik di Indonesia masih berasal dari sumber energi yang kurang ramah lingkungan.
RUU EBET bertujuan untuk mendiversifikasi portofolio energi Indonesia dan mempromosikan penggunaan energi terbarukan untuk masa depan yang berkelanjutan.
Roro Esti juga menekankan pentingnya pengelolaan sampah yang tepat, termasuk sampah elektronik (e-waste), untuk meningkatkan keberlanjutan industri seperti data center.
Masalah e-waste dan sampah pada umumnya merupakan persoalan yang sering dihadapi masyarakat sehari-hari dan tidak boleh diabaikan. Pemerintah harus memastikan bahwa perusahaan dan industri menerapkan praktik pengelolaan sampah yang baik dan berkelanjutan.
Pemerintah berencana menetapkan standar lingkungan yang dilembagakan secara peer-to-peer, sehingga data center dan industri lainnya dapat memahami dan mematuhi regulasi tersebut. Inisiatif ini adalah bagian dari komitmen pemerintah untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan serta mendukung keberlanjutan operasional industri data center di Indonesia.