Logo
>

Dua Alasan Pemangkasan BI Rate tak Dapat Memperkuat Rupiah

Ditulis oleh Deden Muhammad Rojani
Dua Alasan Pemangkasan BI Rate tak Dapat Memperkuat Rupiah

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan suku bunga acuan baru-baru ini dinilai tidak memberikan dampak signifikan terhadap penguatan nilai tukar rupiah. Kebijakan ini menjadi kejutan di luar ekspektasi pasar yang sebelumnya memprediksi suku bunga akan tetap dipertahankan.

    Ekonom Bright Institute, Muhammad Andri Perdana, menjelaskan bahwa kebijakan penurunan suku bunga atau BI Rate justru berdampak langsung pada pelemahan nilai tukar rupiah.

    “Karena kita tahu ketika suku bunga itu diturunkan, ini implikasinya ke nilai tukar itu menjadi lemah ya, menjadi rupiah menjadi lebih lemah. Karena terjadi penyempitan yield antara SBN (Surat Berharga Negara) dengan yield US Treasury,” jelas Andri saat dihubungi melalui telepon oleh Kabarbursa.com, Jumat, 17 Januari 2025.

    Menurut Andri, penyempitan yield tersebut membuat investasi di Indonesia menjadi kurang menarik bagi investor global. Akibatnya, terjadi arus modal keluar yang semakin menekan nilai tukar rupiah.

    Meski demikian, Andri melihat kebijakan ini sebagai strategi BI untuk mendukung pemerintah dalam mengelola utang negara. Penurunan suku bunga diharapkan dapat menekan beban bunga SBN yang diterbitkan pemerintah.

    Dalam APBN 2025, pemerintah berencana menarik utang baru sebesar Rp775 triliun, angka tertinggi dalam sejarah Indonesia di luar periode pandemi.

    “Dan inilah yang menjadi imperatif oleh pemerintah agar beban bunga SBN ini bisa diminimalkan, terutama sebelum diterbitkan SBN-SBN baru dalam masa krusial ini,” ujar Andri.

    Lebih lanjut, Andri mengungkapkan bahwa BI tampak menerima konsekuensi dari melemahnya rupiah yang saat ini bergerak menuju Rp16.400 per dolar AS.

    “Dan itulah yang membuat dari BI lebih tampak menerima konsekuensi dari melemahnya rupiah yang kita tahu sekarang sudah menuju di Rp16.400, yang mana padahal sebelumnya saja kan rupiah memang hitungannya sudah belum stabil dan berada di tahap yang di luar keinginan pasar terutama,” ungkapnya.

    Dalam asumsi dasar ekonomi makro Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, pemerintah menargetkan nilai tukar rupiah di bawah Rp16.000 hingga Rp16.800. Namun, penurunan suku bunga diharapkan dapat meringankan beban bunga utang baru, sehingga dampaknya terhadap keuangan negara dalam jangka panjang lebih terkendali.

    “Karena memang kita tahu bahwa ruang fiskal oleh pemerintah saat ini jelas semakin menyempit karena pembayaran bunga utangnya saja sudah membengkak,” tambah Andri.

    Meski rupiah melemah, penurunan suku bunga diharapkan mampu meningkatkan perputaran uang di sektor riil, memperkuat daya beli masyarakat, dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Dengan lebih banyak modal yang beredar, diharapkan dapat memacu ekspansi dunia usaha dan menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.

    Namun, Andri menilai penurunan suku bunga ini belum cukup signifikan untuk mendongkrak perekonomian. Ia menyoroti bahwa suku bunga saat ini di kisaran 5 persen masih tergolong tinggi.

    “Padahal kalau kita tahu rencananya sebelum Trump menang terutama, suku bunga ini memang diinginkan sudah turun setiap bulan,” tuturnya.

    Lebih jauh, Andri menegaskan bahwa penurunan suku bunga hanya akan berdampak positif jika diiringi dengan perbaikan sektor ekonomi lainnya.

    “Harus ada upaya lain baik itu dari BI dan pemerintah seperti memperbaiki sektor perdagangan, bagaimana memperbaiki ekspor-impor Indonesia dan juga meningkat secara harfiah juga menjaga fundamental ekonomi sehingga dari segi arus modal yang bisa dipercaya oleh investor itu bisa semakin banyak yang masuk tanpa harus menawarkan suku bunga yang tinggi,” jelasnya.

    Andri menekankan pentingnya kebijakan yang lebih komprehensif untuk mendukung perekonomian dan daya beli masyarakat.

    Penurunan suku bunga yang lebih agresif dinilai perlu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara menyeluruh.

    “Dan inilah yang harus dilakukan agar daya beli masyarakat dan perekonomian di bawah secara luas itu bisa lebih baik dengan suku bunga yang jauh lebih rendah daripada sekarang,” tutupnya. 

    Momentum Pertumbuhan Ekonomi

    Sebelumnya diberitakan, BI kembali mengambil langkah strategis dalam menjaga stabilitas ekonomi dengan menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate menjadi 5,75 persen. Keputusan ini diumumkan oleh Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) yang berlangsung pada 14-15 Januari 2025.

    Penurunan sebesar 25 basis poin ini, menurut Perry, sejalan dengan upaya memastikan inflasi tetap terkendali sesuai target dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

    Dalam pengumumannya, BI juga menyesuaikan suku bunga untuk fasilitas perbankan lainnya.

    Suku bunga Deposit Facility diturunkan menjadi 5,00 persen, sementara Lending Facility kini berada di level 6,50 persen. Langkah ini diambil sebagai bentuk konsistensi kebijakan moneter yang bertujuan menjaga inflasi di sasaran 2,5±1 persen pada tahun 2025 dan 2026.

    Perry menjelaskan, keputusan tersebut didukung oleh proyeksi inflasi yang tetap rendah, nilai tukar rupiah yang stabil sesuai dengan fundamental ekonomi, serta kebutuhan untuk meningkatkan momentum pertumbuhan ekonomi nasional. (*)

    Disclaimer:
    Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Deden Muhammad Rojani

    Vestibulum sagittis feugiat mauris, in fringilla diam eleifend nec. Vivamus luctus erat elit, at facilisis purus dictum nec. Nulla non nulla eget erat iaculis pretium. Curabitur nec rutrum felis, eget auctor erat. In pulvinar tortor finibus magna consequat, id ornare arcu tincidunt. Proin interdum augue vitae nibh ornare, molestie dignissim est sagittis. Donec ullamcorper ipsum et congue luctus. Etiam malesuada eleifend ullamcorper. Sed ac nulla magna. Sed leo nisl, fermentum id augue non, accumsan rhoncus arcu. Sed scelerisque odio ut lacus sodales varius sit amet sit amet nibh. Nunc iaculis mattis fringilla. Donec in efficitur mauris, a congue felis.