Logo
>

Dua Emiten Sarang Burung Walet di BEI, Mana Menarik?

Perbandingan fundamental NEST dan RLCO menjadi acuan investor jangka menengah di tengah tren ekspor yang terus bertumbuh.

Ditulis oleh Syahrianto
Dua Emiten Sarang Burung Walet di BEI, Mana Menarik?
Minat investor terhadap sektor sarang burung walet kembali meningkat pada Senin, 8 Desember 2025, seiring debut PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menambah pilihan emiten di industri ini. (Foto: Wikimedia Commons/Midori)

KABARBURSA.COM – Minat investor terhadap sektor sarang burung walet kembali meningkat pada Senin, 8 Desember 2025, seiring debut PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang menambah pilihan emiten di industri ini. 

Di tengah sorotan tersebut, PT Esta Indonesia Tbk (NEST), emiten di sektor serupa dan telah IPO lebih dahulu memiliki fundamental yang relatif stabil dan efisien meski kinerja kuartal III menghadapi tekanan. 

Masuknya RLCO ke lantai bursa membuat perbandingan fundamental kedua emiten ini relevan untuk menilai arah sektor ke depan.

Sektor sarang burung walet mendapat perhatian lebih karena Indonesia memasok sekitar 75–80 persen kebutuhan dunia, dengan volume ekspor naik dari sekitar 405 ton pada 2012 menjadi 1.218 ton pada 2024 dan nilai ekspor sekitar USD551 juta. 

Di pasar global, harga ekspor di atas USD400 per kg umumnya dikaitkan dengan tingkat profitabilitas yang menarik bagi pelaku usaha, sementara harga di bawah USD200 per kg berpotensi menekan pendapatan. 

Permintaan terbesar datang dari China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Taiwan, dengan pola pembelian yang mengikuti musim tertentu di China serta tunduk pada ketentuan registrasi fasilitas dan standar mutu impor. 

Kondisi makro ini menjadi kerangka utama dalam menilai kekuatan dan risiko fundamental NEST dan RLCO untuk jangka menengah.

Melihat Fundamental Dua Emiten, Mana Terbaik?

Dalam kondisi makro yang dipengaruhi tren ekspor, pola musiman, serta standar mutu impor, kinerja masing-masing emiten menjadi indikator utama untuk melihat posisi kompetitif di industri sarang burung walet. Evaluasi ini dimulai dari kinerja PT Esta Indonesia Tbk (NEST) pada kuartal III 2025.

Kinerja PT Esta Indonesia Tbk (NEST) pada kuartal III 2025 menunjukkan tekanan pada sisi pendapatan. Perseroan membukukan pendapatan Rp261 miliar, turun 26,99 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, sementara laba bersih tercatat Rp13 miliar atau turun 21,67 persen. 

Penurunan ini terutama dipengaruhi melemahnya penjualan ekspor ke pihak ketiga yang turun 65 persen.

Transisi permintaan ke pasar domestik tercermin dari lonjakan penjualan ke pihak berelasi yang meningkat hingga 1.600 persen, sehingga sebagian tekanan pendapatan dapat tertahan. 

Perubahan komposisi penjualan tersebut juga berpengaruh pada struktur profitabilitas Perseroan. Gross profit margin NEST tercatat turun menjadi 6,92 persen karena beban pokok tidak turun sebanding dengan penurunan pendapatan, sementara net profit margin justru naik tipis ke level 5,25 persen berkat pengendalian biaya operasional yang lebih ketat. 

Di luar tekanan pendapatan, struktur keuangan NEST berada dalam kondisi yang lebih terjaga. Perseroan tidak memiliki utang berbunga sehingga risiko finansial relatif rendah, sementara kepemilikan saham pada Xiamen Yan Palace Bird’s Nest Industry Co. Ltd. membantu memberikan kontribusi pendapatan dari pasar China. 

Selain itu, NEST mengelola 15 lokasi sarang burung walet di Sulawesi Tengah yang memastikan ketersediaan pasokan bahan baku secara berkelanjutan.

Berbeda dengan NEST yang cenderung stabil, kinerja PT Abadi Lestari Indonesia Tbk (RLCO) menunjukkan pola pertumbuhan yang lebih cepat menjelang pencatatan saham perdana. 

Hingga Mei 2025, Perseroan mencatat pendapatan Rp231 miliar atau meningkat 47 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dengan laba bersih mencapai Rp12,3 miliar setelah tumbuh 608 persen. Pertumbuhan ini didorong oleh kenaikan volume penjualan pada lima bulan pertama tahun berjalan.

Peningkatan kinerja tersebut turut dipengaruhi penurunan beban pemasaran yang mencapai 76 persen serta efisiensi biaya administrasi yang tidak tumbuh secepat pendapatan. Kombinasi kenaikan penjualan dan penurunan biaya membuat profitabilitas RLCO meningkat pada periode laporan, sekaligus menggambarkan perubahan struktur biaya yang lebih ringan dibandingkan tahun sebelumnya.

Meski menunjukkan pertumbuhan yang kuat, RLCO memiliki struktur permodalan yang berbeda dibandingkan NEST. Perseroan mencatat utang berbunga sebesar Rp488 miliar dengan rasio DER mencapai 2,77 kali, dan sebagian besar merupakan utang jangka pendek. 

Kondisi ini membuat kebutuhan likuiditas RLCO lebih besar, meski rasio current ratio berada di 1,17 dan interest coverage ratio di 2,43, yang masih mencerminkan kemampuan pembayaran kewajiban dalam jangka pendek.

Kebutuhan pendanaan tersebut menjadi salah satu alasan RLCO melakukan penawaran umum perdana saham pada 8 Desember 2025. Dari total 625 juta saham yang dilepas dengan harga Rp168 per saham, Perseroan memperoleh dana sekitar Rp105 miliar. 

Sebanyak 56,33 persen dari dana hasil IPO dialokasikan sebagai modal kerja untuk pembelian bahan baku sarang burung walet, sementara 43,67 persen lainnya digunakan untuk tambahan modal kepada entitas anak, PT Realfood Winta Asia, guna meningkatkan kapasitas pengolahan dan distribusi.

Kinerja Fundamental Berbeda: NEST vs RLCO

Perbandingan kinerja kedua emiten menunjukkan karakter fundamental yang berbeda. NEST mencatat aset sebesar Rp411 miliar dengan pendapatan Rp261 miliar selama sembilan bulan dan laba bersih Rp13 miliar, serta tidak memiliki utang berbunga. 

Sementara itu, RLCO memiliki aset Rp685 miliar, pendapatan Rp231 miliar dalam lima bulan, dan laba bersih Rp12,3 miliar, namun ditopang struktur utang berbunga yang lebih besar. 

Perbedaan ini menempatkan NEST pada profil risiko lebih rendah, sedangkan RLCO berada pada fase pertumbuhan yang memerlukan dukungan permodalan lebih tinggi.

Dalam konteks industri, prospek sektor sarang burung walet masih ditopang oleh permintaan ekspor yang stabil serta perkembangan produk turunan berbasis protein. Kondisi makro tersebut memberi ruang bagi emiten dengan struktur operasi terjaga maupun yang sedang melakukan ekspansi kapasitas. 

Bagi NEST, faktor kestabilan pasokan dan efisiensi biaya menjadi penopang kinerja jangka menengah, sedangkan bagi RLCO, penguatan rantai pasok dan peningkatan kapasitas pengolahan melalui entitas anak menjadi bagian dari strategi pertumbuhan yang telah disiapkan. (*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Syahrianto

Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.