KABARBURSA.COM - Kinerja pasar obligasi domestik jika dilihat dari indikator Indonesia Composite Bond Index (ICBI) mengalami penguatan tipis pada akhir Maret 2024, kata Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Menurut Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon (PMDK) OJK Inarno Djajadi, kinerja pasar obligasi domestik per 28 Maret 2024, menurut indikator ICBI tersebut mengalami penguatan 1,14 persen year to date (ytd) ke level 378,78.
"Meskipun menguat tipis, namun pasar obligasi Indonesia memang tidak sedang dalam zona akselerasi," kata Inarno dalam keterangan pers, Senin, 8 April 2024.
Ia mengungkap faktor pendorong tersebut meliputi beberapa sentimen negatif seperti meredanya euforia pemangkasan suku bunga acuan federal fund rate (FFR) yang sebelumnya diperkirakan turun tiga kali, namun saat ini diperkirakan peluangnya hanya satu kali.
"Berikutnya ialah seperti yield SBN tercatat meningkat tipis yaitu sebesar 8,92 bps di seluruh tenor dan non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp31,35 triliun ytd," sambungnya.
Inarno kemudian membeberkan, berdasarkan data Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE), sejak 2019 jumlah efek yang ditransaksikan serta jumlah issuer EBUS menunjukkan tren peningkatan.
"Selain itu, jumlah rata-rata transaksi harian EBUS tahun ini masih cukup tinggi dibandingkan rata-rata tahunan sejak 2019," ucap dia.
Lebih lanjut, Inarno menyampaikan bahwa pasar modal sebagai alternatif pembiayaan bagi korporasi di antaranya melalui penerbitan efek bersifat utang dan/atau sukuk (EBUS) masih terlihat cukup diminati. Tercatat sampai dengan Maret 2024 penghimpunan dana EBUS mencapai Rp26,05 triliun yang diterbitkan oleh 20 emiten.
"Jumlah pipeline Penawaran Umum obligasi saat ini memiliki nilai indikatif sebesar Rp30,10 triliun dari 32 perusahaan," jelasnya.
Sementara itu Fikri C. Permana, ekonom senior KB Valbury Sekuritas menyebut, kinerja pasar obligasi domestik masih lebih baik meskipun ada dana asing yang sempat keluar.
"Perubahan yield tidak terlalu banyak, bahkan harga naik karena ada pembayaran kupon," ujarnya, seperti dikutip, Senin, 8 April 2024.
Sementara melemahnya kinerja IHSG karena adanya sell off pada emiten yang cukup besar. Misalnya, saham-saham perbankan dan telekomunikasi yang memiliki kapitalisasi besar sehingga menekan IHSG.
Selain itu, terjadi pergeseran aliran dana asing pada pekan terakhir Maret 2024. Bank Indonesia (BI) mencatat nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto atau outflow sebesar Rp1,36 triliun.