KABARBURSA.COM - Emiten penerbangan PT AirAsia Indonesia Tbk (CMPP) menyampaikan bahwa akan memproses terkait pengunduran diri Jurry Soeryo Wiharko selaku Direktur dan Tharumalingam Kanagalingam selaku Komisaris Utama.
Veranita Yosephine Sinaga Direktur Utama CMPP dalam keterangan resmi Jumat, 19 Juli 2024 mengungkapkan bahwa perseroan akan menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Veranita bilang, perseroan telah menerima surat pengunduran diri dari Jurry Soeryo Wiharko selaku Direktur Perseroan yang berlaku efektif pada tanggal 01 Juli 2024 bersamaan dengan surat pengunduran diri dari Tharumalingam Kanagalingam selaku Komisaris Utama yang berlaku efektif pada tanggal 1 Juli 2024.
Perseroan juga akan menginformasikan lebih lanjut kepada Regulator, Publik, Pemegang Saham, serta Pemangku Kepentingan Terkait susunan Direksi dan Dewan Komisaris Perseroan yang baru dengan melaksanakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa terkait hal tersebut diatas untuk memenuhi ketentuan Pasal 8, POJK No. 33/ POJK.04/2014.
Tidak terdapat dampak yang signifikan terhadap kegiatan operasional, hukum, kondisi keuangan atau kelangsungan usaha Perseroan, tulis Veranita.
Kinerja CMPP Membaik
Padahal jika melihat kinerja sepanjang tahun 2023, CMPP telah mencatatkan peningkatan keuangan yang membaik. Berdasarkan laporan keuangan yang dirilis, pendapatan perusahaan meningkat 75,24 persen year-on-year (yoy) menjadi Rp6,62 triliun.
“Seiring Indonesia AirAsia masih melanjutkan pemulihan kinerjanya dari pandemi, sebagian besar pendapatan berasal dari operasi penerbangan, di mana penjualan tiket kursi pesawat memberikan kontribusi sebesar Rp5,63 triliun, diikuti oleh pendapatan dari bagasi sebesar Rp731,74 miliar. Selain itu, pendapatan juga berasal dari layanan penerbangan sebesar Rp125,85 miliar, kargo Rp44,26 miliar dan charter Rp14,08 miliar", ungkap Veranita.
Denpasar menjadi sumber pendapatan utama senilai Rp2,63 triliun, diikuti oleh Jakarta senilai Rp2,58 triliun. Sementara itu, Surabaya dan Medan masing-masing mencatat angka Rp 784 miliar dan Rp 624 miliar.
Meskipun terjadi kenaikan harga bahan bakar serta biaya perbaikan dan pemeliharaan, perusahaan masih menghasilkan pendapatan.
"Manajemen Indonesia AirAsia sedang aktif dalam memperoleh sumber pendanaan melalui beberapa skema potensial. Selain itu, manajemen PT AirAsia Indonesia Tbk. (AAID/CMPP) juga aktif mencari solusi untuk mengatasi tantangan ini dan memastikan kelangsungan operasional perusahaan. Hingga saat ini, operasional penerbangan Indonesia AirAsia berjalan lancar, melayani pengangkutan penumpang dan barang tanpa gangguan, baik untuk penerbangan domestik maupun internasional," tambah Veranita.
Veranita juga menegaskan komitmen Indonesia AirAsia untuk terus meningkatkan strategi keberlanjutan dan kelangsungan perusahaan. Langkah strategis ini tidak hanya menguntungkan perusahaan, tetapi juga turut membantu pemerintah dalam menjaga stabilitas industri penerbangan di Tanah Air.
Per Maret 2024, Indonesia AirAsia melayani 33 rute, termasuk 12 rute domestik dan 21 rute internasional. Tingkat ketepatan waktu (OTP/On Time Performance) meningkat 14 persen dari 73 persen pada kuartal pertama 2023 menjadi 87 persen pada kuartal pertama 2024. Tingkat keterisian penumpang (Load Factor) pada kuartal pertama 2024 tercatat sebesar 83 persen, meningkat 2 persen dari kuartal pertama 2023. Jumlah penerbangan selama kuartal pertama 2024 tercatat sebanyak 10,874 penerbangan meningkat sebesar 30 persen dari kuartal pertama 2023. Total penumpang tercatat sebanyak 1,63 juta atau meningkat sebesar 33 persen dari kuartal pertama 2023.
Secara operasional, AAID/CMPP mengalami kerugian sebesar Rp 702,62 miliar. Setelah ditambah dengan beban keuangan dan pajak, total kerugian yang dicatatkan perusahaan mencapai Rp 1,08 triliun.
Berdasarkan laporan neraca AAID/CMPP akhir Desember 2023, kas perusahaan senilai Rp 56,25 miliar, naik lebih dari dua kali lipat dari awal tahun karena pertumbuhan kas dari aktivitas operasional yang meningkat. Aset AAID/CMPP tercatat sebesar Rp 6,12 triliun, tumbuh 14,17 persen, sementara liabilitas AAID/CMPP mencapai Rp 14,02 triliun, naik 15,17 persen yoy.
Saham CMPP
Adapun saham CMPP pada perdagangan hari Jumat, 19 Juli 2024, terpantau stagnan di level Rp65 per saham. Pergerakan stagnan pada saham CMPP telah berlangsung sejak Jumat, 12 Juli 2024 pekan lalu.
Adapun performa bulanan saham CMPP tercatat positif 18,18 persen, meski begitu, dihitung sejak awal tahun ini, saham CMPP masih mencatakan performa negatif sebesar 48 persen.
Adapun berdasarkan pergerakan harga saham CMPP dalam sebulan terakhir dapat ditentukan posisi Pivot Point (PP) pada saham CMPP berada pada level Rp60,67.
Sementara itu, dalam rentang setahun, sahamnya anjlok 53,90 persen atau kehilangan 76 poin, dari Rp141 per saham pada 24 Juli 2024, menjadi Rp65 per saham pada perdagangan kemarin.
Dengan perhitungan tradisional, dapat diketahui posisi tingkat dukungan yang menopang harga saham CMPP saat ini berada pada Support Rp56,33. Dari sisi resistensi, saham CMPP harus berjuang untuk menembus (Breakout) level Resistance Rp69,33. (*)