KABARBURSA.COM - Dua proyek smelter HPAL milik PT Merdeka Battery Materials Tbk atau MBMA, diproyeksikan beroperasi tahun ini. Adapun dua proyek tersebut merupakan langkah ekspansi MBMA untuk memperkuat kapasitas produksi nikel dalam bentuk mixed hydroxide precipitate (MHP).
Emiten hasil kongsi Garibaldi Thohir dengan Grup Saratoga tersebut diharapkan dapat memberikan dampak signifikan pada pendapatan perusahaan tahun buku 2025. Dengan kapasitas gabungan yang mencapai 55.000 ton MHP per tahun, kedua proyek ini menjadi bagian penting dari strategi pertumbuhan jangka panjang MBMA.
Salah satu proyek ekspansi melibatkan kolaborasi MBMA dengan GEM melalui PT ESG New Energy Material, yang mana MBMA memegang 60 persen saham. Proyek ini akan memproduksi 30.000 ton nikel per tahun dalam bentuk MHP, dengan tahap pertama memfokuskan kapasitas produksi sebesar 20.000 ton MHP.
Selain itu, MBMA juga memiliki 12,5 persen saham di PT Meiming New Energy Material yang sedang menjalankan proyek smelter HPAL dengan kapasitas 25.000 ton per tahun di kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP).
Kedua proyek ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas produksi dan kontribusi MBMA di industri nikel, terutama dalam memenuhi permintaan pasar global yang semakin meningkat.
Selain fokus pada produksi MHP, MBMA juga terus mengembangkan kapasitas produksi nikel dalam bentuk nickel pig iron (NPI). Perusahaan menargetkan total produksi NPI dari tiga smelter miliknya dapat mencapai antara 80.000 hingga 85.000 ton pada tahun 2024.
MBMA juga memiliki fasilitas yang memproses NPI menjadi high-grade nickel matte (HGNM), dengan target produksi 50.000 hingga 55.000 ton HGNM pada tahun yang sama. Pencapaian ini menunjukkan komitmen MBMA dalam meningkatkan efisiensi produksi serta menciptakan produk nikel berkualitas tinggi yang siap bersaing di pasar internasional.
Kinerja keuangan MBMA hingga September 2024 menunjukkan hasil yang luar biasa, dengan laba bersih tercatat sebesar USD18,46 juta atau sekitar Rp284,06 miliar, melonjak 2.627 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya.
Kenaikan ini terutama didorong oleh peningkatan produksi limonit dari tambang PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM) serta produksi NPI dan HGNM. Sepanjang sembilan bulan pertama 2024, SCM berhasil memproduksi 6,7 juta wet metric tonnes (WMT) limonit.
Produksi tersebut melonjak 176 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, serta 1,9 juta WMT saprolit, meningkat 113 persen dari tahun sebelumnya.
Dengan demikian, kontribusi produksi SCM, smelter RKEF yang menghasilkan 63.338 ton NPI, dan pabrik nickel matte yang memproduksi 38.422 ton HGNM semakin memperkuat dasar kinerja keuangan MBMA.
Namun, meskipun kinerja keuangan yang solid, harga saham MBMA mengalami penurunan yang signifikan dalam beberapa waktu terakhir. Pada penutupan perdagangan 31 Januari 2025, harga saham MBMA tercatat Rp382 per saham, turun 51,94 persen atau minus 413 poin dari harga IPO yang tercatat di Rp795 pada 18 April 2023.
Penurunan ini menandakan adanya koreksi pasar yang mungkin dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal dan internal yang mempengaruhi sentimen investor.
Secara keseluruhan, meskipun menghadapi koreksi harga saham dalam jangka pendek, prospek jangka panjang MBMA tetap terlihat positif.
Proyek ekspansi smelter HPAL yang tengah dijalankan, ditambah dengan rencana untuk meningkatkan produksi nikel dalam bentuk MHP, NPI, dan HGNM, menunjukkan bahwa perusahaan ini memiliki strategi yang matang untuk menghadapi tantangan di industri nikel global.
Dengan komitmen untuk terus meningkatkan kapasitas produksi dan memberikan nilai bagi pemegang saham, MBMA berpeluang untuk mencatatkan kinerja yang lebih baik di masa depan.
Tekanan Signifikan pada Pergerakan Saham
Saham PT Merdeka Battery Materials Tbk. (MBMA) mengalami tekanan yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir. Diketahui, harga sahamnya turun menjadi Rp376 pada penutupan perdagangan terbaru dan mencatatkan penurunan sebesar 1.57 persen.
Harga ini berjarak jauh dari harga tertinggi 52 minggu yang tercatat di Rp725, menandakan adanya koreksi yang tajam sepanjang tahun. Dalam periode satu minggu terakhir, harga saham MBMA tercatat turun sekitar 8.29 persen, sementara dalam satu bulan, saham ini sudah tergerus sebesar hampir 18 persen.
Bahkan, dalam enam bulan terakhir, harga saham MBMA merosot hingga lebih dari 36 persen, menunjukkan performa yang kurang menggembirakan di pasar saham.
Pencapaian harga saham yang menurun ini mencerminkan dampak negatif dari sentimen pasar dan faktor-faktor eksternal yang memengaruhi kinerja perusahaan.
Meskipun secara keseluruhan perusahaan menunjukkan prospek jangka panjang yang solid melalui proyek ekspansi dan peningkatan kapasitas produksi, kondisi pasar yang tidak menentu serta koreksi harga komoditas global mungkin turut mempengaruhi persepsi investor terhadap potensi pertumbuhan MBMA dalam waktu dekat.
Sejak IPO pada 18 April 2023 dengan harga saham Rp795, MBMA telah mengalami penurunan yang cukup dalam, dengan penurunan lebih dari 50 persen pada harga sahamnya hingga kini.
Koreksi harga ini tidak hanya mencerminkan pergerakan pasar, tetapi juga mungkin disebabkan oleh faktor fundamental yang perlu terus dipantau, seperti hasil produksi dan realisasi ekspansi yang sedang berjalan.
Meskipun perusahaan masih memiliki strategi jangka panjang yang berfokus pada pengembangan smelter dan kapasitas produksi nikel, kekhawatiran investor terhadap ketidakpastian ekonomi dan perubahan pasar global dapat menjadi penyebab berlanjutnya tekanan pada harga sahamnya.
Secara keseluruhan, meskipun MBMA memiliki fundamental yang baik dan prospek bisnis yang menjanjikan, fluktuasi harga saham yang tajam menunjukkan adanya ketidakpastian yang harus dihadapi.
Bagi investor, ini bisa menjadi peluang untuk masuk pada harga yang lebih rendah, namun juga merupakan peringatan untuk tetap waspada terhadap volatilitas yang mungkin berlanjut, terutama mengingat harga saham yang jauh dari level tertingginya.
Perusahaan perlu terus menjaga ekspektasi pasar dengan mewujudkan target-target ekspansi dan produksi yang telah direncanakan, agar dapat meraih kembali kepercayaan investor dan mengembalikan performa harga sahamnya ke jalur yang lebih positif.(*)
Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak, membeli, atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analisis atau sekuritas yang bersangkutan, dan Kabarbursa.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian investasi yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.