Logo
>

Ekonomi RI Diproyeksikan Tumbuh 5,06 Persen di 2024

Ditulis oleh Syahrianto
Ekonomi RI Diproyeksikan Tumbuh 5,06 Persen di 2024

Poin Penting :

    KABARBURSA.COM - Ekonomi Indonesia diproyeksikan tumbuh di angka 5,06 persen hingga akhir 2024, menurut PT Bank Mandiri (Persero) Tbk alias Bank Mandiri.

    Andry Asmoro, Kepala Ekonom Bank Mandiri, menyampaikan soal perkiraan tersebut didasarkan atas pertumbuhan ekonomi Tanah Air hingga kuartal I 2024 ini masih cukup resilien dalam menghadapi gejolak global.

    "Pada kuartal pertama, ekonomi menunjukkan performa yang positif, didorong oleh efek positif dari pemilu, bulan puasa Ramadan, dan mendekati perayaan Lebaran. Selain itu, penyelesaian proses pemilihan presiden juga diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan para pelaku ekonomi untuk mengembangkan usaha mereka," kata Andry.

    Lebih lanjut, Andry menjelaskan, perhelatan proses pemilihan umum kepala daerah (Pilkada) pada kuartal akhir tahun ini juga akan membantu mendongkrak pertumbuhan konsumsi.

    Karena sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan data pertumbuhan ekonomi kuartal I 2024. Di luar ekspektasi, produk domestik bruto (PDB) Indonesia tumbuh 5,11 persen, lebih tinggi secara tahunan atau year on year (yoy).

    Angka itu juga lebih tinggi secara quarter-to-quarter (q-to-q) dibandingkan periode kuartal IV 2023 yang tumbuh 5,04 persen yoy.

    Tingkat konsumsi rumah tangga yang masih tumbuh positif sebesar 4,91 persen dengan kontribusi terhadap PDB 54,93 persen pada triwulan I 2024 menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi.

    “Kuartal I ini sudah mendapatkan dorongan yang luar biasa besar dari sisi politik, election, dan juga dari bulan puasa dan lebaran. Sementara lebarannya ada di awal April, mungkin kinerja April masih sedikit bagus, nanti mulai challenge di bulan Mei ini dan bulan Juni. Bulan Juni ada yang namanya back to school period, musim liburan juga, ini biasanya berdampak kepada sektor ritel atau FMCG (Fast-Moving Consumer Goods),” ungkap Andry.

    Tantangan Ekonomi Indonesia

    Sementara itu, Andry Asmoro menyatakan tantangan ekonomi Indonesia akan datang pada kuartal II dan III 2024.

    “Bagi domestic economy sendiri, national election kemarin memberikan dorongan kinerja untuk di first quarter 5,11 persen tumbuh, cuma kita melihat tantangannya bukan di kuartal I, tapi di kuartal II, kuartal III nanti,” ungkap dia.

    Tantangan ekonomi Indonesia dipengaruhi risiko geopolitik karena eskalasi konflik di Timur Tengah yang mendorong kenaikan harga minyak, serta memicu volatilitas pasar keuangan global.

    Pelemahan kondisi ekonomi global berimbas terhadap komponen investasi dan neraca perdagangan. Pertumbuhan investasi pada triwulan I masih cenderung lambat, terutama diakibatkan rendahnya investasi non-bangunan. Kinerja neraca perdagangan masih mencatatkan surplus meski dengan nilai yang terus menurun.

    Nilai tukar rupiah terdepresiasi hingga sempat menyentuh posisi Rp16.260 per dolar AS, terlemah sejak 2020. Menyikapi keadaan tersebut, Bank Indonesia dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) bulan April 2024 menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 25 bps (basis points) mencapai 6,25 persen untuk menjaga stabilitas pasar keuangan domestik.

    Artinya, potensi risiko ke depan masih besar akibat gejolak geopolitik global yang masih berlangsung, kenaikan harga energi dan pangan, serta tekanan dari keluarnya investasi portfolio asing yang menyebabkan penguatan dolar AS.

    Lebih lanjut, Andry meyakini, tingkat suku bunga acuan bank sentral belum akan turun dalam waktu dekat. Hal ini seiring dengan masih tingginya ketidakpastian global.

    "Dengan demikian, suku bunga acuan belum akan turun dalam waktu dekat," ujar dia.

    Suku Bunga Acuan

    Perry Warjiyo, Gubernur BI, memberikan isyarat bahwa tidak akan ada kenaikan suku bunga acuan atau BI Rate dalam waktu dekat, menyusul kenaikan yang terjadi pada bulan April 2024 lalu.

    Pada RDG April 2024, BI menaikkan BI Rate sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen. Keputusan tersebut diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dari dampak buruknya risiko global.

    “Dengan arah kenaikan BI-Rate sebelumnya dan SRBI (sekuritas rupiah Bank Indonesia), data menunjukkan bahwa saat ini tidak ada kebutuhan untuk menaikkan BI-Rate,” ungkap Perry dalam konferensi pers, Rabu, 8 Mei 2024.

    Meskipun demikian, Perry menegaskan bahwa keputusan tentang arah kebijakan suku bunga pada akhir bulan Mei akan ditentukan berdasarkan hasil RDG, termasuk perkembangan inflasi, nilai tukar rupiah, dan indikator lainnya.

    Perry juga menambahkan bahwa BI terus berupaya agar nilai tukar rupiah dapat menguat di bawah Rp 16.000 per dolar AS.

    Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

    Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

    Gabung Sekarang

    Jurnalis

    Syahrianto

    Jurnalis ekonomi yang telah berkarier sejak 2019 dan memperoleh sertifikasi Wartawan Muda dari Dewan Pers pada 2021. Sejak 2024, mulai memfokuskan diri sebagai jurnalis pasar modal.

    Saat ini, bertanggung jawab atas rubrik "Market Hari Ini" di Kabarbursa.com, menyajikan laporan terkini, analisis berbasis data, serta insight tentang pergerakan pasar saham di Indonesia.

    Dengan lebih dari satu tahun secara khusus meliput dan menganalisis isu-isu pasar modal, secara konsisten menghasilkan tulisan premium (premium content) yang menawarkan perspektif kedua (second opinion) strategis bagi investor.

    Sebagai seorang jurnalis yang berkomitmen pada akurasi, transparansi, dan kualitas informasi, saya terus mengedepankan standar tinggi dalam jurnalisme ekonomi dan pasar modal.