KABARBURSA.COM – Penandatanganan Addendum VIII Fasilitas Non Cash Loan (NCL) antara PT Elnusa Tbk (ELSA) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), menjadi sinyal penting bagi Elnusa. Addendum ini dinilai akan memperkuat stabilitas finansial ELSA di tengah dinamika bisnis jasa energi yang semakin kompetitif.
Penguatan stabilitas finansial ELSA tergambar dari perubahan jangka waktu fasilitas dan peningkatan limit NCL dari USD20 juta menjadi USD30 juta. Perubahan ini memberi ruang yang jauh lebih fleksibel bagi ELSA dalam mengelola kebutuhan operasional, terutama yang berkaitan dengan proyek-proyek berjangka panjang dan bersifat capital-intensive.
Untuk diketahui, fasilitas NCL seperti bank garansi, performance bond, atau standby letter of credit, merupakan instrumen krusial dalam industri migas. Karenanya, penyesuaian limit sebesar 50 persen ini menunjukkan bahwa Elnusa memerlukan dukungan perbankan yang lebih besar untuk menjaga ritme pengerjaan proyek, sekaligus mengantisipasi peningkatan permintaan layanan.
Langkah ini juga konsisten dengan narasi transformasi dan efisiensi yang dibangun manajemen dalam dua tahun terakhir.
Direktur Keuangan ELSA Nelwin Aldriansyah, menegaskan bahwa perluasan fasilitas kredit menjadi bagian dari strategi menjaga likuiditas dan ketahanan operasional. Pesan ini selaras dengan performa keuangan ELSA yang pada 2025 menunjukkan stabilitas, meski tekanan margin masih terasa di beberapa kuartal.
Bank Mandiri sebagai kreditur utama menegaskan komitmennya untuk mempertahankan sinergi tujuh tahun dengan Elnusa, yang menjadi indikator kepercayaan terhadap model bisnis serta prospek industrinya.
Kinerja Keuangan Bertumbuh Rp3,51 Triliun
Dilihat dari kinerja keuangannya, Elnusa menunjukkan perkembangan yang konsisten sepanjang 2025. Pendapatan kuartal III tercatat Rp3,51 triliun, tumbuh dari kuartal sebelumnya namun masih relatif datar dibanding periode historis.
Pada level laba, perusahaan membukukan laba bersih Rp190 miliar, naik signifikan dibanding Q3 tahun sebelumnya yang hanya Rp108 miliar. Kenaikan ini bukan hanya karena efisiensi biaya, tetapi juga faktor stabilnya permintaan sektor hulu migas pada paruh kedua 2025.
Margin ELSA juga tetap terjaga. Laba usaha Rp211 miliar dan EBITDA Rp322 miliar menunjukkan bahwa perusahaan mampu mempertahankan profitabilitas operasional meski beban pokok penjualan meningkat moderat.
Rasio profitabilitas yang membaik turut mempertegas efektivitas operasional, di mana ROA naik ke 1,87 persen dan ROE mencapai 3,70 persen. Dua rasio ini memang tidak bergerak eksplosif, tetapi menggambarkan kestabilan kinerja di sektor yang padat modal.
Peningkatan paling mencolok berada pada sisi kemampuan bayar. Interest coverage ratio ELSA melonjak menjadi 15,11 kali pada Q3 2025, jauh di atas Q2 yang hanya 6,78 kali. Artinya, kekuatan EBITDA yang meningkat membuat perusahaan sangat aman dari risiko tekanan beban bunga.
Keberhasilan mempertahankan ruang napas keuangan ini menjadi salah satu alasan mengapa Bank Mandiri bersedia memperbesar limit fasilitas NCL.
Valuasi Masih dalam Angka Wajar
Sementara itu, indikator pasar seperti EPS kuartalan yang naik ke 26,04 dan Price-to-Sales yang tetap rendah di 1,03 menggambarkan bahwa valuasi ELSA masih terletak pada wilayah yang wajar. Hal ini membuka peluang bagi investor jangka panjang, terutama karena Elnusa berada pada fase konsolidasi bisnis yang berpotensi menjadi katalis profitabilitas lebih besar di 2026 jika belanja modal sektor energi kembali meningkat.
Dari keseluruhan data, sinergi ELSA dan Bank Mandiri melalui addendum fasilitas NCL ini bukan sekadar formalitas administratif. Penyesuaian limit dan jangka waktu kredit merupakan bentuk strategi finansial yang disiapkan untuk memperkuat posisi Elnusa dalam rantai proyek jasa energi nasional.
Di tengah industri yang membutuhkan pendanaan fleksibel namun terukur, langkah ini menempatkan ELSA pada posisi yang lebih aman dan lebih siap menghadapi percepatan permintaan layanan di tahun mendatang.
Dengan pondasi keuangan yang stabil, kemampuan operasional yang teruji, serta dukungan perbankan yang diperkuat, Elnusa memasuki 2026 dengan modal bisnis yang lebih solid.
Tinggal bagaimana eksekusi proyek dan dinamika industri energi akan menentukan apakah stabilitas ini bisa berubah menjadi pertumbuhan yang lebih agresif.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.