Logo
>

Emas Menguat, Pasar Waspada Jelang Negosiasi AS-China

Harga emas naik lebih dari 1 persen di tengah pelemahan dolar AS. Pasar mencermati pertemuan dagang AS-China akhir pekan ini yang berpotensi memicu arah baru pasar global.

Ditulis oleh Moh. Alpin Pulungan
Emas Menguat, Pasar Waspada Jelang Negosiasi AS-China
Harga emas naik lebih dari 1 persen. Pasar waspada menanti hasil negosiasi dagang AS-China yang bisa memicu gejolak baru. Foto: Kabar/Abbas Sandji.

KABARBURSA.COM - Harga emas kembali bersinar di akhir pekan. Harga logam mulia ini naik lebih dari 1 persen pada Sabtu, 10 Mei 2025, dini hari WIB,  di tengah pelemahan dolar AS. Pasar tampak penuh kehati-hatian setelah Presiden AS Donald Trump melontarkan komentar soal tarif menjelang pertemuan penting antara AS dan China akhir pekan ini.

Dilansir dari Reuters di Jakarta, Sabtu, harga emas di pasar spot naik 1,1 persen ke USD3.340,29 per ons. Sementara secara mingguan sudah membukukan kenaikan sekitar 3,1 persen. Emas berjangka AS pun ditutup menguat di posisi USD3.344. Logam mulia yang sejak lama dikenal sebagai pelindung nilai di masa penuh ketidakpastian ini telah melonjak lebih dari 27 persen sejak awal tahun.

Penguatan emas juga didorong oleh pelemahan dolar AS yang turun 0,3 persen, membuat harga emas lebih terjangkau bagi pembeli dengan mata uang lain. Trump sempat menyebut bahwa tarif 80 persen untuk barang-barang China “terasa pas,” saat delegasi kedua negara bersiap bertemu untuk meredakan tensi dagang yang sudah berlarut-larut.

Tak hanya perang dagang, ketegangan juga muncul di Asia Selatan. India dan Pakistan kembali saling serang dengan drone dan artileri selama tiga hari berturut-turut, memicu kekhawatiran konflik terburuk antara dua negara bersenjata nuklir itu dalam hampir 30 tahun terakhir.

“Ketidakpastian soal tarif masih menjadi alasan utama investor memburu emas,” ujar David Meger dari High Ridge Futures. Meski begitu, ia memperingatkan bahwa reli emas mungkin tak sekuat beberapa bulan terakhir, dan pasar bisa memasuki fase konsolidasi dalam waktu dekat.

Di pasar fisik, pedagang emas di India menawarkan diskon karena permintaan melemah. Pelemahan rupee telah membuat harga emas lokal mendekati rekor tertinggi. Sementara itu di China, minat beli emas mulai pulih usai libur panjang.

Di sisi lain, Gubernur The Fed Michael Barr mengingatkan bahwa kebijakan dagang Trump bisa berdampak cukup serius: memicu inflasi, memperlambat ekonomi, dan meningkatkan pengangguran. Ini akan menjadi dilema berat bagi bank sentral dalam menentukan langkah ke depan.

Untuk logam mulia lainnya, harga perak naik 0,8 persen ke USD32,75 per ounce, platinum menguat 2 persen ke USD995,10, dan palladium bergerak naik tipis 0,2 persen ke USD977,68.

Secara teknikal, pasar emas berjangka saat ini sedang berada di fase yang menarik. Jika merujuk pada mayoritas indikator teknikal dan rata-rata pergerakan harga (moving average), sinyal yang muncul cenderung kuat, mayoritas mengarah ke “sangat beli” (strong buy). Artinya, secara umum pasar emas masih dalam posisi bullish yang solid dan ada peluang harga lanjut naik.

Salah satu indikator kunci, Relative Strength Index (RSI), saat ini berada di sekitar level 60. Ini menandakan tren naik masih cukup sehat dan belum memasuki zona jenuh beli (overbought). Jadi, secara teknikal masih ada ruang bagi emas untuk terus bergerak naik sebelum menghadapi tekanan jual yang berarti.

Namun, ada juga catatan penting yang perlu diperhatikan. Indikator Stochastic dan Stochastic RSI justru memberikan sinyal jual dalam jangka sangat pendek. Ini mengisyaratkan bahwa dalam waktu dekat, harga emas mungkin mengalami koreksi tipis sebelum melanjutkan kenaikan lagi.

Sementara itu, indikator momentum lainnya seperti MACD dan Commodity Channel Index (CCI) masih solid di zona beli. Ini jadi konfirmasi bahwa tren kenaikan emas masih cukup kuat dan belum menunjukkan tanda-tanda kehabisan tenaga.


Goldman Sachs: Proyeksi Harga Emas Akhir 2025 Jadi USD3.700


Goldman Sachs menaikkan perkiraan harga emas untuk akhir 2025 menjadi USD3.700 per ons, dari sebelumnya USD3.300, dengan rentang proyeksi di kisaran USD3.650–USD3.950 per ons. Kenaikan proyeksi ini didorong oleh permintaan bank sentral yang lebih kuat dari perkiraan, serta aliran dana yang lebih besar ke produk emas berbasis bursa (exchange-traded fund/ETF) akibat meningkatnya risiko resesi.

“Jika resesi benar-benar terjadi, aliran dana ke ETF bisa makin cepat dan mendorong harga emas hingga USD3.880 per ons pada akhir tahun,” tulis Goldman Sachs dalam catatan yang diterbitkan beberapa waktu lalu, dikutip dari Yahoo Finance.

Meski begitu, bank investasi itu juga mengingatkan, jika pertumbuhan ekonomi justru mengejutkan ke arah positif berkat berkurangnya ketidakpastian kebijakan, maka aliran dana ke ETF kemungkinan akan kembali ke pola prediksi berbasis suku bunga, dengan harga akhir tahun mendekati USD3.550 per ons.

Sementara itu, Gedung Putih mengumumkan bahwa smartphone dan komputer dikecualikan dari tarif “resiprokal” Amerika Serikat. Namun, Presiden Donald Trump tetap memperingatkan bahwa bea masuk untuk produk-produk tersebut tetap mungkin diberlakukan di masa mendatang.

Harga emas spot mencetak rekor baru pada Senin di level USD3.245,42 per ons, meski pergerakannya masih tanpa arah jelas seiring pasar terus mencerna perkembangan berita tarif yang bergulir. Goldman Sachs juga merevisi naik asumsi permintaan emas dari bank sentral, dari sebelumnya 70 metrik ton per bulan menjadi 80 metrik ton per bulan.

Sementara itu, J.P. Morgan memperkirakan harga emas bakal berada di angka USD3.000 per ons selama 2025 dengan rata-rata kuartal empat tahun itu di kisaran USD2.950 per ons.

“Kami tetap memegang pandangan bullish untuk jangka panjang terhadap emas,” ujar Natasha Kaneva, kepala strategi komoditas global di J.P. Morgan, dikutip dari laman JP Morgan.

Menurutnya, kalau skenario tarif Donald Trump menyeluruh benar terjadi, itu bisa “memacu efek harga yang sangat besar” bagi logam mulia. Kekhawatiran soal pertumbuhan ekonomi dan risiko inflasi yang makin tinggi pun akan terus mendorong permintaan investor terhadap emas.(*)

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Moh. Alpin Pulungan

Asisten Redaktur KabarBursa.com. Jurnalis yang telah berkecimpung di dunia media sejak 2020. Pengalamannya mencakup peliputan isu-isu politik di DPR RI, dinamika hukum dan kriminal di Polda Metro Jaya, hingga kebijakan ekonomi di berbagai instansi pemerintah. Pernah bekerja di sejumlah media nasional dan turut terlibat dalam liputan khusus Ada TNI di Program Makan Bergizi Gratis Prabowo Subianto di Desk Ekonomi Majalah Tempo.

Lulusan Sarjana Hukum Universitas Pamulang. Memiliki minat mendalam pada isu Energi Baru Terbarukan dan aktif dalam diskusi komunitas saham Mikirduit. Selain itu, ia juga merupakan alumni Jurnalisme Sastrawi Yayasan Pantau (2022).