KABARBURSA.COM - Harga emas dunia kembali tergelincir untuk hari kedua berturut-turut, seiring membaiknya sentimen pasar setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump menunda penerapan tarif impor terhadap Uni Eropa.
Dilansir dari Reuters di Jakarta, Rabu, 28 Mei 2025, harga spot emas turun 1,2 persen ke level USD3.302,10 (sekitar Rp54,1 juta) per ons pada Selasa sore waktu New York, setelah pekan lalu sempat melonjak nyaris 5 persen. Sementara itu, emas berjangka AS ditutup anjlok 1,9 persen ke USD3.300,40 (Rp54 juta).
“Ada banyak volatilitas pada harga emas karena dinamika tarif terus berubah. Pasar mungkin sedang merasa ada peluang tercapainya kesepakatan, dan itu menekan harga emas,” kata Kepala Strategi Komoditas di TD Securities, Bart Melek.
Uni Eropa menyebut panggilan telepon akhir pekan antara Trump dan Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen memberi “semangat baru” bagi pembicaraan dagang, setelah Trump membatalkan rencana tarif 50 persen terhadap produk Eropa bulan depan.
Keputusan itu membuat dolar AS menguat dan indeks saham berjangka melonjak. Kombinasi dua hal itu menekan harga emas—komoditas yang biasanya diburu saat gejolak ekonomi dan ketegangan geopolitik.
Presiden Federal Reserve Minneapolis, Neel Kashkari, menyerukan agar suku bunga tetap ditahan hingga ada kejelasan dampak inflasi dari tarif yang lebih tinggi. Risalah rapat kebijakan terbaru The Fed dijadwalkan rilis Rabu ini, bersamaan dengan data penting ekonomi AS seperti estimasi PDB kuartal I, klaim pengangguran mingguan, dan indeks harga PCE inti.
“Kami masih percaya pada prospek jangka panjang emas. Begitu pasar yakin The Fed bakal mulai memangkas suku bunga, emas akan kembali bersinar,” ujar Melek.
Emas—yang tidak memberikan imbal hasil seperti obligasi—cenderung menguat dalam rezim suku bunga rendah.
Di pasar logam lainnya, harga perak spot turun 0,4 persen ke USD33,21 (Rp544 ribu) per ons, platinum melemah 0,1 persen ke USD1.084,02 (Rp17,7 juta), dan palladium terjerembap 1,2 persen ke USD975,49 (Rp15,9 juta).
Emas Diprediksi Bisa Tembus USD3.950
Goldman Sachs, bank investasi asal Wall Street, beberapa waktu lalu memperbarui ramalannya terhadap emas. Mereka memproyeksikan harga emas bisa melesat hingga USD3.700 per ons troi di akhir 2025—naik dari proyeksi sebelumnya yang berada di level USD3.300. Bahkan dalam skenario optimistis, angka fantastis USD3.950 bukan hal yang mustahil untuk dicapai.
Dalam laporan yang dikutip Yahoo Finance, Goldman menyebut setidaknya ada dua faktor yang jadi bensin penggerak reli harga emas. Pertama, permintaan dari bank-bank sentral yang ternyata jauh lebih tinggi dari perkiraan. Kedua, aliran dana yang mengalir deras ke instrumen emas berbasis bursa (ETF).
“Jika resesi benar-benar terjadi, aliran dana ke ETF bisa makin cepat dan mendorong harga emas hingga USD3.880 per ons pada akhir tahun,” tulis Goldman Sachs.
Namun Goldman juga menyampaikan skenario sebaliknya. Jika pertumbuhan ekonomi global justru menguat akibat meredanya ketidakpastian kebijakan—misalnya dari sisi suku bunga—maka arus masuk ke ETF bisa melambat. Dalam skenario itu, harga emas diprediksi mendekati USD3.550 per ons saja di akhir tahun.
Dalam laporan yang sama, Goldman juga mengoreksi ke atas asumsi permintaan emas dari bank sentral. Angka pembelian bulanan kini diprediksi berada di kisaran 80 metrik ton per bulan, naik dari estimasi sebelumnya 70 ton.(*)