Pada Agustus 2024, sentimen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia menghadapi nuansa yang kompleks. Data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia mengalami pertumbuhan yang melambat, dengan angka pertumbuhan tahunan (year-on-year) pada Kuartal II-2024 tercatat sebesar 5,05 persen. Ini sedikit di bawah pertumbuhan Kuartal I-2024 yang mencapai 5,11 persen.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia untuk Kuartal II-2024 tercatat sebesar Rp5.536,5 triliun atas dasar harga berlaku. Meskipun angka ini hampir sesuai dengan prediksi pasar, pertumbuhan ekonomi tidak mendapatkan dorongan signifikan dari perayaan Hari Raya Idul Fitri pada awal April, yang diharapkan dapat memperkuat perekonomian.
Sentimen pasar cenderung negatif, seiring dengan penurunan signifikan pada Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang merosot 1,99 persen pada 5 Agustus 2024. Penurunan ini juga terlihat pada saham-saham bank besar, termasuk PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) yang mengalami penurunan 2,21 persen. Penurunan tajam ini menggambarkan kekhawatiran pasar terhadap pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat dari yang diharapkan.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan Kuartal II-2023 yang mencapai 5,17 persen menunjukkan penurunan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi mitra dagang utama seperti Tiongkok juga melambat, meskipun Amerika Serikat menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik. India, meskipun melambat, tetap menunjukkan ketahanan.
Di sisi positif, Indonesia berhasil mempertahankan surplus neraca dagang pada Kuartal II-2024 dan diperkirakan bahwa perdagangan global akan mengalami penguatan. Harga komoditas ekspor Indonesia seperti CPO dan batu bara masih menunjukkan fluktuasi, namun terdapat harapan bahwa tren positif di sektor perdagangan dapat memberikan dorongan bagi perekonomian ke depan.
Secara keseluruhan, meskipun terdapat tantangan, masih ada aspek-aspek yang memberikan harapan bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa mendatang.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Indonesia menunjukkan penurunan yang signifikan, dengan saham-saham besar seperti bank-bank nasional mengalami penurunan harga. Penurunan ini mencerminkan kekhawatiran pasar terhadap pertumbuhan ekonomi domestik yang melambat dan ketidakpastian yang menyertai kondisi ekonomi saat ini.
Kebijakan pemerintah, terutama yang terkait dengan reformasi ekonomi dan investasi, serta kinerja sektor-sektor kunci seperti komoditas dan konsumer, turut memengaruhi sentimen pasar. Meski ada harapan dari surplus neraca dagang dan potensi pemulihan di sektor ekspor, sentimen umum masih dipengaruhi oleh kekhawatiran terhadap stabilitas ekonomi. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.