KABARBURSA.COM - PT Allo Bank Indonesia Tbk. (BBHI) resmi menjalin kerja sama afiliasi dengan PT Asuransi Umum Mega.
Direktur Utama BBHI, Indra Utoyo menyatakan bahwa kemitraan ini mencakup program benefit Asuransi Personal Accident senilai Rp510 juta, belum termasuk PPN. Seperti dalam keterangannya, Rabu 24 Juli 2024.
Indra menambahkan, nilai transaksi ini tidak melebihi 0,5 persen dari ekuitas BBHI per 31 Maret 2024 dari modal disetor, serta tidak melebihi Rp5 miliar. Oleh karena itu, BBHI hanya wajib melaporkan kepada OJK paling lambat dua hari kerja setelah transaksi.
Sebagai informasi, PT Asuransi Umum Mega dan BBHI berada di bawah kendali yang sama, yakni CT Corpora, dengan kepemilikan saham masing-masing 99,99 persen dan 60,88 persen. Ini menjadikan transaksi ini sebagai transaksi afiliasi sesuai dengan regulasi OJK dalam POJK 42/2020.
Transaksi ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa sebagai bagian dari CT Corpora, BBHI melihat peluang untuk meningkatkan sinergi dan efisiensi melalui layanan terpadu di satu atap. Langkah ini diharapkan dapat meningkatkan kualitas layanan kepada nasabah serta memberikan manfaat finansial bagi BBHI.
Kemitraan antara BBHI dan Asuransi Umum Mega diharapkan mampu mendukung rencana bisnis BBHI ke depan, mengingat faktor sinergi dan potensi keuntungan finansial yang ada, pungkas Indra.
Laba Bersih yang Solid
Bank-bank digital di Tanah Air masih berhasil mencatat pertumbuhan laba bersih yang solid pada kuartal I 2024, didorong oleh pendapatan bunga yang meningkat sejalan dengan pertumbuhan portofolio kredit. Selain itu, rata-rata bank digital juga mencatat peningkatan dalam rasio margin bunga bersih (NIM) selama periode tersebut.
Salah satunya adalah PT Bank Jago Tbk (ARTO), yang mencatatkan kenaikan beban bunga tertinggi, naik sekitar 12 persen year on year (yoy) menjadi Rp 417,27 miliar pada kuartal I 2024. Konsekuensinya, terjadi penurunan pendapatan bunga bersih dari Rp422,73 miliar pada periode yang sama.
Namun, laba bersih Bank Jago berhasil mencatat pertumbuhan sebesar 24 persen, mencapai Rp21,72 miliar. Hal ini didorong oleh pertumbuhan pendapatan dari bunga dan pendapatan berbasis komisi.
Menurut Tjit Siat Fun, Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago, salah satu upaya Bank Jago dalam menurunkan beban bunganya adalah dengan menurunkan tingkat suku bunga deposito dan tabungan kantong terkunci mulai tanggal 2 Mei 2024.
“Dengan memanfaatkan infrastruktur yang tersedia, kami yakin pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Jago akan tetap berlanjut. Kami juga berkomitmen untuk terus memperluas serta memperkuat ekosistem yang telah kami bangun,” ungkapnya.
Lebih lanjut, beban bunga bank digital lainnya juga membengkak. Bank Raya tercatat mengalami peningkatan beban bunga sebesar 5,83 persen yoy menjadi Rp119,99 miliar pada kuartal I 2024.
Namun Bank Raya mampu mencatatkan pertumbuhan laba bersih 109,50 persen yoy menjadi Rp9,16 miliar. Ini merupakan angka pertumbuhan tertinggi di bank digital yang rilis kinerjanya pada periode tersebut.
Bank selanjutnya adalah Krom Bank Indonesia. Bank ini mencatatkan beban bunga yang membengkak 1,55 persen menjadi Rp 9,13 miliar pada kuartal I 2024.Meski begitu laba bersih Krom Bank mampu tumbuh 10,25 persen yoy menjadi Rp28,19 miliar pada kuartal tersebut.
Senada, beban bunga Allo Bank juga tercatat naik sekitar 4 persen menjadi Rp79,5 miliar pada kuartal I 2024. Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo mengatakan sejak kebijakan Bank Indonesia menaikkan tingkat suku bunga sejak Agustus 2023 hingga April 2024 sebesar 2,75 persen atau 275 basis poin, hal tersebut telah berdampak secara langsung kepada beban bunga Allo Bank dan industri bank secara umum.
Kinerja DPK Allo Bank
Indra mengatakan bahwa mereka telah menggunakan berbagai strategi di sektor ritel untuk mempertahankan kinerja DPK Allo Bank. Mereka meluncurkan produk baru, Allo Grow, dan meningkatkan kolaborasi dengan ekosistem CT Corp. Di sektor grosir, Allo Bank melakukan penyesuaian suku bunga dengan cermat. Dia juga menegaskan bahwa Allo Bank tidak akan secara drastis mengubah suku bunga deposito dalam waktu dekat.
Meski begitu dengan sokongan pertumbuhan pada pendapatan bunga bersih yang naik 10,97 persen yoy menjadi Rp263,12 miliar. Rasio NIM juga naik menjadi 8,9 persen.
Menurut Nafan, kinerja saham bank digital masih perlu diawasi lebih lanjut karena masih dalam tren penurunan. Belum ada aliran dana yang signifikan masuk ke saham-saham emiten bank digital tersebut. Hal ini membuat harga sahamnya masih stagnan meskipun kinerja fundamental dari bank digital terus membaik.
Nafan merekomendasikan untuk mempertahankan saham Bank Jago (ARTO) dengan target harga Rp1.885, saham Allo Bank (BBHI) tetap dalam tren bearish dengan rekomendasi untuk tetap memegang di harga Rp960, dan saham Bank Raya (AGRO) dengan target harga Rp258. Namun demikian, Nafan menegaskan bahwa secara keseluruhan, kondisi pasar masih cenderung bearish.