Logo
>

Emiten Infrastruktur: Peluang Panjang atau Janji Manis (1)

Ada sejumlah emiten di sektor infrastruktur yang memiliki fundamental kuat di tengah tantangan yang menghadang. Lalu, apakah fundamental kuat itu cukup untuk menghadapi jangka panjang?

Ditulis oleh Yunila Wati
Emiten Infrastruktur: Peluang Panjang atau Janji Manis (1)
Ilustrasi infrastruktur Indonesia.

KABARBURSA.COM – Tahun ini, pemerintah Indonesia berfokus pada Pembangunan infrastruktur yang efisien dan berkelanjutan. Target utamanya adalah meningkatkan kualitas hidup Masyarakat dan mendukung pertumbuhan ekonomi.

Dana yang digelontorkan untuk sektor ini sebesar Rp400,3 triliun, yang diambil dari APBN 2025. Peruntukkannya adalah Pembangunan jalan tol, jalan nasional, jembatan, sumber daya air, dan prasarana strategis, termasuk juga menyelesaikan Pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN.

Tidak hanya itu, dana Pembangunan infrastruktur juga diambil dari pagu anggaran Kementerian Pekerjaan Umum (PU) tahun 2025, sebesar Rp29,57 triliun, yang terdiri dari non-rupiah murni sebesar Rp16,31 triliun dan rupiah murni Rp13,26 triliun.

Selanjutnya, Kementerian PU juga menargetkan Pembangunan infrastruktur melalui skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha atau KPBU pada periode 2025-2029 senilai Rp544,48 triliun.

Dana yang dianggarkan untuk Pembangunan infrastruktur ini memang cukup besar. Namun, jangan pula tutup mata pada sejumlah tantangan yang menghadang di depan.

Dari dalam negeri, tantangan terbesar ada pada efisiensi anggaran dan perubahan prioritas proyek akibat kondisi ekonomi. Masalah pembebasan lahan dan koordinasi instansi, serta peningkatan kualitas infrastruktur dan layanan publik yang berkelanjutan juga menjadi salah dua dari tantang besar di sektor infrastruktur ini.

Jangan lupakan pula tantangan eksternal yang bisa mengganggu jalannya rencana pembangunan infrastruktur Indonesia, seperti:

  • Ketidakpastian ekonomi global,
  • Fluktuasi harga komoditas,
  • Fragmentasi geoekonomi,
  • Perlambatan pertumbuhan ekonomi,
  • Pelemahan PMI atau Purchasing Managers Index,
  • Kebijakan proteksionisme.

Sejumlah peluang dan tantangan di atas tentu saja menjadi penentu kinerja emiten-emiten sektor infrastruktur, selain fundamental masing-masing.

Emiten Infrastruktur di BEI

Di Bursa Efek Indonesia (BEI), ada sejumlah emiten infrastruktur yang masuk dalam indeks LQ45. Indeks ini diterbitkan oleh BEI, yang terdiri dari 45 saham perusahaan yang memiliki likuiditas tinggi dan kinerja fundamental yang baik.

Emiten-emiten tersebut antara lain (periode 2 Mei – 31 Juli 2025):

  1. PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk, IDX TLKM. Emiten ini bergerak di sektor telekomunikasi. Merupakan perusahaan BUMN yang menyediakan layanan telekomunikasi dengan jaringan terbesar di Indonesia.
  2. PT XL Axiata Tbk, IDX EXCL. Salah satu operator seluler utama di Indonesia yang menyediakan layanan data dan suara.
  3. PT Indosat Tbk, IDX ISAT. Merupakan operator telekomunikasi yang menawarkan berbagai layanan komunikasi dan data.
  4. PT Jasa Marga (Persero) Tbk, IDX JSMR. Perusahaan BUMN yang mengelola dan mengoperasikan jaringan jalan tol di Indonesia.
  5. PT Sarana Menara Nusantara Tbk, IDX TOWR. Sebuah perusahaan yang bergerak dalam penyewaan menara telekomunikasi kepada operator seluler.
  6. PT Perusahaan Gas Negara Tbk, IDX PGAS. Anak perusahaan Pertamina yang bertanggung jawab atas distribusi dan transmisi gas alam di Indonesia.
  7. PT Pertamina Geothermal Energy Tbk, IDX PGEO. Juga anak perusahaan Pertamina, namun berfokus pada pengembangan dan pengoperasian pembangkit Listrik tenaga panas bumi.

Ketujuh emiten ini memiliki likuiditas tinggi, kapitalisasi pasar besar, dan fundamental perusahaan yang kuat, sesuai dengan ketentuan BEI untuk Indeks LQ45.

Dengan kriteria luar biasa ini, banyak investor yang kemudian mempercayakan pergerakan keuangannya pada emiten-emiten tersebut. 

Namun, di tengah peluang serta tantangan yang ada, apakah benar ada peluang jangka panjang yang menjanjikan? Atau ini hanya sekadar janji manis?

Mari kita Simak uraiannya dari beberapa emiten yang ada.

PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau JSMR

PT Jasa Marga (Persero) Tbk atau yang lebih dikenal dengan JSMR, menjadi salah satu emiten BUMN yang masih terus mengukuhkan posisinya di sektor infrastruktur, khususnya jalan tol. Di tengah tantangan ekonomi dan dinamika pasar yang berubah cepat, Jasa Marga menunjukkan geliat positif dengan strategi yang matang dan ekspansi proyek yang terus berlanjut hingga tahun 2025.

Kinerja keuangan Jasa Marga sepanjang 2024 tercatat cukup solid. Pendapatan usaha mencapai Rp18,73 triliun, tumbuh lebih dari 20 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, laba bersih perusahaan sempat menurun hingga 33 persen ke angka Rp4,53 triliun. 

Penurunan ini bukan karena performa operasional yang menurun, melainkan karena pada 2023 Jasa Marga mencatatkan keuntungan signifikan dari penyesuaian nilai wajar investasi tol Trans Jawa, yang pada 2024 tidak lagi terjadi. 

Meski demikian, di sisi operasional murni, EBITDA JSMR naik tajam hingga 27 persen, menandakan pertumbuhan yang sehat dari sisi fundamental bisnis.

Masuk ke 2025, Jasa Marga membuka tahun dengan catatan yang meyakinkan. Laba bersih kuartal pertama naik hampir 50 persen, menembus Rp927 miliar. Kenaikan ini memperkuat optimisme bahwa strategi korporasi yang dijalankan masih berada di jalur yang tepat. Salah satu fokus utama perusahaan adalah menyelesaikan proyek-proyek jalan tol strategis yang tersebar di berbagai wilayah. Lima proyek utama ditargetkan rampung sebelum akhir 2025, antara lain Jakarta–Cikampek II Selatan, Yogyakarta–Bawen, Solo–Yogyakarta–YIA Kulonprogo, Probolinggo–Banyuwangi, serta akses ke Pelabuhan Patimban. 

Beberapa di antaranya bahkan sudah mendekati tahap penyelesaian, seperti ruas Probolinggo–Banyuwangi yang konstruksinya telah mencapai hampir 86 persen.

Di sisi strategi pendanaan, Jasa Marga terus menjalankan skema asset recycling, yang terbukti efektif dalam memperkuat struktur keuangan. Salah satu langkah besar yang dilakukan adalah pelepasan sebagian saham di PT Jasamarga Transjawa Tol dengan nilai transaksi mencapai Rp15,3 triliun. 

Dana hasil divestasi ini kemudian dialokasikan kembali untuk mendukung pengembangan ruas tol baru yang dianggap lebih potensial dan strategis.

Perusahaan juga aktif melakukan penyesuaian tarif di beberapa ruas tol yang dikelola. Kebijakan ini menjadi bagian dari upaya menjaga keberlanjutan operasional dan pengembalian investasi, sekaligus menciptakan efisiensi yang lebih tinggi. 

Rencana penyesuaian tarif pada 2025 mencakup 15 ruas tol, termasuk yang memiliki volume kendaraan tinggi seperti Pandaan–Malang dan Semarang ABC.

Secara keseluruhan, Jasa Marga saat ini mengoperasikan lebih dari 1.286 kilometer jalan tol atau sekitar 43 persen dari total jalan tol nasional. Angka ini menunjukkan betapa dominannya posisi JSMR dalam ekosistem infrastruktur transportasi Indonesia. 

Pada 2024, total volume kendaraan yang melintas di jaringan tol Jasa Marga mencapai 1,3 miliar transaksi, atau setara dengan 3,56 juta kendaraan per hari.

Dari strategi keuangan, posisi pasar dan operasional ini, Jasa Marga menargetkan pertumbuhan pendapatan sebesar 6 hingga 8 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan EBITDA margin antara 65 hingga 67 persen.

Tentu saja, perjalanan Jasa Marga tak lepas dari tantangan. Beban bunga dari pinjaman yang masih cukup besar menjadi salah satu isu yang terus dimonitor ketat.

Hingga kuartal III 2024, beban bunga dan akrual perusahaan mencapai Rp2,69 triliun dengan total pinjaman mencapai hampir Rp39 triliun. Selain itu, ada sejumlah ruas tol seperti Manado–Bitung (Mabit) yang kinerjanya belum sesuai ekspektasi, terutama dari sisi volume lalu lintas. 

Perusahaan pun mempertimbangkan opsi divestasi atau kemitraan untuk ruas-ruas yang kurang menguntungkan tersebut.

Namun secara garis besar, arah Jasa Marga menunjukkan kesinambungan yang kuat antara strategi bisnis dan pertumbuhan jangka panjang. 

Keterlibatan aktif dalam pembangunan infrastruktur nasional, performa keuangan yang relatif stabil, dan fleksibilitas dalam manajemen aset membuat JSMR tetap menjadi salah satu saham sektor infrastruktur yang layak diperhatikan, terutama bagi investor dengan orientasi jangka panjang.

Jika tren ini terus terjaga dan proyek-proyek strategis dapat diselesaikan tepat waktu, Jasa Marga berpotensi menjaga dominasi sekaligus memperluas kontribusinya dalam pengembangan konektivitas nasional. 

Di tengah meningkatnya kebutuhan akan infrastruktur yang andal dan terintegrasi, JSMR tampaknya masih akan memegang peran penting dalam menyatukan Indonesia lewat jalan tol.

Jadi, peluang jangka panjang JSMR sangat terbuka dan bisa dipertanggungjawabkan secara data. Proyek nyata yang berjalan, strategi keuangan yang terukur, serta arus kas stabil dari jalan tol membuatnya lebih dari sekadar janji manis. 

Tentu, risiko tetap ada, seperti tekanan beban bunga atau ruas tol yang belum optimal secara volume, namun manajemen telah menunjukkan kesadaran dan respons terhadap tantangan tersebut. 

Maka, dalam lanskap infrastruktur Indonesia yang terus berkembang, JSMR masih berada di jalur yang menjanjikan untuk jangka panjang.(*)

Disclaimer:
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.

Dapatkan Sinyal Pasar Saat Ini

Ikuti kami di WhatsApp Channel dan dapatkan informasi terbaru langsung di ponsel Anda.

Gabung Sekarang

Jurnalis

Yunila Wati

Telah berkarier sebagai jurnalis sejak 2002 dan telah aktif menulis tentang politik, olahraga, hiburan, serta makro ekonomi. Berkarier lebih dari satu dekade di dunia jurnalistik dengan beragam media, mulai dari media umum hingga media yang mengkhususkan pada sektor perempuan, keluarga dan anak.

Saat ini, sudah lebih dari 1000 naskah ditulis mengenai saham, emiten, dan ekonomi makro lainnya.

Tercatat pula sebagai Wartawan Utama sejak 2022, melalui Uji Kompetensi Wartawan yang diinisiasi oleh Persatuan Wartawan Indonesia (PWI), dengan nomor 914-PWI/WU/DP/XII/2022/08/06/79