KABARBURSA.COM - Saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) kembali menarik sorotan setelah ditutup melemah 1,83 persen ke level Rp805 pada perdagangan terakhir, Selasa, 30 September 2025.
Tekanan jual masih mendominasi, namun menariknya, mayoritas indikator teknikal justru memberikan sinyal positif. Kontradiksi antara aksi jual harian dengan kekuatan tren jangka menengah inilah yang membuat investor bertanya, apakah koreksi ini justru menjadi peluang emas untuk masuk?
Dari perspektif analisis MNC Sekuritas, posisi ENRG diperkirakan tengah berada pada fase wave [iv] dari wave 5. Secara teori gelombang Elliott, kondisi ini menandakan adanya fase koreksi sementara sebelum kembali melanjutkan penguatan ke wave [v].
Rekomendasi buy on weakness ditempatkan di area Rp715–Rp795 dengan target harga Rp880 hingga Rp940, sementara stoploss dipatok di bawah Rp650. Jika mengacu pada pola pergerakan harian, level Rp790 terbukti menjadi area support dinamis yang kuat, sehingga skenario rebound ke atas Rp880 masih sangat terbuka.
Teknikal harian mendukung pandangan ini. Indikator Relative Strength Index (RSI) berada di 74,2 yang menandakan momentum kuat meski mendekati area jenuh beli. MACD berada di zona positif dengan tren kenaikan yang terkonfirmasi.
Rangkaian Moving Average dari jangka pendek hingga panjang—MA5 hingga MA200—semuanya berada di bawah harga saat ini, mengisyaratkan tren bullish yang solid.
Bahkan, Average Directional Index (ADX) di atas 60 menegaskan bahwa tren penguatan ENRG masih cukup kokoh, meski harus diakui volatilitasnya tinggi sebagaimana tercermin dari ATR (Average True Range).
Daya Tarik ENRG: Fundamental Solid
Jika diperbesar ke kerangka fundamental, ENRG masih menyimpan daya tarik yang tak kalah penting. Perusahaan mencatat kinerja TTM (twelve trailing months) dengan pendapatan Rp8,119 triliun dan laba bersih Rp1,248 triliun.
Rasio Price to Earnings (PER) TTM berada di 16,77 kali, relatif lebih tinggi dari median IHSG sebesar 9,12 kali, tetapi masih dalam batas wajar untuk sektor energi yang tengah mengalami euforia harga komoditas.
Dengan Earnings Yield 5,96 persen serta Piotroski F-Score 8, ENRG tergolong perusahaan dengan kesehatan keuangan yang cukup baik. Return on Equity (ROE) 10,04 persen dan Operating Profit Margin 33,72 persen menunjukkan profitabilitas yang stabil, meskipun rasio likuiditas (current ratio 0,58) masih mengindikasikan adanya tantangan pada sisi modal kerja.
Secara valuasi, dengan EPS TTM Rp48,02 dan PER sektoral rata-rata sekitar 15–17 kali, harga wajar ENRG dapat diproyeksikan di kisaran Rp880–Rp940, yang kebetulan selaras dengan target MNC Sekuritas.
Ini memberi ruang apresiasi sekitar 10–15 persen dari level saat ini. Namun, perlu dicatat bahwa ENRG tidak membagikan dividen, sehingga potensi keuntungan murni bertumpu pada capital gain.
Apakah strategi beli di saat saham merah sudah tepat? Dalam konteks ENRG, jawabannya cenderung ya, selama investor disiplin dengan manajemen risiko. Tekanan jual harian bisa dipandang sebagai koreksi sehat di tengah tren penguatan jangka menengah.
Dengan basis fundamental yang solid, momentum teknikal yang masih kuat, serta proyeksi harga wajar yang lebih tinggi, strategi buy on weakness yang dianjurkan MNC Sekuritas layak dipertimbangkan.
Meski demikian, investor jangka pendek sebaiknya berhati-hati pada volatilitas tinggi, sementara investor jangka menengah hingga panjang dapat memanfaatkan momentum koreksi ini untuk menambah posisi dengan pandangan optimis pada prospek energi nasional.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.