KABARBURSA.COM – PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG), emiten migas Grup Bakrie, resmi menandatangani kontrak jasa pemboran terintegrasi senilai Rp39,04 miliar pada 15 Juli 2025.
Kontrak ini diteken oleh anak usaha ENRG, Energy Equity Epic (Sengkang) Pty. Ltd (EEES), dengan konsorsium lokal yang terdiri atas PT Mitra Raya Energi dan PT Energi Drilling Utama.
Dalam keterbukaan informasi pada Kamis, 17 Juli 2025, ENRG menyebut kontrak berlaku selama 12 bulan dan difokuskan untuk mendukung kegiatan eksplorasi serta produksi migas di wilayah kerja Sengkang. Pekerjaan dilakukan secara menyeluruh dalam skema pemboran terintegrasi, yang melibatkan penyediaan peralatan, personel, dan dukungan teknis di lapangan.
“Perjanjian pemboran ini dilakukan oleh EEES sebagai pemberi pekerjaan dan Konsorsium MRE–EDU sebagai pelaksana,” tulis manajemen ENRG dalam dokumen resmi yang ditandatangani oleh Wakil Direktur Utama Edoardus Ardianto dan Direktur Riri Harahap.
Meskipun nilai kontrak mencapai hampir Rp40 miliar, manajemen ENRG menegaskan bahwa transaksi ini tidak menimbulkan dampak material terhadap kegiatan operasional maupun kondisi keuangan perusahaan.
Hal ini disebabkan karena baik EEES maupun EDU, dua pihak utama dalam kontrak tersebut, merupakan entitas anak usaha ENRG dengan kepemilikan minimal 99 persen, langsung maupun tidak langsung.
Dalam praktiknya, transaksi ini juga dikecualikan dari kewajiban uji kewajaran transaksi afiliasi sesuai Pasal 6 ayat (1) huruf b POJK 42/2020, karena terjadi di antara entitas anak usaha yang sama-sama dikendalikan oleh ENRG.
Langkah ENRG menggandeng konsorsium lokal mencerminkan strategi optimalisasi aset melalui mitra dalam negeri. PT Mitra Raya Energi dan PT Energi Drilling Utama merupakan perusahaan nasional yang bergerak di sektor jasa penunjang energi, khususnya pemboran dan layanan teknis eksplorasi migas.
Kegiatan pemboran ini diperkirakan dilakukan di wilayah kerja Sengkang yang telah lama menjadi salah satu aset strategis ENRG. Wilayah ini sempat menjadi pusat produksi gas yang memasok pembangkit listrik di Sulawesi Selatan.
Adapun ENRG dikenal sebagai emiten migas dengan fokus pada aset domestik dan regional Asia Tenggara, melalui kepemilikan berbagai blok migas seperti Sengkang, Malacca Strait, dan Bentu. Hingga kini, ENRG masih berstatus sebagai anak usaha dari PT Bakrie Kalila Investment, bagian dari konglomerasi Bakrie Group.
Dari sisi kinerja, berdasarkan laporan keuangan kuartal I 2025 yang telah dirilis sebelumnya, ENRG mencatatkan pendapatan sebesar USD41,67 juta, naik 8,2 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Namun, laba bersihnya turun menjadi USD3,84 juta dari sebelumnya USD5,12 juta, seiring dengan kenaikan beban produksi.
Di sisi pasar modal, saham ENRG ditutup stagnan di level Rp112 per 17 Juli 2025. Volume transaksi tercatat sebesar 32 juta lembar saham dengan nilai transaksi Rp3,6 miliar di sesi pertama. Meski berada di zona datar, minat investor terhadap saham sektor energi tetap tinggi, didorong oleh potensi kenaikan harga minyak global dan permintaan domestik yang meningkat.
Hingga akhir 2025, manajemen ENRG menargetkan peningkatan volume produksi dari blok Sengkang dan Malacca Strait sebagai bagian dari strategi ekspansi organik. Sementara kerja sama dengan mitra lokal juga menjadi strategi jangka panjang perusahaan untuk menekan biaya operasional dan meningkatkan efisiensi eksekusi proyek. (*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.
 
      