KABARBURSA.COM - Di tengah dorongan global untuk mengurangi emisi karbon, PT ESSA Industries Indonesia Tbk mengambil langkah besar yang tak biasa, yaitu memanfaatkan limbah minyak goreng atau minyak jelantah sebagai bahan baku untuk memproduksi bahan bakar pesawat ramah lingkungan, atau yang dikenal dengan bioavtur.
Langkah ini bukan hanya inovatif, tetapi juga menandai pergeseran arah bisnis perusahaan energi yang sebelumnya dikenal sebagai produsen amonia dan LPG. Kini, ESSA mulai membangun pondasi baru di sektor energi terbarukan.
Limbah Dapur yang Jadi Harapan Langit
Minyak jelantah selama ini dikenal sebagai limbah yang sulit dikelola, sering kali mencemari tanah dan saluran air. Namun, di tangan ESSA, limbah ini justru dilihat sebagai peluang strategis.
Lewat dua entitas baru, PT ESSA Sustainable Indonesia dan PT ESSA SAF Makmur, perusahaan sedang menyiapkan pabrik bioavtur dengan kapasitas produksi hingga 200 ribu metrik ton per tahun.
Proyek ini ditargetkan mulai beroperasi secara komersial pada awal 2028.
“Ini bukan hanya soal bisnis baru. Ini tentang bagaimana kami bisa berkontribusi dalam membangun masa depan energi Indonesia yang lebih bersih,” ujar seorang sumber internal ESSA yang enggan disebutkan namanya.
Pasar Bioavtur yang Mulai Menghangat
Permintaan bioavtur tengah tumbuh, seiring tekanan global terhadap sektor penerbangan untuk mengurangi jejak karbon. Pemerintah Indonesia pun telah merilis roadmap pengembangan bioavtur, dengan target awal pemanfaatan sebesar 1 persen pada 2027.
Studi dari Kementerian ESDM menyebutkan bahwa Indonesia berpotensi memproduksi lebih dari 33 juta kiloliter bioavtur per tahun, angka yang tiga kali lebih besar dari kebutuhan domestik. Ini membuka peluang ekspor besar bagi pemain lokal seperti ESSA.
Teknologi Tak Sederhana, Tapi Menjanjikan
Mengubah minyak jelantah menjadi bahan bakar pesawat bukan perkara mudah. Dibutuhkan teknologi pemurnian tingkat tinggi agar bahan bakar yang dihasilkan memenuhi standar internasional. ESSA diketahui tengah menjalin komunikasi dengan mitra teknologi dan calon pembeli potensial.
Meski demikian, tantangan tetap ada. Salah satunya adalah rantai pasok minyak jelantah yang masih belum terkoordinasi dengan baik. Apalagi, bahan baku ini masih tersebar di rumah tangga dan pelaku usaha kecil yang belum tergabung dalam sistem pengumpulan nasional.
Efek ke Kinerja Keuangan dan Saham
Meski laba bersih ESSA turun sekitar 20 persen menjadi 8 juta dolar AS pada kuartal pertama 2025, terutama karena penurunan harga amonia dan LPG, diversifikasi ke sektor energi terbarukan dinilai sebagai langkah jangka panjang yang solid.
Sejumlah analis pasar modal melihat bahwa inisiatif bioavtur ini bisa menjadi pendorong pertumbuhan baru ESSA. Saham ESSA saat ini diperdagangkan di kisaran Rp575, dengan potensi kenaikan ke Rp750 jika proyek berjalan sesuai rencana.
“Langkah ini menunjukkan positioning ESSA sebagai perusahaan yang siap menghadapi masa depan energi. Kami melihat ada potensi positif dalam jangka menengah,” ujar Rina Suryani, analis dari BRI Danareksa Sekuritas.
Bioavtur ESSA Lebih dari Sekadar Bisnis
Apa yang dilakukan ESSA bukan hanya soal mengolah limbah jadi produk bernilai jual tinggi. Ini adalah bagian dari upaya lebih luas untuk menjawab tantangan iklim, memanfaatkan ekonomi sirkular, dan memberi kontribusi nyata terhadap agenda transisi energi nasional.
“Bioavtur dari minyak jelantah adalah langkah maju yang patut diapresiasi. ESSA mengambil posisi strategis dalam transisi energi nasional,” kata Dr Andi Wijaya, pakar energi dari Universitas Indonesia.
Ketika banyak perusahaan masih bertanya-tanya tentang arah keberlanjutan, ESSA telah menjawabnya dengan tindakan nyata. Mereka menjadikan minyak jelantah bukan lagi limbah, tapi bagian dari solusi masa depan.
Tidak hanya itu, Ekspansi ESSA ke bioavtur bukan sekadar proyek tambahan, melainkan transformasi strategis jangka panjang yang dapat mengubah wajah bisnis perusahaan. Bagi pemegang saham, ini membuka peluang:
- Diversifikasi pendapatan
- Eksposur ke pasar ekspor energi baru
- Daya tarik ESG bagi investor institusi
- Potensi capital gain jika proyek berjalan lancar
Namun, perlu kehati-hatian atas risiko eksekusi proyek dan dinamika sektor energi terbarukan yang masih berkembang. Investor disarankan untuk memantau perkembangan proyek ini secara berkala dan menilai ulang posisi mereka berdasarkan progres aktual dan laporan keuangan berikutnya.(*)
Berita atau informasi yang Anda baca membahas emiten atau saham tertentu berdasarkan data yang tersedia dari keterbukaan informasi PT Bursa Efek Indonesia dan sumber lain yang dapat dipercaya. Konten ini tidak dimaksudkan sebagai ajakan untuk membeli atau menjual saham tertentu. Selalu lakukan riset mandiri dan konsultasikan keputusan investasi Anda dengan penasihat keuangan profesional. Pastikan Anda memahami risiko dari setiap keputusan investasi yang diambil.